Foto ilustrasi. |
Media sosial telah mengubah informasi menjadi barang konsumsi yang cepat laku. Berita dan peristiwa dikemas dalam beberapa baris status, video pendek, atau gambar yang menarik. Pengguna mudah terjebak dalam pusaran pembaruan, berbagi, dan komentar yang terus-menerus. Kemudahan ini terkadang membuat kita tidak lagi meluangkan waktu untuk merenung: alih-alih membaca analisis yang mendalam, kita hanya membaca sekilas judul dan beberapa baris ringkasan; alih-alih mempelajarinya dengan saksama, kita hanya menerima opini yang beredar luas.
Memang, kita memiliki segudang pengetahuan dangkal yang kaya. Kita bisa membahas perubahan iklim, krisis ekonomi , atau tren budaya baru, tetapi ketika kita menggali lebih dalam, kita sering kali berhenti pada slogan-slogan atau sudut pandang yang telah dicerna sebelumnya. Kita tahu banyak hal, tetapi sedikit dari masing-masing hal, dan sulit untuk benar-benar memahami sesuatu secara mendalam.
Media sosial telah menciptakan "pakar instan". Beberapa orang dengan bebas mengungkapkan pendapat mereka tentang kebijakan pendidikan, meskipun mereka tidak berkecimpung di industri ini dan belum pernah menelitinya secara menyeluruh. Yang lain dengan berani berkomentar tentang pasar saham, meskipun mereka belum pernah membaca buku ekonomi. Pendapat semacam itu masih dapat menyebar luas, menambah kekacauan di lingkungan informasi .
Yang mengkhawatirkan adalah dengan meyakini bahwa apa yang kita baca di media sosial sudah cukup, kita perlahan-lahan melupakan kebutuhan untuk belajar dari sumber yang tepercaya. Hal ini menciptakan pandangan dunia yang sepihak, berdasarkan informasi yang terfragmentasi dan opini yang belum terverifikasi.
Untuk keluar dari situasi ini, setiap orang perlu mengubah cara mereka menyikapi informasi. Luangkan waktu untuk membaca artikel panjang dan buku-buku mendalam, alih-alih hanya membaca sekilas berita singkat. Carilah pengetahuan dari berbagai sumber, dari para ahli dan organisasi terkemuka untuk mendapatkan pandangan multidimensi, dan pada saat yang sama berhati-hatilah dengan semua berita di media sosial.
Yang lebih penting, mari kita biasakan bertanya, mencari sumber, dan memverifikasi keaslian informasi. Kita tidak perlu tahu segalanya, tetapi kita perlu memahami isu-isu yang benar-benar penting bagi kita dan kehidupan kita.
Media sosial memang alat yang bermanfaat untuk terhubung dan berbagi, tetapi pada akhirnya ia hanyalah alat; bagaimana kita menggunakannya adalah faktor penentu. Jika kita hanya "mencerna" informasi secara pasif, kita akan selamanya terjebak dalam siklus "tahu banyak tapi sedikit mengerti". Sebaliknya, jika kita tahu cara aktif memilih, bertanya, dan berpikir mendalam, media sosial dapat menjadi pintu menuju pengetahuan dan pemahaman sejati.
Sumber: https://baothainguyen.vn/xa-hoi/202508/biet-nhieu-hieu-can-b0a2a98/
Komentar (0)