Setelah pandemi Covid-19, kota-kota Asia berupaya membangun dan mengembangkan ekonomi malam hari, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan nasional tetapi juga untuk mendorong pemulihan pariwisata.
Eksploitasi sumber daya budaya
Aktivitas bisnis malam hari dianggap sebagai sumber pendapatan potensial, yang pada puncaknya menyumbang hampir 4 miliar dolar AS bagi perekonomian Jepang. Dengan tujuan menjadi destinasi wisata terkemuka, menyambut 40 juta wisatawan mancanegara setiap tahun, dan meningkatkan pengeluaran wisatawan, Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan serta langkah-langkah untuk memanfaatkan sumber daya budaya guna mendukung perkembangan ekonomi malam hari.
Pemerintah Metropolitan Tokyo dan Asosiasi Pariwisata Tokyo telah mengumumkan rencana untuk mendukung kehidupan malam lokal dalam bentuk subsidi. Asosiasi Pariwisata Shibuya telah menunjuk "duta malam" pertamanya, yang meniru "wali kota malam" di negara-negara Barat. Tugas duta ini adalah mempromosikan budaya malam Shibuya, termasuk klub dansa dan bar. Asosiasi Pariwisata Shibuya juga telah membuat peta berbahasa Inggris yang menggambarkan kehidupan malam di area tersebut dan mendorong partisipasi dalam tur malam yang dipromosikan di media sosial.
Menurut laporan Kementerian Perdagangan Tiongkok, 60% belanja konsumen terjadi di malam hari, dengan beberapa pusat perbelanjaan besar menyumbang lebih dari separuh penjualan harian mereka antara pukul 18.00 dan 20.00. Sebelum pandemi Covid-19, ekonomi malam Tiongkok telah melampaui 30 triliun yuan ($4,1 triliun) pada tahun 2020-2021, menurut China Daily.
Pascapan pandemi, Beijing, Shanghai, dan Chongqing semakin gencar mengembangkan layanan ekonomi malam hari. Di Beijing, beberapa jalur kereta bawah tanah pada hari Jumat dan Sabtu juga telah diperpanjang hingga larut malam. Pemerintah juga telah mendorong toko swalayan untuk beroperasi 24/7.
Para pemimpin Beijing telah mengambil serangkaian langkah drastis untuk memperpanjang jam tidur bagi wisatawan dan penduduk setempat. Shanghai telah membangun sejumlah area hiburan dari pukul 19.00 hingga 06.00. Keesokan paginya, Shijiazhuang, ibu kota Provinsi Hebei, telah menurunkan tarif listrik untuk toko-toko yang buka hingga larut malam. Jalan-jalan kuliner malam telah dipromosikan secara luas dan direncanakan secara lebih sistematis di Xi'an, Hangzhou, Nanning, dan Chengdu.
Beberapa jaringan ritel dan pusat perbelanjaan telah memperpanjang jam operasional mereka, sementara kota-kota juga telah menghabiskan dana untuk pertunjukan cahaya yang meriah. Banyak daerah, seperti Qingdao, Yantai, dan Hangzhou, telah menghabiskan lebih dari 100 juta yuan (US$13,8 juta) untuk pertunjukan cahaya di berbagai landmark terkenal. Pusat perbelanjaan telah menambah jumlah band live, restoran bir, bioskop, pusat kebugaran, dan tempat hiburan elektronik. Layanan pesan-antar makanan daring juga mengikuti tren ini.
Konversi fleksibel
Kuliner yang menarik, beragam barang dagangan, dan pertunjukan jalanan yang meriah adalah daya tarik utama pasar malam Korea. Pasar-pasar di Seoul, Gwangju, Busan, dll. buka mulai pukul 19.00 hingga tengah malam setiap hari dalam seminggu, menarik banyak penduduk lokal dan wisatawan.
Selain makanannya yang murah, tempat-tempat ini juga menawarkan pertunjukan jalanan yang unik, sehingga selalu ramai. Di ibu kota Seoul saja, terdapat ratusan pasar malam yang melayani kebutuhan berbelanja, berwisata, dan makan... menjadikan kota ini benar-benar hidup saat lampu menyala. Saat ini, Organisasi Pariwisata Korea (KTO) sedang mengembangkan rencana untuk mempromosikan program wisata malam dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah guna menarik lebih banyak wisatawan asing dan mengembangkan "industri bebas asap rokok" pascapandemi.
Di Asia Tenggara, Bangkok telah lama dikenal sebagai salah satu pusat hiburan paling semarak di Asia. Sebelum pandemi Covid-19, ekonomi malam hari ibu kota Thailand ini bernilai sekitar $5 miliar, menyumbang lebih dari 1% PDB negara tersebut. Namun, setelah tiga tahun berjuang akibat kebijakan karantina, status kota ini sebagai ibu kota pesta terancam.
Akhir tahun lalu, Thailand memulai uji coba dengan mengizinkan restoran dan tempat hiburan seperti klub dan bar karaoke di beberapa provinsi dan kota seperti Bangkok, Phuket, Pattaya, dan Chiang Mai untuk buka hingga pukul 4 pagi. Pemerintah Thailand berharap perpanjangan jam operasional di destinasi wisata terkenal ini akan menciptakan lingkungan yang lebih menarik bagi wisatawan, sehingga menarik lebih banyak devisa ke negara tersebut.
Provinsi dan kota-kota di atas saat ini menjadi destinasi wisata yang paling diminati wisatawan, terutama kaum muda. Jam buka yang lebih panjang akan memberi wisatawan lebih banyak kesempatan untuk menjelajahi kehidupan malam Thailand yang ramai, sehingga memberikan manfaat signifikan bagi perekonomian lokal.
THANH HANG
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)