
Laporan tentang bagaimana insinyur perangkat lunak bekerja dengan AI di Asia Tenggara dan India. Foto: Agoda.
Di Vietnam, komunitas pemrograman telah menunjukkan inisiatif luar biasa dalam mengintegrasikan AI di setiap tahap pengembangan dan pengujian perangkat lunak. Secara spesifik, 94,3% programmer Vietnam menggunakan AI saat menulis kode, 70% menggunakan alat ini untuk kompilasi dokumen, dan 62,9% menerapkan AI dalam pengujian dan verifikasi perangkat lunak.
Salah satu perbedaan yang menonjol adalah tren diversifikasi perangkat AI di kalangan programmer Vietnam. Dengan 41% insinyur Vietnam telah menggunakan platform Claude Code dalam 6 bulan terakhir, Vietnam kini memimpin kawasan ini dalam hal keragaman pilihan perangkat AI.
Ini adalah tingkat tertinggi dari semua pasar yang disurvei, dan jauh melampaui alat populer lainnya seperti Copilot dan ChatGPT – yang dominan di banyak tempat lain.
AI Meningkatkan Produktivitas - Pendorong Utama Pengembang
Keinginan untuk meningkatkan produktivitas merupakan kekuatan pendorong utama di balik adopsi AI secara luas.
Sekitar 80% responden survei di wilayah tersebut mengatakan bahwa kecepatan dan otomatisasi adalah alasan mereka mengintegrasikan AI ke dalam alur kerja mereka. Saat ini, 56% programmer selalu mengaktifkan alat asisten AI selama bekerja, menganggapnya sebagai "asisten" yang sangat diperlukan.
Menurut hasil penelitian, 37% insinyur menghemat antara 4 dan 6 jam per minggu dengan menggunakan AI, yang mencerminkan dampak nyata pada waktu dan produktivitas. Khususnya, 72% mengatakan kinerja dan kualitas kode mereka meningkat secara signifikan ketika AI dioperasikan dalam kerangka kontrol yang wajar.
Namun, AI masih dianggap sebagai alat produktivitas, alih-alih mitra inovasi sejati. Hanya 22% pengembang yang menggunakan AI untuk memecahkan masalah baru, dan 43% percaya AI dapat mencapai tingkat kompetensi yang sama dengan insinyur tingkat menengah.
Aplikasi yang Bertanggung Jawab - Suatu Keharusan di Era AI
Meskipun AI dapat membantu mempercepat dan meningkatkan efisiensi, akuntabilitas dan keandalan masih dianggap sebagai fondasi inti. Sekitar 79% pengembang di wilayah tersebut mengatakan bahwa keluaran yang tidak stabil atau tidak andal merupakan hambatan utama yang menghalangi mereka untuk memperluas penggunaan AI.
Untuk memastikan kualitas produk, pemantauan dan verifikasi hasil yang dihasilkan AI telah menjadi langkah yang sangat diperlukan. 70% programmer secara teratur mengedit keluaran untuk memastikan keakuratan, dan 67% menguji semua kode AI yang dihasilkan sebelum mengintegrasikannya ke dalam suatu proyek.
Faktanya, berfokus pada verifikasi tidak memperlambat inovasi, melainkan membantu memperkuat kreativitas, memastikan kualitas tinggi, dan mempertahankan laju pengembangan yang stabil. Oleh karena itu, peran pengawasan manusia masih dianggap sentral dalam strategi AI yang bertanggung jawab.
Temuan penting dari survei ini adalah perbedaan akses pelatihan AI formal antarnegara. Programmer di Singapura hampir dua kali lebih mungkin mendapatkan pelatihan formal dibandingkan di Vietnam, yang mencerminkan adanya kesenjangan sumber daya. Namun, semangat belajar mandiri para programmer di kawasan ini masih dinilai sangat kuat. Mayoritas—71%—belajar AI secara otodidak melalui tutorial, proyek pribadi, atau komunitas daring, menunjukkan inisiatif yang tinggi dalam memperbarui keterampilan baru. Tercatat, 87% programmer telah menyesuaikan rencana studi atau kerja mereka untuk memanfaatkan peluang dari AI.
Tren pembelajaran mandiri ini menunjukkan bahwa tenaga kerja teknik berkembang lebih cepat daripada kemampuan pelatihan organisasi, dan menunjukkan semangat eksperimen, ambisi, dan pemahaman yang semakin meningkat tentang AI.
Idan Zalzberg, Chief Technology Officer Agoda, mengatakan bahwa AI secara fundamental mengubah cara pengembang membangun, belajar, dan berkolaborasi. Menurutnya, AI telah beralih dari peran pendukung pengkodean dan pengujian menjadi komponen sentral dalam keseluruhan siklus pengembangan perangkat lunak.
Saat ini, AI di Asia Tenggara dan India berkembang secara pragmatis, berfokus pada peningkatan produktivitas alih-alih menggantikan manusia. Nilai sesungguhnya dari teknologi ini terletak pada pembangunan proses yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, sehingga mengubah tingkat adopsi yang tinggi saat ini menjadi kemampuan yang stabil dan berjangka panjang.
Source: https://doanhnghiepvn.vn/chuyen-doi-so/lap-trinh-vien-viet-nam-trong-nhom-dan-dau-dong-nam-a-ve-ung-dung-ai/20251105094711709






Komentar (0)