Hubungan militer-sipil yang mendalam

Desa Hang Pu Xi memiliki 72 rumah tangga dengan hampir 380 jiwa, sebagian besar merupakan etnis Mong. Sebagian besar penduduknya bertani , kehidupan sehari-harinya damai, dan tidak terlalu terganggu oleh faktor eksternal.

Namun, kehidupan damai penduduk Desa Hang Pu Xi berubah total setelah semalaman dilanda banjir bandang yang dahsyat. Banjir yang mengalir deras dari hulu menyapu bersih segalanya. Akibatnya, dua anak meninggal dunia, 22 rumah, tanaman, dan ternak tersapu dan hancur total...

Desa Hang Pu Xi hancur setelah banjir bersejarah.

Menghadapi kerugian besar yang dialami warga, pemerintah daerah, bersama dengan aparat militer dan kepolisian, segera menyusun rencana untuk terjun ke daerah banjir guna membantu mengatasi dampak bencana alam. Namun, jalan menuju desa terkikis oleh tanah longsor, sehingga menyulitkan upaya penyelamatan dan pengangkutan makanan serta perbekalan dengan kendaraan ke desa. Namun, dengan semangat "melupakan diri demi rakyat", para prajurit Pasukan Paman Ho bekerja siang dan malam, mengatasi lumpur dan derasnya air, menghabiskan beberapa jam berjalan kaki untuk mencapai Desa Hang Pu Xi guna membawa makanan yang dibutuhkan warga.

Di tengah kesulitan, rasa sakit, dan kehilangan itulah semangat ketangguhan, solidaritas, dan kasih sayang yang mendalam antara tentara dan rakyat bersinar untuk mengatasi kekejaman alam. Gambaran para prajurit yang mengarungi lumpur untuk mencari orang hilang, membawa orang ke unit gawat darurat di malam hari, membantu membersihkan lumpur, mengeruk kanal, memperbaiki rumah... menyentuh hati banyak orang.

Rasa sakit akan berlalu, desa-desa akan bangkit kembali, tetapi di hati setiap warga, tentara selalu menjadi pendukung istimewa yang telah membantu warga di sini untuk pulih, bangkit dari banjir, dan menyembuhkan luka pascabencana alam. Dalam diri mereka, selalu ada gambaran tentara Paman Ho, yang selalu siap berkorban demi perdamaian Tanah Air dan rakyat.