1/ Kelainan refraksi, termasuk rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme, bukan lagi masalah yang dapat terjadi pada semua usia, mulai dari pelajar hingga pekerja kantoran. Kondisi ini khususnya umum terjadi di kota-kota besar, di mana orang-orang terpapar perangkat elektronik. Statistik yang mengkhawatirkan dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa saat ini terdapat 5 juta anak di Vietnam yang mengalami kelainan refraksi, terutama rabun jauh.
Laporan tersebut, yang dirilis pada rapat umum baru-baru ini dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia 2024 dengan tema "Memprioritaskan Perawatan Mata Anak", menunjukkan bahwa di antara hampir 15 juta anak berusia 6 hingga 15 tahun di Vietnam – usia "emas" untuk koreksi kelainan refraksi, sekitar 20% menghadapi masalah mata seperti rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme. Ini berarti sekitar 3 juta anak membutuhkan kacamata untuk mendukung penglihatan mereka.
Menurut data lain dari Rumah Sakit Mata Hanoi , dari total 5.567 siswa dari 5 sekolah dasar di Hanoi yang disurvei pada tahun 2023, 1.680 siswa ditemukan memiliki kelainan refraksi (30,2%) dan 1.233 siswa menderita rabun jauh (22,1%). Hal ini mencerminkan fakta bahwa kelainan refraksi semakin umum dan muncul pada usia yang semakin muda.
2/ Penyebab utama kelainan refraksi pada anak-anak saat ini adalah kebiasaan menggunakan perangkat elektronik secara terus-menerus dalam jarak dekat. Sebagian lainnya disebabkan oleh membaca, belajar, dan melihat di lingkungan dengan pencahayaan yang buruk, cahaya biru (cahaya yang dipancarkan dari perangkat elektronik). Pola makan yang kurang nutrisi, kekurangan vitamin A, dan faktor genetik juga merupakan penyebab kelainan refraksi pada anak-anak.
Alasan mengapa anak-anak perkotaan memiliki lebih banyak kelainan refraksi dibandingkan anak-anak pedesaan adalah urbanisasi yang pesat, ruang hidup yang menyempit akibat lampu listrik, gedung-gedung tinggi, dan kurangnya sinar matahari—faktor yang merangsang pelepasan dopamin di retina untuk membantu mengendalikan miopia. Selain itu, anak-anak perkotaan memiliki banyak kondisi dan peluang untuk terpapar teknologi dan perangkat elektronik sejak usia dini. Bahkan banyak anak usia 6-7 tahun sudah dapat menggunakan perangkat seluler dengan lancar, tetapi ketergantungan membuat frekuensi paparan cahaya biru jauh lebih tinggi daripada rata-rata.
3/ Tanda-tanda umum kelainan refraksi pada anak: penglihatan kabur, tidak dapat melihat objek jauh dengan jelas; melewatkan baris atau mencari kata saat membaca; sering sakit kepala; mata tegang, mata berair; silau atau lingkaran cahaya di area penglihatan. Orang tua dapat mengamati beberapa tanda yang jelas seperti sering menyipitkan mata, leher tegang atau kepala miring saat melihat, tidak dapat melihat dengan jelas tulisan di papan tulis, salah mengeja kata, atau duduk terlalu dekat dengan tepi buku catatan. Anak-anak dengan kelainan refraksi juga akan sering berlari untuk menonton TV atau komputer dalam jarak dekat, menunjukkan tanda-tanda sakit kepala, mata tegang, sering berkedip, dan menggosok mata.
Menurut Dr. Pham Thi Hang, Kepala Departemen Bedah Refraktif Rumah Sakit Mata Internasional DND, banyak anak saat ini menghindari memberi tahu orang tua mereka tentang gejala kehilangan penglihatan karena takut mengurangi waktu bermain perangkat elektronik atau salah mengartikan gejala yang mereka alami. Oleh karena itu, orang tua perlu secara proaktif memperhatikan dan segera mengenali gejala-gejala tersebut. Deteksi dini kelainan refraksi akan membantu proses perawatan menjadi lebih efektif.
“Orang tua sebaiknya mempertimbangkan pemeriksaan mata sebagai pemeriksaan kesehatan rutin setiap 6 bulan di rumah sakit atau dokter spesialis mata untuk mendeteksi kelainan sejak dini. Bagi mereka yang sudah memiliki kelainan refraksi, penting untuk mengontrolnya agar tidak bertambah parah dengan memakai kacamata yang tepat, mengistirahatkan mata dengan melihat jauh, atau menutup mata,” ujar Dr. Hang. “Orang tua juga harus memperhatikan pola makan anak-anak mereka, memastikan mereka mendapatkan nutrisi yang cukup, terutama vitamin A, C, dan E, untuk menjaga kesehatan mata mereka. Di saat yang sama, penting untuk membiasakan anak-anak belajar dan tinggal di lingkungan dengan pencahayaan yang cukup, menghindari membaca atau menggunakan perangkat elektronik dalam kondisi pencahayaan yang buruk.”
Kelainan refraksi, terutama miopia, menyebabkan banyak konsekuensi serius bagi anak-anak, yang dampak terbesarnya adalah pada proses belajar. Anak-anak dengan miopia sering kali kesulitan melihat papan tulis dan menulis di buku dengan jelas, yang mengakibatkan berkurangnya konsentrasi, kelelahan mata, sakit kepala, dan bahkan prestasi akademik yang buruk. Selain memengaruhi pembelajaran, kelainan refraksi juga menyebabkan banyak masalah kesehatan bagi anak-anak. Sering menyipitkan mata dan menggosok mata untuk melihat dengan jelas dapat menyebabkan konjungtivitis, kelelahan otot mata, dan penyakit mata lainnya.
Selain itu, kesalahan refraksi yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi serius seperti ambliopia, strabismus, degenerasi makula, dan bahkan kebutaan.
Sumber: https://nhandan.vn/gia-tang-ty-le-mac-tat-khuc-xa-o-tre-post837324.html
Komentar (0)