Saya mengiklankan rumah saya untuk dijual di media sosial dan melampirkan foto buku merah tersebut. Lalu seseorang datang ke rumah saya untuk menanyakan tentang pembeliannya. Ketika saya lengah, mereka mengambil buku merah asli saya dan memberi saya yang palsu.
Tak lama kemudian, mereka pergi ke notaris dan memalsukan tanda tangan saya, dengan dalih saya memberi kuasa kepada orang lain untuk menjual rumah atas nama saya. Sejak saat itu, mereka menjual rumah saya kepada banyak orang lain. Para pembeli tidak datang untuk melihat rumah, melainkan hanya melihat buku merah.
Saya masih tinggal di rumah ini, dan saya sudah melaporkannya ke polisi. Jadi, saya ingin bertanya, apakah notaris yang mengesahkan surat kuasa palsu dan transaksi jual beli rumah saya bertanggung jawab dalam kasus ini? Prosedur dan dokumen apa yang perlu saya lakukan, dan ke mana saya bisa mengajukan penerbitan ulang buku merah? Apa kata hukum tentang kasus saya?
Pembaca Pham Anh.
Pengacara konsultan
Pengacara Dang Thi Thuy Huyen (Firma Hukum HPL and Associates) berpendapat bahwa menurut Pasal 1, Pasal 2 Undang-Undang tentang Notaris, notaris adalah tindakan notaris dari organisasi notaris yang menyatakan keaslian dan keabsahan suatu kontrak atau transaksi perdata lainnya secara tertulis... yang harus diaktakan sesuai peraturan atau yang diminta secara sukarela oleh individu atau organisasi untuk diaktakan.
Pengacara Dang Thi Thuy Huyen
Selain itu, sesuai dengan Pasal 4 dan Pasal 46 Undang-Undang Jabatan Notaris, notaris harus bertanggung jawab dihadapan hukum dan terhadap orang yang meminta pengesahan akta notaris, menjamin keabsahan akta notaris.
Apabila notaris mengetahui tanda tangan dan dokumen pemohon pengesahan notaris dipalsukan, namun tetap melakukan pengesahan atau pengesahan, sesuai dengan sifat, tingkat, dan akibat perbuatannya, maka dapat dikenakan denda paling banyak Rp10.000.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp15.000.000.000,- (lima belas juta rupiah) (Poin g, Ayat 4, Pasal 15, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2020).
Dalam hal terdapat unsur-unsur yang cukup untuk melakukan tindak pidana, notaris juga dapat dituntut atas tanggung jawab pidana atas tindak pidana “perampasan harta benda secara curang” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 KUHP sebagai pembantu.
Apabila notaris tidak mengetahui bahwa orang tersebut palsu atau dokumennya palsu, maka ia tetap dapat bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk mengganti kerugian apabila timbul kerugian (Pasal 38 UU Jabatan Notaris dan Pasal 584 dan 600 KUH Perdata).
Untuk menerbitkan kembali buku merah, sesuai dengan Pasal 77 Keputusan 43/2014, Anda perlu melaporkan kehilangan buku merah kepada Komite Rakyat komune tempat tanah tersebut berada. Komite Rakyat komune bertanggung jawab untuk mengirimkan pemberitahuan kehilangan buku merah di kantor pusat komite komune. Setelah 30 hari sejak tanggal pengiriman, Anda harus menyerahkan dokumen permohonan penerbitan kembali buku merah.
Dengan demikian, berkas tersebut memuat: permohonan penerbitan kembali buku merah sesuai Formulir No. 10/DK yang diterbitkan melalui Surat Edaran 24/2014 Kementerian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam dan surat keterangan dari Panitia Daerah tingkat kecamatan tentang telah ditempelnya surat pemberitahuan kehilangan buku merah (Pasal 2, Pasal 10 Surat Edaran 24).
Sesuai dengan Pasal 60 Keputusan 43/2014, Anda dapat mengajukan permohonan dengan salah satu dari dua cara berikut:
Cara ke-1: Ajukan permohonan kepada Panitia Rakyat di kelurahan tempat rumah dan tanah itu berada, bila diperlukan.
Cara ke-2: Jika tidak diserahkan ke Panitia Rakyat tingkat kecamatan:
- Jika di daerah Anda telah dibentuk suatu instansi terpadu untuk menerima dan mengembalikan hasil tata usaha negara, Anda ajukan permohonan Anda ke instansi terpadu di tingkat Kabupaten/Kota.
- Apabila di daerah Anda belum memiliki kantor pelayanan terpadu satu pintu, Anda dapat mengajukan permohonan langsung ke kantor pertanahan kabupaten/kota, atau ke kantor pertanahan hak guna tanah bagi daerah yang belum memiliki kantor pertanahan kabupaten/kota.
Setelah menerima permohonan, kantor pendaftaran tanah bertugas untuk memeriksa permohonan dan melengkapi prosedur yang diperlukan, kemudian menyiapkan berkas untuk diserahkan kepada instansi negara yang berwenang untuk menandatangani keputusan pembatalan buku merah yang hilang, dan sekaligus menandatangani dan menerbitkannya kembali kepada Anda.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)