Tim penyelamat menemukan perempuan tersebut di Kota Suzu, Prefektur Ishikawa, pada Sabtu malam—124 jam setelah gempa terjadi—dan membawanya ke rumah sakit terdekat, menurut penyiar Jepang NHK. Seorang dokter mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu bahwa ia sudah cukup sehat untuk berbicara, tetapi kakinya terluka.
Petugas polisi menggunakan kain biru untuk menjaga privasi saat seorang perempuan lanjut usia diselamatkan dari rumah yang runtuh di Suzu. Foto: AP
Kume Takanori, anggota tim penyelamat darurat, mengatakan kepada NHK bahwa lutut wanita itu terjepit di bawah furnitur di ruang yang sangat sempit antara lantai satu dan dua. Takanori mengatakan butuh waktu berjam-jam untuk membebaskannya.
Gempa berkekuatan 7,5 skala Richter melanda lepas pantai barat Jepang pada 1 Januari, memicu peringatan tsunami hingga ke Rusia. Ribuan orang yang tinggal di wilayah pesisir terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena bangunan dan jalan runtuh.
Jumlah korban tewas akibat bencana itu sedikitnya 126, menurut angka terbaru yang dibagikan oleh otoritas Jepang pada hari Sabtu.
Dalam keadaan bencana, 72 jam pertama merupakan masa "kritis" bagi upaya pencarian dan penyelamatan. Para ahli menyebut masa ini sebagai "periode emas" untuk menemukan korban selamat karena kondisi orang-orang yang terjebak dan terluka dapat memburuk dengan cepat setelahnya.
Ini adalah perlombaan melawan waktu bagi tim di lapangan untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan.
Para pejabat Jepang mengatakan tingkat kerusakan belum diketahui secara pasti, tetapi lebih dari 200 orang masih hilang. Operasi pencarian dan penyelamatan masih berlanjut di Ishikawa.
NHK melaporkan bahwa banyak jalan masih terblokir, sehingga menyulitkan petugas penyelamat dan kendaraan untuk menjangkau korban selamat.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan di media sosial X bahwa pembatasan lalu lintas akan diberlakukan di sekitar zona gempa mulai hari Minggu.
Kendaraan akan dilarang memasuki wilayah terdampak untuk memberi kesempatan kepada pasukan bantuan bencana untuk melewatinya.
Mai Anh (menurut CNN)
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)