Dalam kehidupan budaya masyarakat Khmer di Tay Ninh , seni tari rakyat tidak hanya merupakan sarana untuk mengekspresikan kepercayaan tetapi juga "harta karun" spiritual yang erat kaitannya dengan identitas nasional.
Salah satu bentuk kesenian khas, yang sarat dengan unsur pertunjukan dan filosofi kehidupan, adalah tarian Chan - bentuk tarian epik unik yang dilestarikan oleh komunitas Khmer di sini.
Tarian rakyat dengan gaya kerajaan
Tarian naga, juga dikenal sebagai Robam Yeak Roam, adalah bentuk dramatisasi yang didasarkan pada puisi epik Riem Ke, mirip dengan kisah Ramayana dari India. Ini adalah bentuk seni tradisional yang telah lama ada dalam kehidupan budaya Khmer, dan pernah populer di provinsi-provinsi selatan seperti Tra Vinh , Soc Trang, Kien Giang, dan Tay Ninh.
Dalam tarian tersebut, para seniman berubah menjadi karakter-karakter epik seperti Pangeran Preth Riem - karakter utama terpenting dalam drama dengan kepribadian yang lembut dan baik hati; Xay Da - istri Preth Riem, seorang wanita berbakat dan setia; Raja Riep - penjahat dengan wajah garang; dewa monyet Hanuman yang pemberani dan suka berperang...

Melalui kostum berwarna-warni, alat peraga simbolis, dan terutama koreografi yang sangat fisik, mereka mengekspresikan sifat karakter, alur cerita, dan pesan tentang sebab dan akibat, kebaikan dan kejahatan, cinta dan kesetiaan.
Keistimewaan tarian Chan adalah tidak menggunakan topeng seperti tari Lakhol Khol. Alih-alih, seniman mengekspresikan emosi melalui ekspresi wajah dan gerakan tubuh, di ruang pertunjukan terbuka, dipadukan dengan musik tradisional Pinpeat seperti drum, gong, seruling, dan terompet... menciptakan suasana misterius, khidmat, namun tetap akrab.
Perpaduan antara tari, cerita, dan perwujudan
Setiap pertunjukan tarian naga merupakan pertunjukan kompleks bahasa tubuh, teknik panggung, dan legenda rakyat.
Setiap gerakan tangan, kontak mata, dan langkah distandarisasi menurut tradisi, meniru citra manusia, dewa, atau hewan suci dalam budaya Buddha dan Hindu.
Misalnya, karakter Raja Riep sang raksasa sering digambarkan dengan gerakan yang tegas, kuat, dan agak ganas. Sebaliknya, wanita Xay Da digambarkan dengan lembut dan anggun.

Tarian berpasangan antara Preth Riem dan Xay Da sering kali emosional, sementara adegan pertarungan dengan raksasa atau adegan di mana Hanuman menggunakan trik membutuhkan teknik tinggi dan tempo cepat.
Para seniman yang berpartisipasi dalam tarian Chan bukan hanya penari, tetapi juga pendongeng melalui tubuh mereka. Melalui setiap tarian, penonton dapat merasakan perjalanan mengatasi tantangan, melawan kejahatan, dan perjalanan mencari keadilan, sebuah nilai yang mengalir dalam budaya Timur.
Peran dalam kehidupan komunitas Khmer Tay Ninh
Tarian Chan sering ditampilkan selama festival besar Khmer seperti Chol Chnam Thmay (Tahun Baru Tradisional), Upacara Persembahan Jubah Kathina, festival pagoda atau festival budaya nasional.
Tak hanya menghibur, tari naga juga menjadi salah satu bentuk pendidikan moral, yang mengungkapkan filosofi hidup lewat kisah-kisah epik.
Di Tay Ninh, seni tari Chan merupakan kebanggaan komunitas Khmer di komune seperti Truong Tay, Truong Hoa, Long Thanh Nam...

Generasi demi generasi pengrajin telah mengajarkan dan melestarikan tarian kuno melalui cerita, aksi, dan pertunjukan di ruang komunitas seperti pagoda, rumah budaya etnis, atau panggung festival.
Risiko kepunahan dan upaya konservasi
Meskipun memiliki nilai budaya dan seni yang unik, tarian naga saat ini menghadapi risiko kepunahan.
Ciri khas bentuk seni ini adalah keberadaannya yang sebagian besar berasal dari mulut ke mulut dan belum tersistematisasi secara sistematis. Banyak seniman senior telah meninggalkan panggung, sementara generasi muda memiliki sedikit kesempatan untuk mengakses atau bahkan tidak lagi tertarik pada bentuk seni tradisional ini.
Menurut Master Ngo Tu Le - Asosiasi Sastra dan Seni Provinsi Tay Ninh, "Tanpa kebijakan pelestarian yang tepat, melodi, ketukan drum, dan gerakan khas akan perlahan menghilang ketika para pengrajinnya sudah tidak ada lagi dan tidak ada penerusnya."
Menyadari pentingnya melestarikan warisan budaya takbenda, provinsi Tay Ninh telah melaksanakan program untuk memulihkan, mengajarkan, dan menampilkan seni tari rakyat Khmer.
Menggabungkan pelestarian budaya dengan pengembangan pariwisata, terutama pada destinasi seperti Kawasan Wisata Pegunungan Ba Den, dianggap sebagai solusi efektif untuk mempromosikan nilai-nilai identitas nasional di era integrasi.
Sumber: https://www.vietnamplus.vn/mua-chan-vu-dieu-su-thi-doc-dao-cua-nguoi-khmer-tay-ninh-post1056003.vnp
Komentar (0)