Xabi Alonso berisiko besar dipecat. |
Kekalahan kandang 2-0 dari Celta Vigo disambut dengan cemoohan, gelengan kepala, dan rapat tertutup dewan Real Madrid di Bernabéu. Pertanyaannya bukan lagi "Apakah Alonso dalam masalah?" melainkan "Berapa banyak waktu yang tersisa baginya?"
Real Madrid tertinggal empat poin dari Barcelona, hanya menang satu kali dari lima pertandingan La Liga terakhir mereka, dan kehilangan momentum yang mereka miliki setelah mengalahkan Barcelona pada bulan Oktober. Dari rentetan kemenangan gemilang 13 kali dalam 14 pertandingan, Real Madrid kini kembali ke performa yang tidak konsisten, yang selalu menjadi momok bagi setiap pelatih di Bernabeu. Dan di sana, keraguan merajalela.
Benjolan pertama perubahan
Ketika Alonso tiba di Real Madrid, ia membawa filosofi modern berupa pressing berintensitas tinggi dan serangan ritmis, yang ia sebut "rock and roll". Namun, Real Madrid adalah entitas yang istimewa. Mereka ingin menang, tetapi mereka tidak selalu ingin berubah.
Presiden Florentino Perez pernah tergoda untuk merekrut pelatih "inovatif" seperti Rafael Benitez atau Julen Lopetegui. Namun, setiap kali tim kehilangan ritme, ia selalu kembali ke model aman: pelatih yang kurang intervensionis, seperti Carlo Ancelotti atau Zinedine Zidane.
Alonso menghadapi siklus yang sama. Ketika segalanya berjalan baik, ketika Real Madrid menang dengan gaya dan skor telak, ia mendapat dukungan penuh dari publik. Namun setelah kekalahan dari Liverpool, dan dua hasil imbang yang mengecewakan melawan Rayo dan Elche, Real mulai mengirimkan sinyal-sinyal yang sudah tidak asing lagi: kebocoran internal, keluhan bahwa beban kerja terlalu berat, dan para pemain yang berubah menjadi robot.
Itu adalah bentrokan pertama antara ide baru dan ego yang kuat di ruang ganti Real.
Manajemen personalia adalah masalah tersulit di Real Madrid. |
Ancelotti pernah memperingatkan Alonso bahwa Real Madrid akan menjadi ruang ganti tersulit dalam kariernya. Bukan karena para pemainnya yang menjadi "masalah", tetapi karena setiap orang memiliki tujuan masing-masing. Mbappe memikirkan rekor. Vinicius takut kehilangan posisinya. Valverde ingin kembali ke lini tengah. Jude Bellingham tampil gemilang sebagai penyerang, tetapi ia merasa canggung untuk mundur, meskipun ia siap berlari.
Alonso ingin Martin Zubimendi mengatur permainan, tetapi ia tidak puas. Ia terpaksa membangun permainan posisional dengan pemain yang terbiasa dengan transisi cepat. Itu masalah yang sulit.
Lebih serius lagi, hubungan antara pelatih dan Vinicius memburuk setelah El Clasico, ketika striker Brasil itu menunjukkan sikapnya saat digantikan. Permintaan maaf yang diajukan setelahnya "lupa" menyebut Alonso, dan Real Madrid tidak melindungi sang pelatih. Di Bernabéu, tanpa dukungan klub, kekuasaan sang pelatih mulai goyah.
Kesenjangan di lapangan dan kepercayaan diri
Kekalahan dari Celta Vigo mengungkap kenyataan pahit: para pemain tidak menjalankan apa yang telah mereka persiapkan. Alonso mengatakan tim perlu meningkatkan tempo, menekan lebih keras, tetapi tidak ada yang mengikutinya. Inilah peringatan yang biasa diberikan Ancelotti: "Beberapa hal Anda persiapkan selama seminggu, lalu menghilang di lapangan."
Suasana di ruang ganti setelah kekalahan itu kacau balau. Terdengar teriakan-teriakan. Benda-benda dilempar. Upaya menyalahkan wasit langsung ditepis. Para pemain sejati tidak percaya pada rencana tersebut, atau tidak cukup kuat untuk mewujudkannya.
Sementara itu, lini serang Real Madrid justru menjadi masalah satu arah: "Jika Mbappe tidak mencetak gol, tidak ada pemain lain yang akan mencetak gol." Vini telah menjalani 11 pertandingan tanpa gol, sementara Rodrygo telah menjalani 33 pertandingan tanpa gol. Meskipun Mbappe telah mencetak 25 gol dalam 21 pertandingan, ketergantungan tersebut cukup untuk meredam ide-ide taktis apa pun.
Di lini pertahanan, cedera terus menggerogoti struktur yang telah susah payah dibangun Alonso. 20 kali menjadi starter dalam 21 pertandingan membuktikan musim ini telah mencapai batas maksimal. Militao baru saja bergabung dengan daftar pemain jangka panjang yang akan absen 3-4 bulan.
![]() |
Pertahanan Real Madrid sedang kacau balau. |
Media massa Spanyol ramai-ramai memberitakan bahwa masa depan Alonso terancam. Ketika seluruh media massa menerima pesan yang sama, itu berarti pesan itu datang dari petinggi Real Madrid, dan ini juga mencerminkan semakin berkurangnya dukungan di ruang ganti.
Namun, Alonso masih yakin ia bisa membalikkan keadaan. Ia menyadari ia harus bersikap "lebih lembut" kepada para pemain, berdamai, menenangkan, dan berkompromi. Namun, setiap kali ia menyerah, lapisan filosofinya terkikis, dan tim semakin menjauh dari versi yang ingin ia bangun.
Parahnya lagi, para penggemar, yang sebelumnya lebih sabar daripada Perez, mulai menjauh. Mereka tidak melihat tekanan, tidak ada semangat. Mereka melihat Real Madrid yang tidak lagi yakin berada di jalur yang benar.
Pertandingan Liga Champions melawan Manchester City di Fase Liga kini menjadi soal hidup dan mati. Kemenangan tak hanya akan menyelamatkan Alonso, tetapi juga cita-citanya di dunia sepak bola. Kekalahan bisa menutup pintu yang ia ambil untuk meninggalkan Bayer Leverkusen.
Jika Alonso pergi, Real Madrid kemungkinan akan memanggil nama yang familiar: Zidane. Atau opsi yang lebih muda, Alvaro Arbeloa.
Alonso tahu betul hal ini. Di Madrid, Anda bisa pergi dari surga ke neraka dalam seminggu. Tapi itulah mengapa terkadang memberi Anda kesempatan untuk menulis hal-hal luar biasa.
Rabu ini, Alonso harus berjuang untuk mempertahankannya, mungkin untuk terakhir kalinya.
Sumber: https://znews.vn/alonso-tren-mep-vuc-real-madrid-post1609672.html











Komentar (0)