Matahari terbit di Sungai Gangga
Mungkin tidak ada tempat lain di mana hidup dan mati begitu dekat! Saya berjalan di sepanjang trotoar batu pasir, bercampur dengan bau pesing yang menyengat dari dinding dan bau terbakar dari asap tebal sungai. Baru kemudian saya tahu bahwa itu adalah krematorium terbuka. Dashashwamedh Ghat (ghat dalam bahasa Hindu berarti anak tangga yang mengarah ke tepi sungai) selalu menjadi tempat tersibuk di Varanasi. Sementara para pendeta Hindu bermeditasi di sudut-sudut tersembunyi, di sana-sini, keluarga peziarah membenamkan diri dalam doa di sungai suci. Doa-doa mereka yang khidmat bercampur dengan tangisan pilu di krematorium. Tepat di tepi air, alu kayu para tukang cuci yang rajin berdetak berirama seperti ketukan waktu. Setiap orang melakukan pekerjaan mereka sendiri, tenang dan kalem sampai ke titik dingin.
Di sepanjang jalan setapak menuju tepi sungai terdapat tenda-tenda yang ditutupi kanvas berisi para pendeta yoga dan peramal. Mereka hanya mengenakan cawat, janggut dan rambut menutupi wajah, menambah aura misterius mereka. Pengalaman pribadi saya adalah, agar tidak terseret, sebaiknya jangan mengintip ke tempat-tempat yang banyak pendetanya berkumpul. Saya hanya mendekati orang-orang yang duduk sendirian, meminta izin untuk berfoto, tentu saja akan ada biaya untuk kerja sama ini.
Festival Seni Ganga
Ada banyak ritual di sungai suci ini. Saya memfokuskan perhatian saya untuk mengamati dan merekam sebuah ritual rutin namun sangat penting. Ritual tersebut adalah upacara pemujaan sungai yang disebut Ganga Aarti.
Pukul 16.00 adalah waktu untuk persiapan seperti membersihkan dan menggelar karpet, serta menempatkan meja-meja ritual di sepanjang jalur Dashashwamedh Ghat. Ini adalah upacara persembahan malam hari yang dilakukan oleh para pendeta (pandit), dengan ritual mempersembahkan tanah, air, api, dan bunga kepada Ibu Gangga... Untuk mendapatkan posisi terbaik, saya harus duduk diam di sudut meja persembahan pertama selama 4 jam. Para pendeta awalnya merasa kesal, tetapi lama-kelamaan menjadi lebih ramah. Ketika hari mulai gelap, ribuan umat telah memadati Dashashwamedh Ghat. Mereka tampak kelelahan, letih, tetapi juga sangat tidak sabar dan bersemangat.
Persembahan
Pukul 19.00, ketika lantunan doa dimulai, para pendeta melambaikan kecapi mereka serempak, menggambar garis-garis cahaya di langit yang gelap. Diiringi musik, doa, dan mantra, mereka melakukan ritual mempersembahkan hal-hal paling murni kepada para dewa, seperti dupa, bunga, lilin, dll.
Ritual keagamaan ini bisa dibilang layak dijalani saat menginjakkan kaki di tepi Sungai Gangga. Bagi sebagian orang, sungai ini tercemar, tetapi bagi yang lain, berendam di Sungai Gangga akan menghapus segala dosa. Mereka bermimpi dikremasi dan menebarkan abunya di sini dengan keyakinan kuat bahwa arwah akan beristirahat selamanya. Saya mengerti mengapa umat Hindu selalu bermimpi mengunjungi tanah suci Varanasi sekali seumur hidup.
Sumber: https://heritagevietnamairlines.com/song-thieng-huyen-bi/
Komentar (0)