Memasuki ruang pameran, pengunjung terpukau oleh beragam penampilan wayang. Setiap wayang memiliki bentuk yang merangkum kisah yang menanti lawan bicaranya. Di area "Wayang yang Menceritakan Kisah Budaya Vietnam", karya "Tari Dataran Tinggi Tengah" meninggalkan kesan yang mendalam bagi pengunjung. Tiga wayang dengan kostum perempuan muda dari hutan agung seakan membawa aroma pegunungan dan hutan dengan gema gong, bersama tarian Dataran Tinggi Tengah yang dijiwai oleh identitas jantung ibu kota yang ramai.
Karya wayang "Rowing" seolah menghangatkan penonton dengan penggambaran sepasang suami istri yang mendayung menerjang ombak, mengingatkan pada pepatah "Ketika suami istri rukun, Laut Timur pun bisa mengering". Seniman Duong Van Hoc berkata: "Saya selalu memasukkan bukan hanya cerita ke dalam wayang, tetapi juga napas dan suara sederhana rakyat Vietnam. Berkat itu, penonton, baik domestik maupun internasional, dapat merasakan pikiran, aspirasi, dan keindahan sederhana rakyat Vietnam."
|
Seniman Duong Van Hoc memperkenalkan wayang kepada pengunjung. Foto: NGOC HOA |
Jika area wayang Vietnam menghadirkan nuansa kebangsaan, area pameran bertema "Boneka Menceritakan Kisah Dunia " membuka ruang kreatif tanpa batas. Yang menonjol di ruang tersebut adalah boneka perempuan berambut pirang, bermata gelap, mengenakan rok balet putih berlapis-lapis, tampak anggun bak angsa. Melalui tangan sang seniman, gerakan boneka menggambarkan momen-momen terakhir kehidupan angsa, indah, sempurna, namun menghantui. Budaya Asia juga hadir dengan jelas dalam karya "Gadis atau Laba-laba", yang terinspirasi oleh gambaran iblis laba-laba dalam Perjalanan ke Barat. Boneka tersebut bertransformasi menjadi seorang gadis Asia misterius bergaun merah cerah. Ketika tali kendali diregangkan, cangkang indahnya terpisah, memperlihatkan struktur laba-laba di dalamnya. Momen transformasi ini memukau seluruh penonton, membangkitkan batas antara keindahan lahiriah dan batiniah.
Area pameran wayang kulit juga tak kalah istimewa. Di bawah cahaya kuning yang hangat, setiap siluet anak-anak yang bermain dengan babi, ayam, dan anjing muncul di atas kain putih tipis. Sederhana namun menyentuh kenangan banyak orang Vietnam. Nguyen Thu Ha (lahir tahun 1980, di Hanoi ) berkata: "Melihat wayang kulit, saya merasa seperti kembali ke masa kecil saya, berlari tanpa alas kaki, memanggil teman-teman."
Pameran tematik ini membuka dunia yang mempertemukan tradisi dan kreativitas, di mana boneka-boneka kecil menjadi jembatan untuk mendekatkan warisan budaya kepada publik. Lebih dari 30 karya dan artefak yang disumbangkan oleh seniman Duong Van Hoc ke Museum Hanoi tidak hanya menjadi pameran, tetapi juga kisah-kisah nyata, yang menjanjikan akan terus bergema di hati semua generasi masyarakat Vietnam. Bapak Nguyen Tien Da, Direktur Museum Hanoi, menekankan: "Yang perlu dilakukan sekarang adalah mendekatkan warisan budaya kepada generasi muda dan sahabat-sahabat internasional. Jika ditunda, risiko hilangnya warisan budaya sangat tinggi. Oleh karena itu, Museum Hanoi berupaya menghadirkan seni pertunjukan, termasuk seni boneka, ke dalam ruang pameran agar publik dapat lebih mengenal, memahami, dan mengapresiasi warisan budaya negara ini."
Sumber: https://www.qdnd.vn/van-hoa/van-hoc-nghe-thuat/nguoi-ke-chuyen-bang-roi-1015555











Komentar (0)