Tanah penuh warna Doai
Memasuki ruang pameran dan mengamati karya-karya yang tersebar di kedua dinding, pengunjung seakan berjalan-jalan di Xu Doai yang sederhana namun menawan. Pameran "Mata Orang Son Tay" bukan hanya namanya, tetapi juga perspektif para seniman yang terikat dan mencintai tanah air mereka, Son Tay. Dari sana, mereka menuangkan jiwa mereka ke dalam setiap karya.
Setiap karya merupakan sepenggal kenangan, sebuah perspektif unik tentang manusia, alam, dan ritme kehidupan di tanah air. Pengunjung dapat mengagumi musim panas Xu Doai melalui karya pernis "Scent of Summer 2" karya Nguyen Duy Dung. Dengan ukuran besar 90x120 cm, lapisan pernis diolah dengan terampil untuk menciptakan efek berkilauan pada setiap kelopak teratai, membuat pengunjung dapat dengan jelas merasakan ritme kehidupan yang semarak, vitalitas musim panas yang penuh melalui bunga teratai yang "orang Son Tay mencintai bunga teratai sejak tidurnya". Melalui itu, pengunjung dapat melihat pola pikir anak muda Son Tay saat ini, segar, optimis, tetap menjaga jiwa pedesaan sambil terus memperbarui diri.
![]() |
Pameran "Mata Orang Son Tay" menarik banyak pengunjung. |
Berbeda dengan energi musim panas yang melimpah, penulis Dinh Hong Quan membawa pengunjung ke suasana musim gugur yang damai melalui karya "Sore Musim Gugur di Xu Doai". Lukisan cat minyak berukuran 40x50 cm ini membangkitkan ketenangan tanah Son Tay di musim gugur dengan cahaya keemasan yang menyebar lembut di lereng bukit yang berkabut. Penulis telah mengolah cahaya dengan sangat halus, membuat pengunjung merasa seperti sedang berdiri di depan gerbang desa tua, mendengarkan lonceng gereja berdentang di sore hari. Dengan warna-warna hangat, lukisan ini membangkitkan nostalgia, ketenangan, dan jiwa kuno tanah tersebut yang telah meresap ke dalam puisi dan musik Vietnam.
Dalam perjalanan menjelajahi Son Tay, karya "Nui Thung" karya penulis Nong Thi Thu Trang mengajak pengunjung mengagumi keindahan alam pegunungan yang megah dan magis. Pada latar belakang pernis, besi, emas, dan hitam berpadu, menciptakan kedalaman magis yang seakan menyentuh alam spiritual. Gunung itu tampak megah namun tenang, melambangkan keberlanjutan dan umur panjang ibu pertiwi.
Dengan pemandangan pegunungan yang megah di tanah kelahirannya, penulis Hoang Khanh Du telah menyebarkan semangat kemurahan hati dan kebanggaan melalui karya sutra "Giang son do" berukuran 80x160 cm. Tata letaknya yang terbuka, sapuan kuas yang lembut khas lukisan sutra, membuat pegunungan dan sungai di negeri ini tampak dalam kabut pagi, terasa akrab sekaligus megah. Ini bukan hanya sebuah lanskap, tetapi juga curahan hati sang seniman kepada pegunungan dan sungai yang terbalut brokat, cinta kepada Tanah Air yang diungkapkan melalui bahasa lukisan yang halus dan mendalam.
![]() |
| Anak-anak muda antusias mendiskusikan karya-karya tersebut. |
Nguyen Hoang Minh (lahir tahun 2004, mahasiswa Universitas Seni Rupa Vietnam) berbagi: “Cara para seniman menggunakan pernis atau cat minyak sangat canggih, baik tradisional maupun kontemporer. Saya belajar banyak dari cara mereka menata ruang dan mengolah cahaya. Khususnya, lukisan "Giang Son Do" membuat saya merasa seperti sedang memandang pegunungan dan sungai melalui mata seorang seniman, lembut dan penuh kebanggaan.”
Tak hanya alam, pengunjung juga dapat mempelajari lebih lanjut tentang masyarakat Doai melalui karya "Release of Life" karya Nguyen Duc Duong. Karya pernis berukuran 120x180 cm ini mengandung makna filosofis dan humanis yang mendalam. Gambaran tentang pelepasan kehidupan membangkitkan pemikiran tentang kebebasan, welas asih, dan pembebasan spiritual. Sang seniman menggunakan kontras antara terang dan gelap untuk menonjolkan semangat kebaikan dan harmoni antara manusia dan alam. Lukisan ini bersifat simbolis sekaligus penuh ketenangan meditatif, yang membuat pengunjung berhenti sejenak dan merenung.
Nona Marie Dupont, seorang turis Prancis, bercerita: "Saya tidak sepenuhnya memahami teknik pernis, tetapi ketika saya berdiri di depan lukisan "Pelepasan Kehidupan", saya merasa sangat tersentuh. Warna, cahaya, dan keheningan dalam lukisan itu mengingatkan saya pada filosofi Timur tentang harmoni antara manusia dan alam."
Dimana seni berbicara tentang cinta tanah air
Pameran "Mata Masyarakat Son Tay" bagaikan sebuah deklarasi para seniman yang menciptakan tampilan unik bagi seni rupa wilayah Doai. Setiap karya membawa sepenggal tanah, masyarakat, sejarah Son Tay, yang mengandung kesederhanaan, kedalaman, dan ketahanan tanah ini. Pelukis Le The Anh berkomentar: "Para seniman melestarikan dan berkontribusi dalam menciptakan nilai-nilai unik dalam alur seni lukis secara umum. Mengenang Son Tay berarti mengenang masyarakat, jiwa, dan kepribadian artistik yang unik. Itulah "mata" seni lukis, cinta untuk Benteng Son Tay."
![]() |
| Kelompok pelukis Son Tay di pameran. |
Sorotan pameran ini terletak pada keragaman bahasa ekspresif. Pernis membangkitkan kedalaman tradisional, membawa pengunjung kembali ke ketenangan dan simbol-simbol budaya Vietnam. Lukisan cat minyak dekat dengan kehidupan kontemporer, sementara lukisan sutra menghadirkan nuansa lembut dan puitis seperti angin daerah Doai. Patung membuka ruang tiga dimensi, menegaskan kemampuan seniman untuk berpikir dan menciptakan bentuk. Semuanya berpadu menciptakan simfoni visual, di mana tradisi dan modernitas berjalan beriringan, saling melengkapi alih-alih saling bertentangan.
Kritikus seni dan pelukis Le Thu Huyen berkomentar: “Dari warna-warna tradisional hingga ekspresi kontemporer, pameran ini menegaskan bahwa seni Vietnam, terlepas dari wilayahnya, bergerak dengan kuat, membawa semangat humanis dan vitalitas budaya yang berkelanjutan. Pada tingkat yang lebih luas, ini adalah pertemuan antara tokoh-tokoh kreatif, di mana setiap karya adalah "sepasang mata" yang bersama-sama menciptakan gambaran umum tentang semangat Vietnam di zaman modern, yang melestarikan sekaligus berinovasi; yang bernostalgia sekaligus pionir.”
Sumber: https://www.qdnd.vn/van-hoa/van-hoc-nghe-thuat/xu-doai-va-doi-mat-nguoi-son-tay-1011582









Komentar (0)