Sejak 2018, Tn. Dinh Xuan Minh (lahir tahun 1997, suku Bahnar, desa Dien Bien, kecamatan Son Lang) telah menjadi pemandu wisata yang akrab bagi wisatawan saat menjelajahi air terjun K50, gunung Chu Nam, air terjun Kon Bong atau Bien Ho di dataran tinggi Gia Lai.

Sejak kecil, Minh mengikuti orang tuanya ke hutan untuk memetik jamur, rebung, mencari madu, dan menghabiskan 2 tahun di tim perlindungan Cagar Alam Kon Chu Rang. Berkat itu, ia mengenal setiap aliran sungai, ladang, dan hutan. Dengan antusiasme dan keinginannya untuk mempelajari lebih lanjut tentang budaya dan sejarah lokal, dalam sebulan yang sibuk, Minh memimpin 28-30 tur penjelajahan, menghasilkan sekitar 20 juta VND.
Selain memastikan keamanan dan pengalaman bagi wisatawan, Minh juga mengintegrasikan pesan-pesan tentang perlindungan hutan, konservasi air, dan pelestarian adat istiadat serta praktik masyarakat Bahnar dalam setiap perjalanan. "Menurut saya, ekowisata dan wisata komunitas bukan hanya untuk mencari penghasilan, tetapi juga kesempatan untuk menghubungkan masyarakat dengan alam. Dari sana, hal ini membantu masyarakat memahami dan bergandengan tangan untuk melestarikan alam," ujar Minh.
Sejak tahun 2020, Bapak Dinh Xuan He (lahir tahun 1990, Desa Dak Asel, Kelurahan Son Lang) telah bekerja sebagai pemandu wisata dengan keinginan untuk memperkenalkan lanskap kampung halamannya. Awalnya, beliau hanya memandu kelompok-kelompok kecil di sekitar kelurahan, tetapi lambat laun menyadari potensi pengembangan pariwisatanya, sehingga beliau mengajak anak-anak muda di desa untuk ikut serta memandu wisatawan.
Pada tahun 2023, Bapak He mengikuti pelatihan pariwisata komunitas yang diselenggarakan oleh Gia Lai College bekerja sama dengan komune. Berkat bekal pengetahuan yang sistematis, beliau menjadi lebih percaya diri dalam memimpin kelompok, terutama dalam memperkenalkan adat istiadat dan praktik masyarakat Bahnar.
Selain wisata tamasya, Pak He juga menciptakan wisata baru bagi wisatawan, seperti pergi ke hutan untuk mengumpulkan madu, mencoba menjadi petani memetik kopi, dan memetik jagung.
"Perjalanan ini membantu wisatawan mendapatkan pengalaman nyata, dan penduduk desa mendapatkan lebih banyak pendapatan dari layanan homestay, penjualan hasil pertanian, dan pembuatan suvenir. Ketika saya melihat orang-orang tahu cara memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan pendapatan, saya lebih termotivasi untuk terjun ke dunia pariwisata. Bagi saya, ini bukan hanya pekerjaan paruh waktu, tetapi juga cara untuk melestarikan dan mempromosikan budaya Bahnar," ungkap Bapak He.

Sesampainya di Desa Perlawanan Stor (Komune To Tung), pengunjung akan menemukan homestay milik Bapak Dinh Moi dan Ibu Dinh Thi Nhung. Homestay ini hanya berjarak sekitar 500 meter dari Rumah Peringatan Pahlawan Nup. Akomodasi ini menarik bagi banyak pengunjung yang ingin mempelajari kehidupan dan budaya masyarakat Bahnar.
Lahir di desa dengan tradisi revolusioner yang kaya, Nhung dan suaminya ingin mempromosikan budaya dan sejarah tanah air mereka. Pada tahun 2020, mereka membangun sebuah homestay kayu berbentuk rumah panggung Bahnar, yang secara bertahap rampung pada tahun 2023 dan menyambut tamu pertama pada tahun 2024. Homestay ini dapat menampung 30 tamu, paling ramai di musim panas; di musim hujan, ketika tamu masih sedikit, pasangan ini pergi bekerja di ladang.

Saat menginap di homestay, pengunjung akan menikmati hidangan sehari-hari masyarakat Bahnar seperti: mie goreng dengan terong pahit, nham pung (bubur sayuran), ikan sungai, siput batu, ayam panggang, sayuran liar...
Nhung dan suaminya juga menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk wisatawan seperti menikmati arak beras, xoang, pertunjukan gong di rumah adat desa, atau menyaksikan para perajin menenun, menenun brokat, dan memahat patung. Wisatawan juga mendapatkan lebih banyak emosi dan kesan indah saat diajak mengunjungi Rumah Peringatan Pahlawan Nup. Melalui kegiatan ini, pasangan ini tidak hanya menciptakan mata pencaharian bagi keluarga mereka, tetapi juga berkontribusi membantu penduduk desa mendapatkan penghasilan dari hal-hal yang berkaitan erat dengan kehidupan dan budaya masyarakat mereka.
"Saat pertama kali kami menjalani homestay, saya dan suami sempat khawatir karena belum ada seorang pun di desa yang melakukannya. Namun, karena memikirkan bahwa wisatawan yang datang ke sini akan lebih memahami budaya masyarakat Bahnar, kami pun semakin termotivasi untuk melakukannya. Ketika kami melihat wisatawan yang gembira menikmati hidangan, menyantap sayuran liar, ikan sungai, atau terpesona oleh suara gong, saya merasa sangat bahagia," ungkap Nhung.
Sumber: https://baogialai.com.vn/khi-nguoi-bahnar-lam-dai-su-du-lich-post565759.html
Komentar (0)