
Presiden Luong Cuong berjabat tangan dengan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung di APEC - Foto: VNA
Sebagai negara tuan rumah, Korea Selatan telah memilih "konektivitas, inovasi, dan kemakmuran" sebagai tiga prioritas utama untuk Pekan KTT Kerja Sama Ekonomi Asia -Pasifik (APEC) 2025, dan menjadikan kerja sama kecerdasan buatan (AI) sebagai topik diskusi utama.
Jembatan Kolaborasi AI
Berbicara kepada Tuoi Tre , Dr. Majo George, Kepala Departemen Ekonomi di Universitas Ekonomi dan Keuangan, Kota Ho Chi Minh, menilai bahwa APEC merupakan mekanisme multilateral yang langka dengan kehadiran AS dan Tiongkok—dua negara yang memimpin revolusi AI global. Oleh karena itu, forum ini memainkan peran unik dalam menjembatani kerja sama antarekonomi.
Kekuatan APEC terletak pada modelnya yang sukarela dan tidak mengikat, yang memungkinkan negara-negara dengan sistem politik dan hukum yang berbeda untuk berkoordinasi melalui prinsip-prinsip umum.
"Kerangka kerja yang ada seperti Aturan Privasi Lintas Batas (CBPR) dan Perjanjian Penegakan Privasi Lintas Batas (CPEA) di kawasan ini telah menunjukkan bahwa kerja sama pragmatis dapat berhasil tanpa memaksakan hukum yang seragam," kata George.
Memanfaatkan kekuatan itu, pada Pertemuan Tingkat Menteri APEC Digital dan AI di Incheon pada bulan Agustus, para menteri ekonomi anggota mengeluarkan pernyataan bersama yang berkomitmen untuk mengejar teknologi AI yang bertanggung jawab, transparan, dan berpusat pada manusia.
"APEC tetap menjadi salah satu dari sedikit platform di mana negara-negara adidaya hadir, dan di mana ekonomi Asia-Pasifik memelihara dialog dan kepercayaan. Pidato Presiden Luong Cuong di KTT CEO APEC mencerminkan visi ini, menegaskan bahwa revolusi industri modern dengan AI sebagai kekuatan utamanya harus dipimpin oleh kerja sama, tanggung jawab, dan inklusivitas," tegas Dr. George.
Senada dengan pendapat di atas, Bapak Hendrick Sin, Ketua Komite Program Subsidi AI Hong Kong (Tiongkok), menegaskan di China Daily pada tanggal 31 Oktober bahwa "keterbukaan dan penyebaran yang cepat" teknologi AI menjadikan kerja sama internasional sangat diperlukan untuk tata kelola AI.
Bapak Sin menekankan bahwa sebagai "platform kerja sama ekonomi paling berpengaruh di kawasan", APEC dianggap memiliki "posisi khusus untuk mendorong dialog dan membangun konsensus" di antara negara-negara anggotanya.
Sebelumnya, pada Pertemuan Menteri Keuangan APEC pada 22 Oktober, pemimpin otoritas keuangan Hong Kong Pual Chan juga menyerukan APEC untuk memperkuat kerja sama melalui pengembangan kapasitas, berbagi pengetahuan, dan bantuan teknis untuk mempersempit kesenjangan pembangunan digital.
Ia juga meminta kawasan tersebut untuk memfasilitasi dialog tentang tata kelola AI, transfer data lintas batas, dan perdagangan digital, sambil meningkatkan inovasi dan ekosistem teknologi regional.
Menghubungkan pusat keuangan Vietnam
Dr. Majo George menegaskan bahwa peran APEC tidak hanya sebatas mempromosikan kerja sama AI. Ia menekankan bahwa agar upaya membangun pusat keuangan internasional di Kota Ho Chi Minh dan Da Nang membuahkan hasil, kedua pusat ini harus menggabungkan modal finansial dengan konektivitas data dan kepercayaan digital.
Dalam konteks saat ini, APEC dapat bertindak sebagai "jaringan pipa" yang menghubungkan dua pusat keuangan Vietnam dengan pusat-pusat lain di kawasan Pasifik.
Menurut Tn. George, dengan kekuatannya dalam manufaktur elektronik, layanan digital yang dinamis, dan ruang kebijakan untuk inovasi di sektor teknologi keuangan (fintech), Vietnam dapat memainkan peran sebagai pusat penghubung di mana teknologi AI perintis diadaptasi agar sesuai dengan realitas regional.
"Seruan Presiden Luong Cuong untuk pengembangan AI yang terbuka dan inklusif di APEC menekankan potensi Vietnam untuk menjadi faktor dalam menciptakan jaringan kerja sama trans-Pasifik," tegas Dr. George.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Bapak George mengusulkan sejumlah pilar aksi bagi APEC, baik untuk mempromosikan kekuatan negara-negara anggota maju maupun mempersempit kesenjangan pembangunan antarekonomi. Beberapa pilar penting di antaranya adalah penerapan perdagangan nir-kertas, implementasi proyek percontohan lintas batas untuk fintech dan AI di sektor keuangan, serta konektivitas lembaga regulator di pusat-pusat keuangan internasional yang sedang berkembang.
Usulan Vietnam
Berbicara pada KTT Bisnis APEC 2025 pada tanggal 30 Oktober, Presiden Luong Cuong menegaskan bahwa dunia sedang memasuki revolusi industri 4.0 dengan perbedaan mendasar yaitu teknologi AI dengan kecepatan terobosan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Presiden menekankan bahwa revolusi industri ini harus dipimpin sejak awal oleh semangat kerja sama, yang menciptakan peluang bagi semua perekonomian untuk berpartisipasi, berkontribusi, dan berkembang. Khususnya, komunitas bisnis APEC perlu bekerja sama dengan pemerintah untuk menerapkan AI secara bertanggung jawab, serta mendorong AI yang terbuka dan inklusif.
Berbicara pada sesi pertama Pertemuan Para Pemimpin APEC 2025 pada tanggal 31 Oktober, Presiden Luong Cuong mengusulkan tiga bidang utama yang harus menjadi fokus APEC.
Pertama, perlu ada solusi untuk mengatasi hambatan utama dalam rantai pasokan dan infrastruktur di kawasan ini melalui digitalisasi proses bea cukai yang efisien.
Kedua, perlu ditingkatkan kerja sama perdagangan dan investasi melalui upaya mewujudkan Perjanjian Perdagangan Bebas Asia-Pasifik.
Ketiga, perlu mendukung sektor swasta, terutama usaha kecil dan menengah, dalam mengakses modal, teknologi, pasar, dan meningkatkan kapasitas tata kelola untuk beradaptasi dan berkembang di era digital.
Sumber: https://tuoitre.vn/trien-vong-hop-tac-ai-trong-apec-20251101002310923.htm






Komentar (0)