|
Anak perempuan perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk melindungi diri mereka sendiri dan berkembang secara komprehensif. |
Kasus Trinh Thi Huong, 13 tahun, di distrik Linh Son, yang dipukuli secara brutal oleh neneknya dan dua orang yang berpura-pura menjadi kakeknya di rumah, kembali memicu kekhawatiran tentang kekerasan terhadap anak. Meskipun terjadi pada pertengahan November, bekas luka cambuk di kulit anak tersebut telah berangsur pulih, dan opini publik masih geram.
Huong hanyalah salah satu dari banyak anak yang telah dianiaya oleh kerabatnya dan mengalami keadaan khusus dalam beberapa tahun terakhir di provinsi tersebut.
Menurut statistik yang dihimpun oleh Departemen Kebudayaan, Olahraga , dan Pariwisata: Saat ini, seluruh provinsi memiliki lebih dari 405.000 anak, yang mana hampir 4.500 anak berada dalam keadaan khusus; lebih dari 38.000 anak berisiko jatuh ke dalam keadaan khusus; puluhan ribu anak adalah anak-anak dari rumah tangga miskin dan hampir miskin; 192 anak menjadi yatim piatu; 31 anak terlantar; 50 anak tidak memiliki tempat tinggal.
Kasus pelecehan seksual terhadap TE belum berakhir. Pada tahun 2025, seluruh provinsi mencatat 27 kasus. Tercatat, terdapat 2 kasus TE yang mengalami kerusakan fisik dan mental serius akibat kekerasan.
Pada kenyataannya, masih banyak TE yang berisiko jatuh ke dalam keadaan khusus, termasuk kurangnya perawatan, risiko kesehatan dan pembelajaran, atau kekerasan dan penelantaran.
Kelompok berisiko meliputi: Guru yang tinggal di keluarga miskin, keluarga dengan pecandu narkoba, pecandu alkohol, orang tua yang bercerai, atau Guru yang tinggal di keluarga dengan konflik antaranggota yang sering terjadi. Terutama anak perempuan, Guru yang tinggal di keluarga miskin atau di daerah terpencil, kurangnya perhatian masyarakat dan kebijakan perlindungan yang komprehensif, sehingga meningkatkan risiko terjerumus dalam situasi khusus.
TE yang jatuh dalam keadaan khusus tidak hanya secara langsung memengaruhi kesehatan fisik dan mental, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan intelektual, keterampilan sosial, dan kemampuan untuk berintegrasi ke dalam masyarakat.
Selain itu, anak-anak juga berisiko tinggi terjerumus ke dalam kejahatan sosial seperti narkoba, prostitusi, kekerasan, atau perilaku ilegal. Konsekuensi-konsekuensi ini tidak hanya memengaruhi masa depan anak-anak, tetapi juga berdampak pada komunitas dan perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Untuk melindungi TE, Thai Nguyen secara rutin menyelenggarakan kegiatan propaganda yang meluas kepada masyarakat tentang upaya merawat, mendidik , dan melindungi TE, termasuk undang-undang, keputusan, dan dokumen panduan terkait. Koordinasi yang sinkron telah terjalin antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan lembaga fungsional.
Di lingkungan pemukiman, ada gerakan membangun keluarga berbudaya, yang mendorong setiap anggota keluarga untuk sadar dan bertanggung jawab dalam memelihara akar keluarga; gerakan kakek-nenek dan orang tua teladan serta anak dan cucu berbakti banyak ditiru.
Serikat Perempuan secara rutin menyelenggarakan kegiatan propaganda untuk mendidik anggotanya tentang keterampilan menjadi istri, ibu, dan cara mengasuh anak dari berbagai usia. Kasih sayang kakek-nenek dan orang tua kepada anak-anak mereka adalah cara terbaik untuk menciptakan lingkungan hidup yang aman bagi TE.
Di era digital, teknologi modern menarik anggota keluarga ke berbagai arah. Individualitas setiap orang diekspresikan melalui minat mereka. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak anak tunagrahita berisiko mengalami situasi khusus. Oleh karena itu, mengidentifikasi, mendukung, dan melindungi anak tunagrahita bukan hanya tanggung jawab keluarga dan sekolah, tetapi juga tugas seluruh masyarakat.
(Nama karakter telah diubah)
Sumber: https://baothainguyen.vn/xa-hoi/202512/cham-lo-bao-ve-bup-tren-canh-55560b6/







Komentar (0)