
Terletak di tepi Sungai Nuoc La, Desa Tak Chuom bagaikan miniatur Tak Po dengan rumah-rumah yang berdempetan dan jalan-jalan desa yang berkelok-kelok. Setelah hujan, kabut tipis menyelimuti rumah-rumah panggung, seolah melestarikan kenangan akan desa yang dulu dikenal sebagai "gudang anggur" di komune Tra Mai.
"Tak Chuom dulunya adalah obsesi Tra Mai," kata rekan saya, Ho Van Nai. "Dalam ingatan generasi saya, desa itu 'dikutuk' oleh alkohol. Hampir di setiap rumah ada orang yang minum, mabuk dari pagi hingga sore hari."
Desa ini terletak tepat di pusat distrik, tetapi setiap hari, suara anggur dalam pipa bambu menggantikan lagu pengantar tidur, dan suara gong serta genderang juga tidak terdengar selama musim perayaan desa. Anggur mendatangkan kemiskinan, kelaparan, dan air mata. Banyak anak tumbuh menjadi yatim piatu karena secangkir anggur yang tampaknya tidak berbahaya. Gulma tumbuh hingga ke pucuk ladang.
Kesempatan itu datang ketika Tra Mai terpilih sebagai komune percontohan untuk pembangunan pedesaan baru. Dan Tak Chuom—bagian dari pusat Tak Po, tempat kondisi transportasi, listrik, sekolah, dan stasiun yang mendukung bertemunya—tidak bisa terus menjadi "kerutan" dalam gambaran yang baru.
Kampanye propaganda dan mobilisasi digencarkan dengan gencar. Para kader tinggal di desa, terus-menerus "mengetuk setiap pintu", berbicara dengan setiap orang. Bersamaan dengan itu, ada proyek-proyek praktis: jalan beton di desa diperluas, jembatan gantung yang menghubungkan kedua tepi sungai dibangun dengan kokoh. Rumah-rumah diperbaiki, pagar-pagar dibangun kembali, dan lahan-lahan terbengkalai secara bertahap dibangun kembali dengan deretan singkong, ladang jagung, dan sawah.
Perubahan dimulai dengan rumah tangga perintis—seperti Nai, kader, dan pegawai negeri sipil yang tinggal di desa—lalu perlahan menyebar. Melihat contoh nyata ini, orang-orang mulai perlahan-lahan berhenti minum anggur, menyingkirkan toples ragi, dan menggantinya dengan cangkul, bajak, serta memimpikan hari baru.
Pada tahun 2023, distrik Nam Tra My resmi memasukkan Tak Chuom ke dalam daftar desa wisata komunitas. Dari titik ini, babak baru dimulai, mencatat perubahan pola pikir masyarakat.

Tur untuk merasakan kehidupan masyarakat Ca Dong pun dibentuk. Pengunjung datang, menginap di rumah panggung, menyantap hidangan pegunungan, berpartisipasi dalam festival gong, belajar menenun, dan mendengarkan dongeng dalam bahasa Ca Dong di dekat api unggun malam.
Ibu Alang Thi Nhu Tien - penanggung jawab kelompok seni masyarakat desa Tak Chuom mengatakan bahwa setiap orang menjadi "pemandu wisata" lokal, setiap rumah menjadi tempat peristirahatan, setiap aliran sungai dan hutan menjadi produk wisata yang unik.
Seminggu sekali, penduduk desa berkumpul untuk berlatih gong, menari, dan bernyanyi. Semakin banyak mereka bertemu, semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki, dan semakin solidaritas mereka tumbuh. Tak hanya untuk diri mereka sendiri dan keluarga, penduduk Desa Tak Chuom kini tahu bagaimana hidup untuk komunitas. Mereka juga menyumbangkan tanah untuk membuka jalan menuju air terjun di belakang desa, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Kini setiap atap rumah memiliki taman bunga, setiap jalan dipenuhi bendera dan simbol budaya. Nama Tak Chuom tak lagi dikaitkan dengan anggur, melainkan dengan festival, senyuman, dan warna-warna cerah brokat di tengah hutan.
Datang ke Tak Chuom hari ini, suasananya sangat berbeda dari sebelumnya. Suara gong dan genderang terdengar ramai setiap sore. Api di setiap rumah dipenuhi suara kisah-kisah kehidupan dan desa. Anak-anak mengobrol dalam perjalanan ke sekolah, para lansia menanam sayuran dan beternak ayam. Setiap orang tampaknya berkontribusi pada keharmonisan desa yang kembali hidup.
Sumber: https://baoquangnam.vn/cuoc-chuyen-minh-cua-tak-chuom-3156863.html
Komentar (0)