
Dari gairah menuju perjalanan pelestarian
Pada tahun 2017, Bapak Le Anh Kiet dan istrinya, Ibu Le Thi Thanh Giang, meninggalkan Saigon dan kembali ke kampung halaman mereka di Hoi An dengan keinginan sederhana: membuka toko kecil untuk memperkenalkan produk kerajinan tradisional. "Pertama kali kami melihat pengrajin M'nong membuat tembikar, kami berdua kagum dengan ketangkasan tangan mereka dan bangga dengan budaya unik itu," kenang Bapak Kiet.
Itu juga menjadi kesempatan bagi mereka untuk memulai perjalanan mereka di seluruh negeri, mengunjungi desa-desa pengrajin dan dusun-dusun terpencil di mana masyarakatnya masih tekun membuat produk kerajinan tradisional. Melalui setiap perjalanan, kecintaan mereka terhadap budaya etnis semakin dalam. Di malam hari, duduk di dekat api unggun bersama penduduk setempat, mendengarkan cerita tentang kerajinan kuno, mereka semakin mengagumi tangan-tangan tenang yang menjaga kerajinan tersebut, dan merasa semakin sedih ketika melihat banyak teknik tradisional yang perlahan terlupakan.
Dari keprihatinan tersebut, mereka memutuskan untuk memulai perjalanan mereka sendiri, sebuah perjalanan untuk melestarikan, menghormati, dan mendukung para pengrajin. Maka, lahirlah sebuah "harta karun" kecil bernama An Nhan - Galeri Budaya & Kopi Istimewa, yang menjadi ruang cinta dan rasa hormat, tempat budaya diceritakan melalui produk-produk buatan tangan yang sederhana namun klasik.

Rumah panggung di jantung kota Hoi An
Daya tarik An Nhan adalah rumah panggung etnik Tay, yang dipugar dengan cermat selama lebih dari setengah tahun. Rumah ini dibawa pulang oleh pasangan ini dari wilayah Utara Tengah dengan keinginan untuk merekonstruksi rumah aslinya untuk ruang pameran.
Di dalamnya, ratusan artefak dari lebih dari 20 etnis minoritas ditata secara harmonis, melestarikan ciri khas tradisional sekaligus membangkitkan rasa kedekatan. Dari sekadar memajang produk dari lima kelompok etnis asli, An Nhan kini telah menjadi pusat berbagai kerajinan tangan dari berbagai daerah: patung Dataran Tinggi Tengah, tembikar M'nong, anyaman manik-manik Co Tu, brokat Ta Oi, anyaman rotan dan bambu Utara...
Di sana, setiap benda memiliki "suaranya" sendiri: sebuah kukusan kayu Thailand untuk membuat nasi ketan diubah menjadi kap lampu, atau lumpang kue beras yang dipadukan dengan pola-pola Dataran Tinggi Tengah diubah menjadi meja teh. Inovasi-inovasi ini membantu kerajinan ini semakin dekat dengan kehidupan masa kini, sebagai cara untuk menunjukkan rasa syukur dan melanjutkan kerajinan lama.
"Setiap kain tenun, setiap potongan tanah liat, setiap ukiran, setiap bilah bambu... menyimpan jiwa komunitas yang menciptakannya. Kami berharap suatu hari nanti, tempat ini akan memiliki semua produk dari 54 kelompok etnis," ujar Ibu Giang.
Hanya sedikit orang yang tahu bahwa sebelum An Nhan, mereka membuka sebuah toko kecil bernama Galeri Budaya Indah di ruang tamu orang tua mereka. Kemudian Covid-19 melanda, dan semua rencana terpaksa dibatalkan. Namun di saat yang hening itu, sebuah kesempatan baru terbuka: sebidang tanah kecil di desa Con Nhan menjadi awal dari sebuah perjalanan baru – An Nhan.
Nama "An Nhan" merupakan gabungan dari "An" yang berarti Hoi An dan "Nhan" yang berarti Con Nhan, keduanya membangkitkan kesan tempat tersebut dan menyampaikan semangat yang dikejar pasangan tersebut: sebuah tempat yang damai, tempat pengunjung dapat dengan santai menikmati kesederhanaan pedesaan, sambil dengan tenang mengagumi produk kerajinan tangan yang dipenuhi dengan nafas budaya kelompok etnis.
Ruang koneksi dan berbagi
Tak hanya sebagai tempat pameran, An Nhan juga merupakan tempat pertemuan, tempat para pencinta budaya dan pengrajin bertemu dalam semangat yang sama. Artisan Vang, seorang H'Re, adalah salah satu rekan dekat An Nhan. Dari tangannya yang terampil, lahirlah karya-karya kayu yang sederhana namun elegan, sebagai bukti keberlangsungan kerajinan tradisional yang tak lekang oleh waktu.
Saat ini, jaringan kolaboratif An Nhan semakin meluas, terhubung dengan banyak pengrajin dan komunitas etnis di seluruh Vietnam. Suku M'nong, Co Tu, Ede... yang mereka temui dalam perjalanan kini menjadi mitra, teman, dan kerabat. "Mereka tidak pandai berbisnis, tetapi cara mereka bertanya, mengundang kami makan, minum anggur, dan menceritakan kisah-kisah lama membuat kami semakin mencintai mereka dan semakin dekat," ujar Kiet.
Yang paling membahagiakan Bapak Kiet dan Ibu Giang adalah melihat sorot mata dan senyum simpatik para tamu yang berkunjung ke An Nhan. "Para tamu mengatakan kepada kami bahwa budaya Vietnam begitu kaya dan unik. Mereka takjub dengan keterampilan para perajin dan tersentuh ketika mendengar kisah hidup dan karya yang kami ceritakan," ungkap mereka.
Dari ruang tamu kecil di masa lalu hingga ruang damai di tengah desa Con Nhan saat ini, An Nhan tetap mempertahankan filosofi sederhana namun mendalam: "Pilihlah untuk berjalan perlahan di era yang serba cepat. Pilihlah untuk dengan sabar menceritakan kisah-kisah yang memudar dari desa yang jauh, tentang tangan-tangan tua, tentang kenangan yang memudar."
Hujan atau cerah, An Nhan - Galeri Budaya & Kopi yang Indah buka setiap hari mulai pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore, menyambut mereka yang mencari keindahan kerajinan tradisional, di mana setiap produk merupakan bagian dari budaya dan setiap pertemuan adalah cerita tentang gairah yang tak pernah berakhir terhadap kerajinan tersebut.
Sumber: https://baodanang.vn/mien-van-hoa-giua-xu-dua-3306715.html
Komentar (0)