Warga Hanoi melepaskan diri dari kesulitan akibat banjir, kembali ke kehidupan normal dan mulai menantikan aroma khas: aroma beras hijau baru.
Para nenek dan ibu masih menyebut beras hijau sebagai "hadiah padi muda", sebuah hadiah yang sederhana sekaligus elegan. Di setiap butir beras hijau yang masih penuh susu, tergambar hamparan sawah, sinar matahari keemasan bulan Agustus, dan gemerlap embun di tepian berumput tanggul.
Serpihan beras hijau bukan untuk mereka yang terburu-buru, karena hanya ketika disantap perlahan dan santai, kita dapat sepenuhnya menikmati manis, lembut, dan esensi bulir beras muda. Dengan sedikit gigitan dan kunyahan lembut, kita dapat merasakan seluruh musim gugur meleleh di ujung lidah: manisnya yang ringan, aroma samar kolostrum, aroma samar daun teratai yang meresap di setiap butir beras hijau. Esensi bumi, langit, angin, matahari, pedesaan yang sejuk... semuanya menyatu dalam butiran kecil serpihan beras hijau itu.

Berbicara tentang beras hijau, orang sering menyebut tiga nama yang familiar: beras hijau dari Desa Vong, beras hijau dari Me Tri, dan beras hijau dari Tu Le. Semuanya terbuat dari butiran beras ketan muda yang masih penuh susu, tetapi setiap tanah, setiap tangan, setiap metode pengolahan menghasilkan cita rasa yang unik, bagaikan tiga bagian berbeda yang jika digabungkan menciptakan gambaran halus kuliner Vietnam. Beras hijau dari Desa Vong dianggap sebagai "hidangan nomor satu". Butiran beras hijau setipis daun asam jawa, lembut dan harum, berwarna agak kekuningan, terbungkus daun teratai tua, hanya perlu dibuka sedikit untuk merasakan aroma ringan beras hijau yang menyebar, membuat orang merasa bersemangat bahkan sebelum mencicipinya.
Petik sejumput kecil untuk dimakan bersama pisang emas. Kekentalan, rasa manis, dan aromanya berpadu sempurna, bagaikan menyatukan semua warna musim gugur menjadi satu sajian lezat yang elegan. Nasi hijau yang lebih tua, para ibu di masa lalu sering memasak nasi ketan dengan buncis, biji teratai, dan kelapa parut, menciptakan hidangan nasi ketan yang manis dan harum, mewah sekaligus sederhana. Atau, tumbuk nasi ketan untuk membuat sosis nasi hijau keemasan yang harum, untuk disajikan di nampan musim gugur.
Musim gugur tiba, jalanan lama terasa melambat. Di tengah hiruk pikuk jalanan hari ini, tiba-tiba menemukan warung nasi hijau kecil yang berhenti di pinggir jalan sudah cukup untuk menenangkan hati. Aroma nasi hijau tercium, sederhana namun menyentuh, membawa anak-anak era 70-an dan 80-an kembali ke masa lalu yang damai dengan sepiring pisang kuning matang, jeruk bali yang montok, kesemek merah, dan nasi hijau yang tak tergantikan, dibungkus daun teratai. Cukup ambil sedikit, kunyah perlahan, dan kenangan indah masa lalu akan kembali.
Mungkin itulah sebabnya setiap kali angin sejuk datang, anak-anak yang lahir di kota ini selalu menanti aroma padi hijau yang baru. Tak hanya untuk menikmati anugerah musim gugur yang murni, tetapi juga untuk sekali lagi menyentuh kenangan, kenangan akan Hanoi yang damai dan lembut. Jika musim gugur Hanoi adalah sebuah musik, aroma padi hijau adalah nada yang paling jernih, tenang namun sangat menusuk, sehingga siapa pun yang pernah mencicipinya akan membawa serta nostalgia yang manis dan abadi.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/mua-thu-huong-com-moi-post818793.html
Komentar (0)