Menurut pejabat, penculikan itu terjadi setelah penduduk memprotes pajak ilegal dan milisi yang dikenakan terhadap penduduk daerah tersebut.
Kamerun hancur akibat perang saudara. Foto: AFP
Seorang pejabat tinggi di wilayah tersebut mengatakan para perempuan itu diculik dari Babanki, sebuah desa di dekat perbatasan dengan Nigeria. "Kami memiliki informasi yang dapat dipercaya bahwa 10 perempuan, sebagian besar petani, disiksa dengan senjata api dan parang," kata Simon Emil Mooh.
Mooh juga mengatakan para militan memungut iuran bulanan dari anak-anak, perempuan, dan laki-laki. Mereka memungut pajak dari pasangan sebelum mereka menikah dan memaksa keluarga untuk membayar $1.000 jika mereka ingin menguburkan orang yang mereka cintai.
Pemimpin separatis, Capo Daniel, mengatakan para perempuan itu diculik pada pertengahan Mei. Ia mengatakan mereka dihukum karena membiarkan diri mereka dimanipulasi oleh pemerintah Kamerun.
Kelompok separatis di Kamerun melancarkan pemberontakan pada tahun 2017. Kelompok separatis, yang berbahasa Inggris, ingin memisahkan diri dari wilayah yang sebagian besar berbahasa Prancis dan mendirikan negara berbahasa Inggris yang merdeka.
Konflik tersebut telah merenggut lebih dari 6.000 nyawa dan memaksa lebih dari 1 juta orang meninggalkan rumah mereka, menurut International Crisis Group (ICG).
Trung Kien (menurut AFP, AP, DW)
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)