Gugatan hukum tersebut berpusat pada algoritma TikTok, yang menurut negara bagian menggunakan perangkat lunak yang dirancang untuk menimbulkan kecanduan pada anak-anak dan mendistorsi efektivitas moderasi konten.
Dalam sebuah pernyataan, Jaksa Agung California, Rob Bonta, mengatakan TikTok mempromosikan kecanduan media sosial untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. "Platform ini sengaja menargetkan anak-anak karena mereka tahu mereka belum mampu melindungi diri sendiri atau menciptakan batasan yang sehat seputar konten adiktif," tambahnya.
TikTok terus dituntut di AS
Gugatan tersebut menuduh TikTok berupaya mempertahankan pengguna di aplikasi untuk menjalankan kampanye iklan. Menurut survei Pew Research Center tahun 2023 terhadap lebih dari 1.400 remaja berusia 13 hingga 17 tahun di AS, 60% di antaranya menggunakan TikTok, dan 58% di antaranya menggunakan TikTok setiap hari. Jaksa Agung New York, Letitia James, mengatakan kaum muda sedang berjuang mengatasi dampak kesehatan mental dari platform media sosial yang adiktif seperti TikTok.
AS menggugat TikTok karena mengumpulkan informasi pribadi anak-anak
TikTok menyatakan pada 8 Oktober bahwa mereka tidak setuju dengan keluhan tersebut. "Banyak dari klaim ini tidak akurat dan menyesatkan. Sangat mengecewakan bahwa negara-negara bagian memilih untuk menuntut daripada bekerja sama dengan kami untuk menemukan solusi konstruktif bagi tantangan yang dihadapi industri ini," kata TikTok dalam sebuah pernyataan.
Platform media sosial menghadapi sejumlah masalah hukum di AS.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/13-bang-my-kien-tiktok-185241009234505592.htm






Komentar (0)