Keputusan tersebut langsung menimbulkan kehebohan di kalangan publik, dengan banyak pihak yang mendukung dan menentang. Perbedaan pendapat tersebut terjadi karena dua alasan utama. Pertama, penilaian selalu memainkan peran penting dalam mengukur efektivitas program pelatihan; kedua, kualitas pengajaran dan pembelajaran bahasa asing (khususnya bahasa Inggris) di Vietnam selalu menjadi isu yang hangat.
Isu-isu penting dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa asing
Status bahasa asing secara umum, dan bahasa Inggris khususnya, telah meningkat secara signifikan hanya dalam beberapa tahun, terutama sejak Kementerian Pendidikan dan Pelatihan mengizinkan konversi IELTS 4.0 atau setara dengan 10 poin untuk kelulusan SMA. Opini publik juga berulang kali menyuarakan kekhawatiran tentang fenomena "jamur yang tumbuh setelah hujan" di pusat-pusat persiapan tes IELTS, atau fakta bahwa skor IELTS menjadi salah satu kriteria penilaian tingkat kemampuan seseorang.
Pelajaran bahasa asing dengan orang asing untuk siswa di Kota Ho Chi Minh
Kualitas pengajaran dan pembelajaran bahasa asing di tingkat sekolah menengah masih stagnan. Sejak 2008, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan telah melaksanakan Proyek Nasional Bahasa Asing dengan tujuan meningkatkan mutu masyarakat (terutama generasi muda), tetapi permasalahan yang mendesak masih ada. Sekolah menengah masih berfokus pada pengajaran kosakata, tata bahasa, dan pemahaman bacaan; tes keterampilan berbahasa hanya bersifat sementara; dan yang terpenting, generasi muda masih belum fasih berbahasa asing.
Sifat ujian bahasa asing kelulusan SMA tidak menilai kemampuan berbahasa, melainkan terutama menguji tata bahasa dan kosakata. Meskipun ujian ini memiliki soal-soal yang secara tidak langsung menguji kemampuan berbicara dan menulis, jumlah dan metode soal dalam bagian-bagian ini masih sangat terbatas, sehingga kiat belajar saja dapat membantu Anda mengerjakannya dengan benar tanpa harus memiliki kemampuan berbahasa yang setara. Selain itu, skor rata-rata ujian bahasa Inggris kelulusan SMA masih rendah dan bervariasi antarwilayah dan provinsi.
Mengatasi hambatan jika Anda ingin mengubah cara pengajaran bahasa asing
Banyak orang percaya bahwa fakta bahwa bahasa asing tidak lagi menjadi mata pelajaran wajib dalam ujian SMA akan mengurangi tekanan bagi guru dan siswa, sehingga membuat pembelajaran bahasa asing lebih nyaman dan menyenangkan. Tanpa dibatasi oleh tes tata bahasa dan kosakata semata, guru bahasa Inggris akan memiliki lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk melatih kemampuan berbahasa mereka, dan dari sana, kualitas pengajaran secara keseluruhan akan meningkat.
Banyak pakar juga menunjukkan bahwa karena standar output bahasa asing masih wajib bagi mahasiswa, kaum muda tetap harus mempelajari bahasa asing untuk memenuhi syarat kelulusan; dan untuk memperoleh sertifikat internasional, mempelajari keterampilan berbahasa merupakan hal yang wajib. Dari sana, kemampuan berbahasa asing secara umum akan meningkat.
Prediksi ini sepenuhnya mungkin dilakukan dengan beberapa prasyarat, dan itulah tantangan bagi industri pendidikan .
Secara spesifik, tidak mewajibkan ujian bahasa asing akan memberi guru lebih banyak otonomi dalam hal pedagogi. Namun, pengalaman praktis di Vietnam menunjukkan bahwa dalam mata pelajaran yang tidak mewajibkan ujian, situasi "mengajar demi ujian", "menguji untuk bersenang-senang", atau "meningkatkan nilai akademik" sangat umum terjadi. Inti permasalahan ini terletak pada tiga faktor.
Ketika bahasa asing tidak lagi menjadi mata pelajaran wajib dalam ujian sekolah menengah, baik guru maupun siswa perlu mengatasi banyak hambatan untuk benar-benar bergerak menuju pengajaran dan pembelajaran.
Pertama, guru sepenuhnya bebas dari tekanan "penilaian eksternal", artinya mereka mengajar, memberikan pertanyaan, menilai, dan memutuskan skor.
Kedua, kebijakan penilaian prestasi di banyak tempat akan menjadi bentuk tekanan negatif yang membuat guru "mempertimbangkan" berapa poin yang diperoleh siswanya agar mereka sendiri tidak ditegur. Ketika persentase baik dan cukup telah ditentukan sebelumnya dan hak untuk menentukan skor hampir 100% berada di tangan guru, hal-hal negatif sangat mungkin terjadi.
Masalah lainnya adalah Kementerian Pendidikan dan Pelatihan telah mengonfirmasi bahwa struktur ujian bahasa asing pada periode 2025-2030 akan tetap berupa pilihan ganda. Ini berarti siswa yang memilih untuk mengikuti ujian bahasa asing tetap harus mempelajari tata bahasa dan kosakata dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Jadi, akankah para guru "berani" untuk mengubah cara mereka mengajar bahasa asing?
Terakhir, kualitas guru masih menjadi pertanyaan besar. Apakah guru sekolah dasar saat ini cukup kompeten untuk mengajarkan keterampilan?
Peran bahasa asing semakin penting saat ini. Seiring globalisasi yang berlangsung dengan sangat cepat melalui platform komunikasi yang semakin modern, platform koneksi pasca-Covid-19 berkembang pesat, dan AI "menyerbu" banyak bidang; menguasai bahasa asing merupakan keuntungan yang sangat besar bagi siapa pun di dunia , bukan hanya warga negara Vietnam.
Untuk membuat pengujian dan penilaian bahasa asing di sekolah menengah efektif, serta mengubahnya menjadi tekanan positif, program pelatihan, kualitas guru, dan kebijakan pendidikan masih merupakan pertanyaan yang sangat besar.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)