Menggunakan racun dari kaki seribu
Selama bertahun-tahun mengamati lemur liar, ahli biologi menemukan perilaku yang tidak seperti lainnya.
Lemur secara aktif mencari kaki seribu, menggigit tubuh hewan itu dengan lembut untuk memaksanya mengeluarkan cairan beracun, lalu memuntahkannya tanpa memakannya. Segera setelah itu, mereka menggunakan air liur mereka sendiri yang dicampur dengan racun untuk mengoleskannya ke seluruh bulu mereka.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Primates Journal oleh tim Profesor Louise Peckre di Pusat Biologi Evolusi Jerman, lemur menggosokkan zat tersebut pada tubuh mereka sebagai bentuk perlindungan terhadap kutu dan pinjal.

Lemur secara aktif mencari kaki seribu, menggigit tubuh hewan tersebut dengan lembut untuk memaksanya mengeluarkan cairan beracun, lalu memuntahkannya tanpa memakannya (Foto: Getty).
Sekresi kaki seribu mengandung senyawa sianogenik. Senyawa ini melepaskan sianida ketika terurai dan memiliki efek antibakteri dan pengusir serangga yang kuat.
Namun, tim juga mencatat frekuensi perilaku ini yang sangat tinggi. Seekor kaki seribu dapat berinteraksi dengan 5–6 kaki seribu per hari, meskipun tidak menunjukkan tanda-tanda serangan serangga yang serius.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa lemur beralih ke kaki seribu lebih dari sekadar untuk membela diri.
Setelah sekitar 10–15 menit terpapar racun, lemur mulai menunjukkan perubahan yang nyata.
Mata mereka sayu, telinga mereka terkulai, refleks mereka melambat. Beberapa berbaring telentang di bawah pepohonan, nyaris tak bereaksi terhadap suara sekecil apa pun di sekitar mereka. Mereka bergoyang sedikit, seolah hanyut dalam mimpi.
Efek "high" berlangsung selama 40 hingga 60 menit. Selama periode ini, lemur melepaskan diri dari lingkungannya. Gerakan tubuh minimal. Banyak yang kembali dan menemukan lebih banyak kaki seribu saat efeknya mulai memudar, menciptakan siklus sensorik baru.
Para peneliti menggambarkan kondisi ini sebagai "ekstasi alami". Meskipun belum jelas apakah lemur benar-benar merasakan kenikmatan yang sama seperti yang dirasakan manusia saat mengonsumsi zat psikoaktif, frekuensi pengulangan perilaku tersebut menunjukkan bahwa mereka memang sengaja mencarinya.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Scientific Reports , tim ahli di Universitas Liverpool meyakini bahwa senyawa benzoxazinoid dan glikosida sianogenik dari kaki seribu dapat mengaktifkan reseptor sistem saraf pusat, menciptakan efek yang serupa dengan yang terjadi ketika manusia terpapar zat psikoaktif dosis rendah.
Perilaku ini tidak menyebabkan bahaya langsung karena lemur memiliki enzim rhodanese di hatinya, yang menetralkan sebagian racun sianida.
Selain itu, sebuah studi tahun 2022 oleh Universitas Antananarivo (Madagaskar) menemukan bahwa individu dewasa sering menjadi “mentor” bagi lemur muda untuk belajar cara menggunakan kaki seribu dalam dosis dan waktu yang tepat.
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku ini mungkin memiliki unsur pembelajaran dan komunikasi dalam masyarakat kera.
Bukan hanya lemur yang tahu cara menemukan kesenangan
Penggunaan racun dari makhluk lain untuk menghasilkan efek neurologis bukanlah hal yang unik bagi lemur.
Menurut tinjauan studi dari Trends in Ecology & Evolution , hewan lain seperti lumba-lumba, kucing, gajah, dan bahkan burung pipit juga menggunakan tanaman atau hewan beracun untuk memengaruhi sistem saraf mereka, mulai dari perasaan rileks hingga kegembiraan sementara.
Pada lemur, penggunaan kaki seribu bukanlah sesuatu yang acak atau refleksif.
Para peneliti mencatat adanya pilihan yang disengaja. Lemur hanya menargetkan kaki seribu yang menghasilkan sekresi beracun, berhenti ketika efeknya bertahan, dan membedakan antara fase "persiapan-relaksasi-pemulihan".
Profesor Louise Peckre berkomentar dalam sebuah wawancara dengan National Geographic : “Kami percaya bahwa lemur menggunakan kaki seribu tidak hanya untuk perlindungan tetapi juga untuk mencapai kondisi neurologis khusus.
Ini adalah perilaku langka di dunia hewan, tetapi sangat terorganisir dan dipelajari.”
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/vuon-cao-va-bi-mat-dung-chat-doc-de-thu-gian-20250726074655688.htm
Komentar (0)