Israel menetapkan tujuan baru
Keputusan terbaru Israel telah membuat para pengamat berspekulasi bahwa negara itu akan lebih tegas dalam konfrontasinya dengan Hizbullah di Lebanon. Kantor Perdana Menteri Israel mengumumkan pada 17 September bahwa kabinet keamanan telah resmi menetapkan tujuan keempat dalam konflik di Gaza, yaitu memastikan kepulangan warga Israel utara dengan selamat. Puluhan ribu warga Israel utara telah mengungsi akibat pertempuran antara Hizbullah dan Israel.
Dalam panggilan telepon dengan mitranya dari AS, Lloyd Austin, pada 16 September, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan bahwa jendela diplomatik untuk kebuntuan dengan Hizbullah telah ditutup. Gallant juga mengatakan kepada utusan khusus AS, Amos Hochstein, di Tel Aviv pada 16 September bahwa selama Hizbullah tetap terikat dengan Hamas dan menolak untuk mengakhiri konflik, satu-satunya cara bagi Israel untuk kembali ke utara dengan aman adalah melalui aksi militer .
Israel mengatakan Hamas telah 'kehilangan semangat juangnya', mengklaim memiliki lebih banyak pengalaman dan anggota baru
Sementara itu, Bapak Hochstein memperingatkan bahwa kampanye skala besar melawan Hizbullah tidak akan membawa keselamatan bagi warga sipil, tetapi justru berisiko memicu perang berkepanjangan di wilayah tersebut. Para ahli menilai potensi militer Hizbullah sangat besar, dan menambahkan bahwa konflik skala besar dengan Israel akan menyebabkan kerugian yang signifikan bagi kedua belah pihak, selain meningkatkan tekanan pada isu-isu kemanusiaan.
Roket yang diluncurkan dari Lebanon ke Israel dicegat di udara pada 16 September
Assaf Orion, mantan mayor jenderal Angkatan Darat Israel dan kini peneliti di Washington Institute for Near East Policy (berbasis di AS), menulis di majalah Foreign Affairs pada 12 September bahwa dalam setahun terakhir, Hizbullah telah meluncurkan lebih dari 7.600 roket ke Israel, dan Tel Aviv telah menyerang lebih dari 7.700 target Hizbullah di Lebanon. "Dalam perang skala penuh, skala seperti itu bisa terjadi dalam beberapa hari," ujar Orion, seraya menambahkan bahwa jika didukung oleh Iran dengan rudal dan drone, persenjataan Hizbullah akan secara signifikan menantang sistem pertahanan udara Israel.
Houthi meningkatkan ketegangan
Jika terjadi konflik skala penuh, Israel kemungkinan besar tidak hanya akan menghadapi Hizbullah, tetapi juga kelompok-kelompok bersenjata di Suriah, Irak, dan Yaman, yang telah bentrok dengan Tel Aviv dalam beberapa bulan terakhir. Houthi di Yaman baru-baru ini mengeluarkan tembakan peringatan ketika mereka menembakkan rudal ke Israel tengah pada 15 September. Ini adalah pertama kalinya rudal Houthi mencapai begitu dalam ke wilayah Israel, menurut Reuters. Setelah serangan itu, juru bicara Houthi, Yahya Saree, memperingatkan bahwa akan ada lebih banyak serangan terhadap Israel di masa mendatang. Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menekankan bahwa Houthi akan "membayar harga yang mahal".
Rudal supersonik Houthi mengalahkan jaringan pertahanan udara Israel
Foreign Policy pada 11 September memuat analisis oleh Bapak Steven A. Cook, seorang peneliti di Council on Foreign Relations (berkantor pusat di AS), yang menyatakan bahwa Houthi memiliki tujuan mereka sendiri dan kemungkinan akan terus menyerang Israel serta menghambat pelayaran di Laut Merah bahkan jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata. Menurut Bapak Cook, Houthi sedang menghadapi faksi-faksi di Yaman. Melanjutkan serangan terhadap Israel dan pelayaran di Laut Merah dapat membantu Houthi mendapatkan keuntungan politik , sehingga memperkuat posisi mereka di Yaman.
Menurut The Wall Street Journal , Israel telah melancarkan banyak serangan terhadap infrastruktur yang dikuasai Houthi di Yaman dalam beberapa bulan terakhir, dengan tujuan pencegahan. Namun, serangan terbaru Houthi ini sebagian menunjukkan bahwa tindakan Israel belum mampu menggoyahkan kelompok bersenjata ini.
Pager Hizbullah meledak secara beruntun
Setidaknya delapan orang tewas dan 2.750 orang terluka dalam serangkaian ledakan pager di Lebanon, ungkap Kementerian Kesehatan Lebanon pada 17 September. Sebelumnya pada hari yang sama, sebuah sumber keamanan mengatakan lebih dari 1.000 anggota Hizbullah terluka ketika pager yang mereka gunakan untuk berkomunikasi tiba-tiba meledak. Seorang pejabat Hizbullah mengatakan itu adalah "insiden keamanan terbesar" dalam hampir setahun terakhir ketegangan dengan Israel meningkat. Al Jazeera melaporkan bahwa rumah sakit di Lebanon mengimbau masyarakat untuk mendonorkan darah, apa pun jenisnya. Kantor berita Mehr melaporkan bahwa Duta Besar Iran untuk Lebanon, Mojtaba Amani, juga terluka akibat ledakan pager. Pager yang meledak adalah model terbaru yang dibeli Hizbullah dalam beberapa bulan terakhir, menurut sumber keamanan.
Khanh An
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/trung-dong-ngoi-tren-dong-lua-185240917223312638.htm
Komentar (0)