Afrika semakin menarik perhatian banyak wisatawan internasional. (Foto: XINHUA)
Laporan terbaru dari Organisasi Pariwisata Dunia (Pariwisata PBB) menunjukkan bahwa pada kuartal pertama tahun 2025, Afrika akan memimpin dunia dalam pertumbuhan kedatangan wisatawan internasional dengan peningkatan 9% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024. Negara-negara terkemuka seperti Gambia, Maroko, Ethiopia, dan Afrika Selatan semuanya mencatat hasil yang mengesankan.
Seiring dengan meningkatnya permintaan perjalanan , menurut data dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), dalam empat bulan pertama tahun ini, permintaan perjalanan ke Afrika meningkat sebesar 9,1% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, yang satu setengah kali lebih tinggi dari peningkatan rata-rata global sebesar 6%. Untuk memenuhi permintaan yang tinggi ini, banyak maskapai penerbangan internasional memperluas atau meningkatkan frekuensi penerbangan ke Afrika. China Southern Airlines mengumumkan bahwa mulai 24 Juli, mereka akan meningkatkan jumlah penerbangan pulang pergi antara Guangzhou (China) dan Nairobi (Kenya) menjadi tiga penerbangan per minggu.
Salah satu faktor kunci yang menarik wisatawan ke Afrika adalah alamnya yang liar dan wisata petualangan unik seperti safari, di mana pengunjung dapat melihat hewan langka seperti singa, zebra, gajah, dan jerapah di bentang alam yang luas. Laporan "Tourism Trends 2025" dari Mastercard Institute for Economic Research menunjukkan bahwa tiga lini produk pariwisata membentuk perkembangan pariwisata Afrika: pariwisata alam, pariwisata kesehatan, dan pengalaman kuliner lokal.
Mark Elliot, Presiden wilayah Afrika Mastercard, menyatakan: “Afrika menjadi destinasi utama dalam perjalanan wisata tertarget, di mana para pelancong mencari koneksi dengan alam, kesehatan, dan pengalaman kuliner yang unik. Ini menghadirkan peluang besar bagi Afrika untuk mendorong pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan serta memperkuat posisinya di peta pariwisata global.”
Untuk memanfaatkan potensi industri pariwisata, banyak negara Afrika secara proaktif meluncurkan inisiatif dan acara promosi besar-besaran pada paruh pertama tahun 2025, terutama Africa's Travel Indaba—salah satu acara pemasaran pariwisata terbesar di kawasan ini.
Dalam pidatonya di acara tersebut, Wakil Presiden Afrika Selatan Paul Mashatile menyoroti kekayaan warisan budaya Afrika dan peluang ekonomi di sektor pariwisata. Ia menyatakan bahwa pariwisata diproyeksikan akan menyumbang 10,4% dari PDB Afrika pada tahun 2030, meningkat dari angka saat ini sebesar 6,8%. Di Afrika Selatan saja, pariwisata menyumbang 8,9% dari PDB dan mendukung 1,68 juta lapangan kerja, dengan rencana untuk meningkatkan jumlah tersebut menjadi lebih dari 2 juta pada tahun 2030.
Pada acara tersebut, Wakil Menteri Pariwisata Zimbabwe, Tongai Mnangagwa, juga menyatakan bahwa negara tersebut sedang menerapkan kebijakan "Melihat ke Timur", memanfaatkan hubungan tradisionalnya dengan Tiongkok untuk menarik wisatawan dari negara berpenduduk lebih dari satu miliar jiwa ini ke Zimbabwe untuk tujuan rekreasi, perawatan medis, dan bisnis.
Di Pameran Perjalanan Internasional ITB Berlin (Jerman), Komunitas Afrika Timur (EAC) meluncurkan slogan bersama: "Kunjungi Afrika Timur: Rasakan Getarannya," dengan tujuan mengubah kawasan tersebut menjadi destinasi wisata terpadu.
Merek pariwisata Afrika Timur yang baru ini bertujuan untuk menampilkan keindahan dan kekayaan budaya, serta daya tarik Afrika Timur sebagai pengalaman multi-destinasi yang terpadu.
Pada tahun 2024, EAC mencatat sekitar 8,5 juta wisatawan internasional, meningkat dari 7,7 juta pada tahun 2019. Blok ini bertujuan untuk menarik lebih dari 11 juta wisatawan pada akhir tahun 2027.
Dengan upaya terkoordinasi antara negara-negara Afrika dan komunitas internasional, terutama pasar Asia, Afrika semakin menegaskan posisinya sebagai salah satu destinasi strategis dan berkelanjutan untuk pariwisata global dalam waktu dekat.
Namun, pariwisata di Afrika menghadapi banyak tantangan karena konflik, ketidakstabilan politik, kemiskinan, pengangguran, dan ketidaksetaraan yang menyebabkan kesulitan dan kekerasan yang meluas.
Mengingat perlunya mengintegrasikan teknologi, inovasi, dan strategi pembangunan berkelanjutan, Afrika perlu berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan keterampilan dan transformasi digital agar dapat berkembang di sektor pariwisata. Negara-negara Afrika harus mempromosikan inovasi dan praktik berkelanjutan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
THANH HAI
Sumber: https://nhandan.vn/chau-phi-diem-den-du-lich-dang-troi-day-post894727.html






Komentar (0)