Nama yang sederhana namun penuh kasih itu telah melampaui makna administratifnya yang kering, menjadi pengakuan kebanggaan masyarakat atas seorang guru yang penuh semangat. Berkat kontribusi besar dan prestasi gemilangnya, sekolah yang dulunya merupakan "pusat banjir" Nghe An Barat kini telah berganti kulit dan tumbuh pesat.
Bapak Nguyen Van Tho - Kepala Sekolah Menengah Pertama Yen Tinh untuk Etnis Minoritas, Komune Yen Na, Nghe An . FOTO: DISEDIAKAN OLEH PENULIS
Pada tahun 1998, guru muda Nguyen Van Tho memulai karier mengajarnya dengan kecintaan yang membara terhadap profesinya. Sejak awal, ia dicintai oleh para siswa, dipercaya oleh orang tua, dan dihormati oleh rekan-rekannya. Meskipun baru saja lulus, ia aktif berpartisipasi dalam kegiatan serikat pekerja. Dengan usaha yang gigih, pada Oktober 2010, ia diangkat menjadi Wakil Kepala Sekolah Menengah Etnis Minoritas Tuong Duong dan pada tahun 2020, ia diberi tanggung jawab penting sebagai Kepala Sekolah Menengah Etnis Minoritas Yen Tinh.
Mengemban tugas di tengah sekolah yang serba kekurangan, dengan fasilitas seadanya, tingkat putus sekolah yang tinggi, dan kualitas pengajaran serta pembelajaran yang kurang memadai, Bapak Tho dan para guru membangun kembali kepercayaan, menggalang solidaritas, meluncurkan gerakan "Mengajar dengan Baik - Belajar dengan Baik", dan secara proaktif meminta dukungan dari orang tua dan pemerintah. Berkat keberanian seorang Sekretaris Partai, dengan tanggung jawab seorang pemimpin, dan kecintaan yang tak pernah pudar terhadap profesi ini, hanya dalam beberapa tahun, sekolah di daerah terpencil tersebut telah menjadi unit standar nasional tingkat 1 – sebuah tonggak sejarah yang membanggakan.
Kampus sekolah, yang dulunya merupakan pusat banjir, telah mencapai standar nasional tingkat 1. FOTO: DISEDIAKAN OLEH PENULIS
Orang-orang dengan penuh kasih sayang menyebut "Sekolah Pak Tho" bukan hanya karena perubahan yang terjadi di sekolah tersebut, tetapi juga karena kebaikan hati sang guru terhadap murid-muridnya. Salah satu kisah yang mengharukan adalah perjalanan beliau mendampingi Linh Chi, seorang siswi dengan masalah mata yang membutuhkan perawatan jangka panjang. Setelah menerima informasi dari wali kelas tentang penyakit dan kondisi keluarga sang siswi yang menyedihkan, Pak Tho tidak mempermasalahkan jarak yang jauh, langsung menghubungi saluran informasi dan dokter di Kota Vinh, menggalang donatur untuk membantu biaya, dan kemudian secara pribadi membawanya ke rumah sakit. Di setiap langkah perjalanan, beliau dengan ramah menyemangati dan memotivasi Linh Chi untuk tetap percaya diri dan pantang menyerah dalam belajar. Di mata sang anak, guru bukan hanya seorang guru, tetapi juga ayah kedua.
Tak hanya Chi, Pak Tho juga diam-diam peduli pada ratusan siswa miskin lainnya. Mulai dari generator, pengeras suara, ribuan buku catatan, buku pelajaran, selimut hangat, seragam... semuanya merupakan jejak panggilan, surat, dan permohonan guru yang dikirimkan ke berbagai bisnis, organisasi, dan individu di dekat maupun jauh. Berkat itu, makanan asrama kini lebih kaya sayuran hijau, buku catatan putih bersih melanjutkan impian para siswa, dan para guru pun semakin terbebas dari kesulitan hidup sehari-hari.
Dua kegiatan penggalangan dana Pak Tho untuk murid-muridnya. FOTO: DISEDIAKAN OLEH PENULIS
Baginya, pendidikan tidak berhenti pada sastra. Ia senantiasa mendorong guru dan siswa untuk berpartisipasi dalam proyek penelitian ilmiah terkait identitas lokal. Khususnya, proyek pelestarian seni pertunjukan rakyat Thailand telah meraih juara pertama tingkat provinsi pada tahun 2023-2024. Setelah itu, kelas alat musik tradisional dibuka dengan pembentukan Klub Alat Musik Tradisional di sekolah, yang berkontribusi dalam menumbuhkan rasa bangga nasional dan menumbuhkan kecintaan terhadap budaya pada generasi muda.
Ia senantiasa mendorong para guru dan siswa untuk berpartisipasi dalam proyek penelitian ilmiah terkait identitas lokal. FOTO: DISEDIAKAN OLEH PENULIS
Untuk mempertahankan siswa dan mengurangi angka putus sekolah, Bapak Tho memutuskan bahwa selain mengajar, beliau perlu berfokus pada peningkatan kualitas hidup dan hiburan bagi para siswa. Dari mengubah menu makan siang, beliau juga terus menyelenggarakan kegiatan rekreasi di sekolah, membantu para siswa melupakan rasa rindu dan belajar secara aktif.
Pak Tho menjadi wasit pertandingan sepak bola siswi. FOTO: DISEDIAKAN OLEH PENULIS
Di Yen Na, ketika ditanya tentang Tuan Tho, banyak siswa dengan polosnya berkata: "Beliau sudah seperti ayah kami, mengurus setiap makanan, tidur, bahkan matanya yang cerah untuk membaca surat-surat."
Warga desa berbagi dengan sederhana: "Dengan Pak Tho, sekolah kami jauh berbeda dari sebelumnya. Ini bukan hanya sekolah, tetapi juga dukungan bagi seluruh desa."
Di tengah medan pegunungan yang sulit, kehadiran guru telah menaburkan keyakinan dan harapan di hati orang-orang. Tindakan-tindakan yang tampaknya kecil—membawa seorang murid berobat, meminta puluhan buku, dan selimut hangat—adalah bukti nyata dari semangat hidup indah, hidup penuh kasih, bertanggung jawab, dan menyebarkan kasih.
Bagi guru Nguyen Van Tho, penghargaan terbesar bukanlah sertifikat penghargaan, melainkan senyum tulus murid-muridnya, kepercayaan rekan-rekannya, dan rasa terima kasih sederhana dari masyarakat dataran tinggi. Dan dari hal-hal sederhana inilah, tanah yang dulunya merupakan "pusat banjir" kini bangkit kembali, tumbuh dengan kuat.
Sumber: https://thanhnien.vn/nguoi-thay-uom-mam-giu-lua-vung-cao-18525091810402327.htm
Komentar (0)