Sebagai perempuan yang lahir dan besar di pedesaan miskin Quang Nam, Ibu Tuyet ditanamkan semangat berbagi sejak dini. Meskipun sibuk dengan pekerjaan administratif, beliau selalu meluangkan waktu untuk mendampingi dan segera datang ketika situasi sulit membutuhkan bantuan.
Meskipun ia tidak mengenakan kemeja relawan, ia sendiri—dengan sepenuh hati, dengan ketulusan yang langka—telah menjadi penyebar api yang diam-diam namun gigih di masyarakat. Ia adalah orang di balik seruan di media sosial, orang yang berdedikasi mengumpulkan setiap helai pakaian, karton susu, buku, dan kotak pensil untuk disumbangkan kepada anak-anak yang membutuhkan di dataran tinggi; menyampaikan isi hati para dermawan, hadiah bagi mereka yang berada dalam kesulitan.
Setiap tahun, puluhan situasi sulit, penyakit mendadak, bencana alam, dan banjir diam-diam didatangi dan didukung oleh Ibu Tuyet. Beliau bukan hanya jembatan, tetapi juga sosok yang mengilhami semangat welas asih di hati banyak orang. Di balik unggahan-unggahan emosional yang menyerukan dukungan, terdapat hati yang besar yang tidak egois atau penuh perhitungan. Itulah welas asih seorang perempuan yang selalu mengutamakan penderitaan orang lain di atas masalahnya sendiri.
Ibu Tuyet bukan hanya seorang jembatan, tetapi juga seorang pribadi yang menggugah semangat kasih sayang di hati banyak orang.
FOTO: DISEDIAKAN OLEH PENULIS
Tak hanya mendukung keadaan sulit yang tiba-tiba atau kasus penyakit, perjalanan sukarela ke dataran tinggi untuk anak-anak, Ibu Tuyet juga terus mengajak dan secara rutin mendukung makan siang amal bagi pasien di Pusat Medis Distrik Nong Son pada tanggal 9 dan 23 kalender lunar setiap bulan. Setiap hidangan tidak hanya menghadirkan kehangatan bagi pasien yang dirawat di sini, tetapi juga penuh kasih sayang karena menjadi jembatan bagi banyak orang untuk bergandengan tangan mendukung dan membantu pasien yang membutuhkan.
Menyebar secara diam-diam
Tanpa kebisingan, tanpa perlu judul apa pun untuk kegiatan-kegiatan ini, semua yang dilakukan Ibu Tuyet berawal dari keinginan untuk menyebarkan cinta. Perjalanan membawa barang-barang sumbangan ke dataran tinggi telah menjadi hal yang biasa bagi banyak kelompok relawan di daerah tersebut.
Ia menganggap dirinya hanya "penghubung cinta", jembatan antara hati pemberi dan rasa sakit penerima. Yang paling diharapkan Tuyet adalah tak seorang pun tertinggal, terutama di saat-saat terlemah. Semangat inilah yang menjadikannya "penabur takdir" bagi banyak kegiatan amal, menyatukan hati para relawan untuk menciptakan banyak perjalanan yang bermakna.
Ibu Tuyet (sampul kiri) mendukung orang-orang dalam keadaan sulit.
FOTO: DISEDIAKAN OLEH PENULIS
Ibu Tuyet bercerita: "Melihat sendiri betapa sulitnya hidup sendiri di usia senja, menabung sedikit uang saku bulanan untuk membeli beras, atau melihat anak-anak di dataran tinggi kekurangan buku menjelang tahun ajaran, saya hanya berharap bisa segera membantu mereka agar mereka punya 'pelampung' untuk terus berenang. Terkadang, ketika mendengar panggilan minta tolong untuk situasi sulit, saya tak kuasa menahan air mata. Sekelam atau sehujan apa pun malam itu, saya langsung bergegas ke sana agar bisa segera membantu mereka...".
Setiap hari, Ibu Tuyet masih bekerja di kantor kelurahan, masih seorang pegawai negeri sipil yang rajin mengurus pembukuan dan catatan. Di luar jam kantor, Ibu Tuyet "berubah" menjadi sahabat bagi mereka yang kurang beruntung, bertindak sebagai jembatan antara orang-orang yang baik hati.
Di mata banyak orang, Ibu Tuyet bagaikan bunga yang diam-diam menyebarkan aromanya dalam keseharian. Ia tak butuh gelar, hatinya yang tulus dan cintanya kepada sesamalah yang menjadikannya seorang pembawa obor sejati.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan, bunga-bunga seperti Ibu Tuyet masih diam-diam menyebarkan aromanya ke kehidupan. Dan itu telah menyebar lebih luas ke masyarakat sekitar, untuk menyampaikan lebih banyak cinta di tengah situasi sulit...
Sumber: https://thanhnien.vn/lang-le-toa-huong-cho-doi-185250627144102917.htm
Komentar (0)