Industri pariwisata Jepang mencatatkan kinerja yang impresif di bulan Mei dengan 3,04 juta wisatawan mancanegara, menandai bulan ketiga berturut-turut yang melampaui angka 3 juta. Menurut data resmi yang dirilis, jumlah wisatawan mancanegara pada bulan Mei meningkat sebesar 60,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, berkontribusi pada dorongan kuat bagi ekonomi pariwisata Jepang—yang sedang dalam proses pemulihan pascapandemi Covid-19.
Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO), peningkatan tajam jumlah wisatawan internasional disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk depresiasi yen, yang membuat produk dan layanan lebih murah bagi wisatawan internasional, sehingga mendorong mereka untuk membelanjakan lebih banyak, dan peningkatan jumlah penerbangan dan kapal dari Asia Timur.
Wisatawan yang berkunjung ke Jepang sebagian besar berasal dari lebih dari 12 negara dan wilayah, termasuk Korea Selatan dan Amerika Serikat. Data dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO) menunjukkan bahwa jumlah total wisatawan dari Januari hingga Mei mencapai 14,64 juta, naik 6,5% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19 merebak.
Berdasarkan negara dan wilayah, Korea Selatan memimpin dengan 738.800 kedatangan, naik 43,3% dari tahun ke tahun dan naik 22,4% dari tahun 2019. Berikutnya adalah wisatawan Tiongkok, dengan 545.400 kedatangan, lebih dari empat kali lipat periode yang sama tahun lalu tetapi masih turun 27,9% dari tahun 2019. Komisaris Badan Pariwisata Jepang Ichiro Takahashi mengatakan bahwa dengan tingkat pertumbuhan saat ini, Jepang memperkirakan jumlah pengunjung internasional tahun ini akan melampaui rekor 31,88 juta kedatangan yang tercatat pada tahun 2019.
Inovasi dan peningkatan investasi dalam produk pariwisata membuat citra Jepang semakin menarik. Pengembangan infrastruktur transportasi, menghubungkan destinasi wisata dengan sistem jalan raya, serta pemulihan dan pengembangan industri pariwisata lokal tradisional telah menjadi titik terang dalam pariwisata Jepang.
Pengembangan aplikasi berteknologi tinggi dalam pengembangan pariwisata juga ditekankan. Jepang menerapkan teknologi untuk mendukung proses penerimaan dokumen dan penerbitan visa, dengan menerapkan kebijakan bebas visa untuk 68 negara dan wilayah. Jepang juga membangun koridor pariwisata baru, yang memungkinkan wisatawan untuk bepergian ke seluruh penjuru negeri.
Untuk mendukung kebijakan tersebut, Japan Railways (JR) telah menerbitkan "Japan Railway Pass" untuk membantu wisatawan asing bepergian dengan lebih mudah dan nyaman di Jepang. Tiket khusus ini memungkinkan Anda naik dan turun secara bebas di semua kereta dan bus yang dioperasikan oleh JR di seluruh negeri, termasuk Shinkansen, dengan biaya paling terjangkau.
Namun, selain mendatangkan manfaat ekonomi yang besar bagi Jepang, industri pariwisata juga menimbulkan masalah bagi negara tersebut, dengan masalah yang paling menonjol adalah kelebihan turis asing. Hal ini ditegaskan dalam Buku Putih Pariwisata Jepang 2024 yang baru-baru ini diumumkan oleh Pemerintah Jepang. Turis asing terlalu terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, Nagoya... yang menyebabkan kelebihan turis dan beberapa masalah seperti kemacetan lalu lintas, membuang sampah sembarangan, dan masuk tanpa izin ke area pribadi untuk mengambil foto.
Mulai Maret tahun ini, Badan Pariwisata Jepang telah memilih 20 daerah dengan jumlah wisatawan yang besar untuk menjadi percontohan model penanganan situasi overtourism. Buku Putih Pariwisata Jepang menekankan bahwa di masa mendatang, Pemerintah Jepang akan mendukung daerah-daerah untuk mengatasi situasi tersebut, dan di sisi lain, akan terus mendorong minat wisatawan asing ke Jepang untuk hiburan dan belanja.
SELATAN
[iklan_2]
Sumber: https://www.sggp.org.vn/xu-so-mat-troi-moc-hap-dan-du-khach-post745829.html
Komentar (0)