Dulu di pedesaan, bagi kami generasi 8x, 9x, Festival Pertengahan Musim Gugur sangat berbeda dari sekarang. Dulu, belum banyak mainan modern seperti sekarang, belum ada lampu kilat bertenaga baterai, dan tentu saja belum ada nampan penuh permen, buah-buahan...
Setiap tahun, mulai akhir bulan lunar ketujuh, seluruh lingkungan tempat tinggal saya, mulai dari lansia hingga anak-anak, mulai mempersiapkan Festival Pertengahan Musim Gugur, termasuk mendirikan perkemahan pertengahan musim gugur dan mempersiapkan pertunjukan untuk kompetisi pada hari bulan purnama di bulan lunar kedelapan. Selama masa itu, kami, anak-anak berusia 10 hingga 15 tahun, sering berkumpul di halaman rumah adat desa untuk berlatih ritual Tim.
Saat itu, tidak ada kelas tambahan, jadi latihan untuk mempersiapkan perjalanan berkemah Festival Pertengahan Musim Gugur menjadi prioritas utama. Kami berlatih semua ritual Tim. Awalnya, kaki dan lengan kami tidak sejajar, ada yang berkaki kiri, ada yang berkaki kanan, ada yang berkaki dua dan berlengan sekaligus. Namun, setelah beberapa sesi latihan saja, barisan kami perlahan menjadi rapi dan teratur. Kami juga menganggapnya sebagai kebahagiaan, kehormatan, dan tugas kami.
Kemudian, pada hari perkemahan, sejak pagi, kami anak-anak berkumpul di rumah adat desa. Semua orang bersemangat dan sibuk membantu orang dewasa membentangkan kanvas, melipat rangkaian bunga kertas warna-warni, dan menempelkan pita merah dan hijau cerah di gerbang perkemahan. Begitu rangka perkemahan didirikan, semua orang bergegas masuk seperti kawanan lebah, masing-masing berebut mencari "wilayah" mereka sendiri. Sungguh, itu adalah bekal rohani yang luar biasa bagi masa kecil kami.
Saya ingat, dulu kami tidak mampu membeli lentera bintang yang berkilauan, jadi anak-anak di lingkungan saya berkumpul untuk membuat lentera pertengahan musim gugur mereka sendiri menggunakan potongan bambu, lem, dan kertas warna-warni. Ini juga merupakan kesempatan bagi kami untuk menjadi pengrajin, menciptakan produk kami sendiri. Sesi pembuatan lentera seringkali sangat menyenangkan. Kami menugaskan setiap anak satu tugas: satu anak akan membelah bambu dan mengukir potongan-potongannya, satu anak akan mengurus kertas warna-warni untuk ditempel, dan anak yang terampil akan bertugas merakit lentera dan menghiasnya.
Setiap tahun, lentera bintang yang kami buat tak pernah sempurna. Sudut-sudutnya yang tajam melengkung, lemnya luntur, dan kertasnya tidak rata. Namun bagi kami, lentera-lentera itu tetap merupakan produk yang paling indah. Meskipun bentuknya berubah, lentera-lentera itu tetap bermakna, dan ketika dinyalakan dengan lilin, lentera-lentera itu tiba-tiba menjadi cemerlang dan berkilauan di malam festival bulan purnama.
Saat Festival Musim Gugur di kampung halaman saya, ada buah yang sangat lezat bernama apel bintang. Saya ingat waktu kecil dulu, nenek saya mengajari saya dan saudara perempuan saya untuk menggunakan benang merah untuk menganyam keranjang apel bintang yang indah. Apel bintang yang besar digunakan untuk menganyam keranjang besar, sedangkan apel bintang yang kecil digunakan untuk membuat keranjang kecil. Keranjang apel bintang memiliki mata berbentuk berlian seperti mata jaring. Setelah dianyam, masukkan apel bintang ke dalamnya. Pegang keranjang apel bintang di tangan Anda dan bawa berkeliling lingkungan. Sesekali, dekatkan ke hidung Anda, tekankan pada kulit buah yang halus, hirup aroma manisnya, dan nikmatilah dengan sepenuh hati. Di malam hari, gantungkan keranjang apel bintang dengan hati-hati di kepala tempat tidur atau di depan jendela agar aromanya menyebar ke seluruh rumah. Setelah dimainkan dengan apel bintang hingga buahnya berbintik-bintik telur puyuh, gunakan tangan Anda untuk meremasnya hingga lunak, lalu makanlah. Daging buahnya berwarna kuning, lembut, dan manis seperti madu, dan pada akhirnya, memiliki rasa sepat yang khas - rasa yang masih tak terlupakan.
Saat itu, barang-barang materi langka, sehingga setiap hadiah, terutama kue bulan, menjadi dambaan dan harapan setiap anak. Pada hari purnama di bulan lunar kedelapan, saya dan teman-teman akan pergi ke balai adat desa untuk menerima kue bulan.
Hadiah Festival Pertengahan Musim Gugur pada masa itu biasanya berupa sepasang kue bulan, kue beras ketan, dan beberapa penganan manis. Saat itu, jenis kue belum selengkap sekarang, kue bulan hanya memiliki satu jenis isian campuran. Kue beras ketan memiliki aroma manis beras ketan dan isian kacang manis, sehingga sekali gigit meninggalkan rasa yang melekat di mulut. Setelah menerima hadiah, tak seorang pun berani langsung memakannya. Kami harus menunggu hingga pesta di bawah sinar bulan, ketika ibu kami memotong kue menjadi potongan-potongan kecil dan memberikan masing-masing porsi untuk dinikmati.
Setelah selesai berpesta bersama keluarga, kami anak-anak bergegas ke jalan untuk membawa lentera di bawah sinar rembulan. Setiap anak memegang lentera buatan mereka sendiri, ada yang bermain drum, ada yang menari bersama singa, ada yang menyenandungkan lagu anak-anak yang familiar... Begitu saja, seluruh kelompok berkeliling lingkungan hingga larut malam sebelum pulang.
Bulan purnama, malam-malam yang diterangi cahaya bulan itu adalah masa kecil yang polos. Kenangan sederhana dan tulus itulah yang menjadi bagian dari masa kecil generasi kita. Kini, semua itu hanya tinggal kenangan, berganti dengan musim Pertengahan Musim Gugur yang lebih modern.
My Duyen (Pusat Layanan Umum Komune Dong Phu)
Sumber: https://baodongnai.com.vn/van-hoa/202510/ky-uc-trung-thu-a1d1526/
Komentar (0)