![]() |
| Wisatawan mengunjungi kebun jeruk keprok yang matang dan belajar tentang model pengembangan pariwisata yang terkait dengan pertanian . |
Warna kuning menghiasi daun hijau
Sejak memasuki kebun jeruk keprok, Kath terkesima dengan warna kuning yang menyebar di pucuk-pucuk pohon. Jeruk keprok itu bulat dan montok, memancarkan aroma yang ringan—rasa yang terbentuk dari tanah, iklim, dan perawatan para petani.
Masyarakat setempat mengatakan bahwa untuk mendapatkan jeruk keprok berkualitas, mereka mengutamakan penggunaan pupuk organik, menjaga kelembapan yang wajar, dan memanen pada waktu yang tepat untuk mempertahankan rasa manis alaminya. Metode pertanian tradisional yang dipadukan dengan pengalaman bertahun-tahun telah menghasilkan jeruk keprok dengan kulit tipis, irisan yang berair, dan rasa manis khas yang sulit ditemukan di daerah lain.
Bapak Ha Ngoc Viet, Ketua Komite Rakyat Komune Bach Thong, menyampaikan: Jeruk keprok adalah kebanggaan masyarakat Komune Bach Thong. Untuk mempertahankan citra tersebut, Komune telah merencanakan area penanaman, sekaligus mendorong masyarakat untuk menerapkan teknik budidaya yang aman, sehingga meningkatkan kualitas produk. Kami senantiasa menganggap pohon jeruk keprok tidak hanya sebagai tanaman ekonomis tetapi juga sebagai identitas yang terkait dengan budaya pertanian lokal. Penghormatan pemerintah dan masyarakat terhadap pohon jeruk keprok telah berkontribusi dalam menciptakan area penanaman khusus yang luas, berwarna-warni, dan potensial.
Di kebun keluarga Ma Thi Thom, Kath diajari cara memilih jeruk keprok yang lezat, sebuah pengalaman yang sangat ia nikmati. Thom berkata kepada Kath: Saat memilih, perhatikan warna kulitnya. Jeruk keprok yang indah adalah yang berwarna kuning merata, terasa padat saat disentuh, dan memiliki aroma alami. Kath dengan lembut mendekatkan satu jeruk ke hidungnya untuk menciumnya, lalu tersenyum cerah: Aromanya sangat segar. Saya tak sabar untuk mencicipinya.
Tidak hanya memberikan petunjuk tentang cara memilih buah, para petani juga memperkenalkan metode pengemasan yang unik: lapisan kertas lembut dan keranjang anyaman bambu membantu menjaga jeruk keprok tetap segar untuk waktu yang lama dan membatasi kerusakan selama pengangkutan.
![]() |
| Warna kuning pada jeruk keprok yang matang membuat Kath terkejut dan gembira saat ia memetik masing-masing buahnya. |
Kath terhibur: Di kampung halaman saya, buah-buahan sering memar saat dikemas. Perhatian dan rasa hormat yang ditunjukkan orang-orang di sini terhadap setiap jeruk keprok sungguh membuat saya kagum. Kisah-kisah sederhana namun tulus ini menunjukkan keterikatan masyarakat terhadap tanaman ini—yang memberi mereka makan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan budaya setempat.
Nikmati jeruk keprok di kebun
Saat Kath mengupas jeruk keprok pertama, ia terkesan: potongan-potongan jeruk keproknya montok dan harum. Setelah mencicipinya, ia berseru: Manisnya tak terkira dan alami. Sangat berbeda dengan jeruk keprok di Filipina. Saya sangat menyukainya!
Suasana di kebun semakin meriah dengan tawa wisatawan dan penduduk setempat. Setiap kisah warga terkait erat dengan tanah ini: dari hari-hari di musim kemarau ketika harus menyimpan air untuk pohon-pohon hingga malam-malam hujan ketika khawatir buah-buah muda berjatuhan. "Membuat jeruk keprok itu sulit tetapi menyenangkan," ungkap Ibu Thom, "Musim panen adalah saat yang paling membahagiakan, melihat setiap pohon berbuah lebat, semua rasa lelah hilang." Bagi Kath, ini bukan hanya pengalaman kuliner yang menarik, tetapi juga perjalanan untuk menemukan budaya kerja pedesaan yang kaya.
Dalam beberapa tahun terakhir, daerah ini telah mulai mengembangkan model ekowisata yang berkaitan dengan kawasan jeruk keprok. Wisatawan dapat berkunjung, merasakan langsung proses panen, dan mempelajari proses pertanian tradisional. Ini merupakan cara untuk membantu mempromosikan produk pertanian Bach Thong dan membuka peluang untuk meningkatkan pendapatan berkelanjutan bagi masyarakat.
Bapak Ha Ngoc Viet dengan antusias menjelaskan: Kami berkoordinasi dengan agen pariwisata untuk membangun tur untuk menikmati musim jeruk keprok yang matang. Pengunjung di sini akan melihat langsung proses perawatan pohon, memetik jeruk keprok sendiri, dan menikmati rasanya langsung di kebun. Tujuan komunitas ini adalah menjadikan jeruk keprok Bach Thong sebagai merek yang kuat, dan menyebarkannya lebih luas. Keberhasilan pohon jeruk keprok saat ini adalah hasil dari konsensus: Masyarakat mencintai pohonnya, pemerintah mendukung, dan pasar menyambut. Itulah motivasi kami untuk terus melestarikan dan mengembangkan kawasan jeruk keprok secara berkelanjutan, yang berkaitan dengan identitas lokal.
![]() |
| Kath, Ibu Thom dan saudara-saudaranya di kebun, di mana jeruk keprok yang matang mengeluarkan aroma harum yang manis. |
Dari lereng bukit keemasan hingga aroma segar setiap ruas jeruk keprok, Bach Thong tampak seperti pedesaan yang damai namun semarak. Setiap jeruk keprok bukan hanya hasil pertanian, tetapi juga kristalisasi kesabaran, ketelitian, dan kecintaan pada pekerjaan.
Mungkin itulah sebabnya, sebelum meninggalkan kebun, Kath merasa emosional: Buah-buahannya, orang-orangnya, udaranya... semuanya luar biasa. Saya akan selalu mengingat perjalanan ini dan menceritakan jeruk keprok Bach Thong kepada teman-teman saya di rumah.
Pengalaman bersama Kath tidak hanya membantu pengunjung internasional memahami lebih lanjut tentang jeruk keprok Thai Nguyen, tetapi juga membuka perspektif baru tentang budaya pertanian—di mana manusia dan alam menciptakan nilai bersama. Bach Thong, dengan warna kuning jeruk keprok matang dan kisah-kisah sederhana di pegunungan, pasti akan menjadi destinasi yang emosional bagi siapa pun yang mencintai alam, mencintai pertanian, dan mencintai kesederhanaan pegunungan Thai Nguyen.
Sumber: https://baothainguyen.vn/kinh-te/202512/bach-thong-mua-quyt-chin-3f501ae/













Komentar (0)