Jika Anda tidak membeli iPhone 14 Pro Max, investasi 30 juta dalam keuntungan melalui bunga majemuk akan membantu Anda menghasilkan lebih dari 520 juta VND setelah 30 tahun.
Lifestyle creep mengacu pada fenomena di mana pengeluaran dan standar hidup seseorang meningkat secara proporsional dengan pendapatannya. Seiring bertambahnya penghasilan, orang-orang seringkali tergoda untuk hidup di luar kemampuan mereka, yang menyebabkan siklus peningkatan pengeluaran dan risiko ketidakamanan finansial.
Godaan untuk hidup di luar kemampuan dan pendapatan seseorang sangat kuat. Paparan konten "hidup baik" yang terus-menerus dan maraknya "konsumerisme" dari media sosial telah menormalkan gaya hidup yang berlebihan.
Tren ini dapat merugikan kesejahteraan finansial seseorang karena menghambat kemampuan mereka untuk menabung dan berinvestasi demi masa depan. Seiring dengan meningkatnya pengeluaran seiring dengan pendapatan, individu mungkin kesulitan mencapai tujuan keuangan jangka panjang seperti menabung untuk masa pensiun atau membangun dana darurat. Inflasi gaya hidup dapat secara signifikan menunda atau bahkan mencegah kebebasan dan kemandirian finansial.
Tak hanya konsumen umum, para ahli dan perencana keuangan pribadi pun terjerat dalam "jebakan" ini. Taylor Sohns—seorang perencana keuangan bersertifikat di AS—pernah "dengan bodohnya" membeli Maserati Gran Turismo sebagai mobil untuk akhir pekan. Ia selalu menikmati mengendarai mobil ini dan merasa bangga memilikinya, tetapi Taylor tidak dapat mengabaikan fakta bahwa ia adalah seorang perencana keuangan bersertifikat dan keputusan pembelian tersebut merupakan sebuah kesalahan.
Ia meninjau rencana keuangannya dan memasukkan pengeluaran untuk mobil ke dalam spreadsheet. Taylor menemukan bahwa uang yang dihabiskan untuk Maserati akan menambah lebih dari $700.000 ke dana pensiunnya, yang memungkinkannya pensiun 4,3 tahun lebih awal. Hasil ini menjadi peringatan bagi Taylor untuk mengevaluasi kembali kebiasaan belanjanya.
Untuk mencegah gaya hidup boros menggagalkan tujuan keuangan, Taylor Sohns dan banyak perencana keuangan pribadi telah menemukan proses sederhana namun ampuh yang melibatkan penggunaan rumus bunga majemuk untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dari pembelian.
Sebelum mengeluarkan uang untuk suatu produk atau jasa, setiap orang sebaiknya menerapkan rumus berikut:
FV = PV x (1 + i)^n
FV adalah nilai masa depan, yaitu jumlah uang yang akan Anda terima jika Anda tidak menghabiskan waktu ini tetapi memilih untuk berinvestasi. PV adalah nilai sekarang, yang dipahami sebagai jumlah uang yang Anda rencanakan untuk dibeli. i adalah suku bunga tetap, biasanya 7-10% per tahun. n adalah jumlah tahun investasi yang direncanakan, biasanya dihitung hingga masa pensiun.
Misalnya, Anda melihat banyak rekan kerja di perusahaan menggunakan iPhone 14 Pro Max. Setelah menerima kenaikan gaji bulan ini, Anda berencana menghabiskan 30 juta VND untuk membelinya. Jika Anda menggunakan jumlah tersebut untuk berinvestasi dan mendapatkan bunga 10% per tahun, setelah 30 tahun, Anda akan memiliki lebih dari 520 juta VND. Dengan menggunakan proses ini, individu dapat mengevaluasi dengan lebih baik apakah suatu barang atau jasa layak dikorbankan demi potensi pertumbuhan finansial jangka panjang.
Selain itu, kita dapat menghindari inflasi gaya hidup dengan berlatih memperlambat pola pikir. Mengembangkan pola pikir keuangan yang bijaksana melibatkan pengendalian diri dan kesadaran penuh saat berbelanja. Membingkai ulang gagasan bahwa menabung selalu menarik dan ampuh membantu melawan materialisme dan konsumerisme. Hal ini mendorong pengambilan keputusan yang sadar terkait pengeluaran, dengan mempertimbangkan dampak pembelian terhadap kepuasan langsung dan tujuan keuangan jangka panjang.
Tieu Gu (menurut Pengusaha )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)