"Museum Seni Hidup"
Duduk di sebuah rumah kecil sambil menyeruput teh, tetua desa Bh'riu Po di komune Lang (distrik Tây Giang, Quang Nam ) mengatakan bahwa rumah komunal Co Tu bagaikan "museum seni hidup", tempat untuk melestarikan nilai-nilai spiritual yang sakral, tempat untuk mempercayakan kepercayaan kepada dewa dan leluhur. Pada setiap dinding atau palang horizontal dan vertikal di dalam dan di luar rumah komunal, masyarakat Co Tu menciptakan kembali kehidupan komunitas melalui patung dan lukisan yang diukir dengan rumit. Gambar ular terletak di tengah rumah komunal.
Perayaan masyarakat Co Tu diadakan di depan rumah adat desa.
Sejak lama, Bh'riu Po telah dikenal sebagai maestro ukir kayu. Karya-karya yang ia ciptakan sangat canggih. Sebagian besar rumah-rumah komunal di distrik Tây Giang memiliki citra dan gagasannya. Pada tahun 2007, seniman Bh'riu Po berpartisipasi dalam kamp pembuatan patung di distrik Buon Don ( Dak Lak ), menciptakan dua patung unik: "dewa ular" dan "tetua desa". Kedua karya ini kemudian disimpan dan dipajang di Taman Patung Buon Don bersama dengan patung-patung karya seniman ternama di Dataran Tinggi Tengah.
Tetua Bh'riu Po mengatakan bahwa menurut teori tersebut, dewa ular (bhi'dua) bertanggung jawab menjaga kendi dewa air. Oleh karena itu, dewa ular hanya hidup di rawa, kolam, danau, sungai, dan anak sungai... Di desa, jika seseorang memiliki pikiran, perkataan, atau perbuatan buruk, ia akan dihukum oleh dewa ular jika melewati daerah berair. "Masyarakat Co Tu sangat percaya pada manifestasi dewa ular. Dalam pandangan masyarakat Co Tu, ular memiliki makna peringatan dan pengajaran bagi masyarakat desa dan masyarakat untuk hidup rukun, berpikir jernih, tidak berbicara omong kosong, tidak melakukan hal-hal buruk dan jahat agar kehidupan mereka lebih baik. Selain itu, ular juga melambangkan kelembutan dan keramahan dalam budaya masyarakat Co Tu," ujar Tetua Po.
Menurut tetua Po, pada cermin Co Tu, gambar ular, meskipun jarang muncul, menempati posisi yang cukup penting dalam kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, ukiran dan penempatan gambar ular di cermin juga dipertimbangkan dengan cermat dan mendapatkan persetujuan dari para tetua desa. Suku Co Tu sering mengukir dua jenis ular (piton dan ular krait belang). Gambar ular dibentuk dalam berbagai bentuk, tetapi umumnya dalam posisi bergerak. Gambar ular sering diukir pada papan horizontal dan vertikal di depan rumah cermin seperti relief, menunjukkan rasa hormat yang mendalam.
SEBUAH MANIFESTASI IBADAH
Untuk menghias gươl, para perajin Co Tu telah menciptakan beragam patung dan lukisan kayu yang berwarna-warni. Di pegunungan Truong Son, rumah gươl merupakan bangunan pertama yang dipilih masyarakat Co Tu untuk dibangun ketika mereka mendirikan desa, dengan upaya bersama masyarakat desa. Semua desa Co Tu, kaya maupun miskin, memiliki gươl. Gươl bukan hanya sebuah rumah dengan arsitektur yang unik, tetapi juga sebuah produk budaya yang istimewa, tempat untuk mengekspresikan inti sari seni pahat, seni lukis, dan kearifan lokal.
Tetua desa Alang Be, di Desa BhLo Ben (Kelurahan Song Kon, Distrik Dong Giang, Quang Nam), mengenang bahwa di masa lalu, semakin banyak gambar binatang liar di ruang cermin tradisional, semakin membuktikan bahwa desa tersebut sangat kaya dan berkuasa. Setiap gambar arsitektur, setiap maskot, ketika ditempatkan di cermin, memiliki makna yang sama, mencerminkan kisah spiritual seluruh komunitas.
Patung ular itu berbaring dengan khidmat di tengah-tengah cermin.
Misalnya, gambar harimau melambangkan kekuatan, ketangguhan, dan kegigihan dalam hidup; burung phoenix bumi (burung tring) memiliki keindahan yang kuat, melambangkan kehidupan yang bebas dan mudah; kerbau melambangkan ketekunan, kerja keras, dan pantang malas... Mereka adalah hewan liar dengan kekuatan yang luar biasa, melambangkan otoritas di alam. "Gambar ular yang diukir di cermin melambangkan pemujaan, menciptakan nilai unik bagi pekerjaan bersama masyarakat Co Tu. Dengan gambar ini, masyarakat Co Tu berdoa memohon keberuntungan, yang meningkatkan nilai arsitektur cermin sekaligus mengekspresikan kepercayaan mereka kepada para dewa yang menguasai tanah tempat mereka mendirikan desa," kata tetua Alang Be.
Bagi masyarakat Co Tu di Quang Nam, ular memiliki arti pencegah, mendidik masyarakat untuk hidup harmonis dan berpikir jernih...
Bapak Arat Blui, Wakil Ketua Komite Rakyat Distrik Tay Giang, mengatakan bahwa pahatan pada palang horizontal dan vertikal di cermin atau tiang masyarakat Co Tu semuanya memiliki nilai-nilai yang unik dan kaya. Berbekal pengalaman, tradisi yang berkelanjutan, dan kemampuan mengamati realitas, para perajin Co Tu telah menciptakan pahatan-pahatan rustic. Dari ide, garis, tata letak, hingga warna, semuanya mengekspresikan filosofi hidup dan pandangan dunia masyarakat Co Tu. "Gambaran seekor ular yang muncul di cermin memiliki makna spiritual yang sangat tinggi dengan pertanda baik. Dalam alam bawah sadar budaya masyarakat Co Tu, ular melambangkan keramahtamahan. Keramahtamahan adalah nilai tradisional, yang mengekspresikan perspektif hidup masyarakat Co Tu di wilayah Truong Son," ungkap Bapak Arat Blui.
Masyarakat Co Tu menggambarkan hewan-hewan di cermin desa bukan hanya sebagai hiasan, tetapi juga untuk mengekspresikan kekuatan komunitas. Bapak Arat Blui menegaskan bahwa setiap arsitektur dan gambar memiliki makna dan nilai yang berbeda, tetapi semuanya memiliki kesamaan, yaitu seni hidup dan semangat solidaritas komunitas.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/hinh-tuong-ran-trong-van-hoa-co-tu-185241231214052753.htm
Komentar (0)