Ajax hanya bisa finis di posisi ke-2 musim ini - Tangkapan Layar
Sebelum putaran ke-29, gelar juara Eredivisie tampak berada di tangan Ajax ketika mereka unggul 9 poin dari PSV. Namun, bencana melanda Johan Cruyff Arena ketika Ajax tiba-tiba terpuruk dalam 4 putaran berturut-turut dengan 2 hasil seri dan 2 kekalahan.
Tak berhenti di situ, di babak kedua terakhir, Ajax hanya perlu menghadapi tim Groningen yang telah kehilangan motivasi. Meskipun unggul 2-1 hingga detik-detik terakhir injury time dan bahkan dengan satu pemain lebih sedikit, Ajax tetap membiarkan Groningen menyamakan kedudukan 2-2 pada menit ke-90+9, sebuah hasil yang "tidak dapat diterima" baik bagi tim maupun para penggemar.
Kekalahan ini menjadi titik balik yang mengubah situasi kejuaraan. PSV memanfaatkan "kesempatan emas" tersebut dengan mudah ketika mereka mengalahkan Heracles dengan skor 4-1 untuk memimpin klasemen dengan selisih 1 poin.
Di putaran akhir, PSV tidak membuat kesalahan apa pun untuk meraih 3 poin dan menjuarai Eredivisie meski Ajax berusaha keras menang 2-0 atas Twente.
Jika kalah dalam kejuaraan, Ajax hanya bisa menyalahkan diri mereka sendiri karena terlalu subjektif dan tidak stabil secara mental.
Poin kuncinya kemungkinan besar berasal dari babak ke-31, ketika Ajax kalah 0-4 di Stadion Galgenwaard. Seluruh pemain dan staf pelatih Ajax tampak terkejut dan tak mampu pulih. Di antara para bintang Ajax, sosok yang diharapkan menjadi penyokong moral tim justru yang paling mengecewakan, Jordan Henderson.
Performa terbaik kapten Ajax Amsterdam mungkin tetap bertahan di Anfield. Sosok pemimpin dan pemain hebat tak lagi terlihat mengenakan seragam Ajax.
Pembicaraan tentang kepergian Henderson di pertengahan musim telah mengungkap kenyataan yang menyedihkan: ia tidak pernah benar-benar menetap dan fokus berkontribusi bagi Ajax.
Pertengkaran verbal dengan media Belanda semakin menyingkapkan kekhilafan Henderson. Alih-alih fokus pada perebutan gelar juara, ia justru membuang-buang energinya pada argumen-argumen yang tak penting. Sementara PSV diam-diam berhasil menembus pertahanan, Ajax dan kapten mereka justru kehilangan fokus di momen krusial tersebut.
Selain itu, gol-gol yang kebobolan di menit-menit tambahan menunjukkan bahwa Ajax kurang berani dan semangat juang. Kebobolan gol di menit ke-90+5 melawan Sparta Rotterdam bisa dianggap berisiko, tetapi ketika skenario menyakitkan terulang kembali dengan kebobolan gol di menit ke-90+9 melawan Groningen di babak ke-33, hal itu menunjukkan kelemahan psikologis Ajax.
Setelah gagal meraih gelar, Ajax harus berusaha keras untuk mencapai target yang lebih tinggi tahun depan.
Sumber: https://tuoitre.vn/ajax-va-hanh-trinh-tu-huy-o-mua-giai-2024-2025-2025051915590716.htm
Komentar (0)