Krisis likuiditas SVB dan potensi kebangkrutan Credit Suisse dapat memengaruhi keputusan The Fed.
Pada awal Maret, Ketua Fed Jerome Powell membuat pernyataan yang membuka kemungkinan bahwa Fed akan terus menaikkan suku bunga pada pertemuan Maret jika dirasa perlu dalam upaya memerangi inflasi. Hal ini secara signifikan memengaruhi perkiraan banyak lembaga keuangan mengenai situasi ekonomi global.
Namun, krisis likuiditas bank SVB, bersamaan dengan kebangkrutan bank Swiss Credit Suisse yang akan segera terjadi, yang menyebabkan penjualannya ke UBS seharga $3,2 miliar, telah mendorong The Fed untuk mempertimbangkan kembali dan menilai ulang keputusannya untuk terus menaikkan suku bunga acuan.

The Fed dihadapkan pada pilihan sulit: haruskah mereka terus menaikkan suku bunga? (Foto: TL)
Keputusan apakah akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25% lagi akan bergantung pada reaksi pasar terhadap penggabungan antara Credit Suisse dan UBS. Sejak pertengahan tahun 2022, The Fed terus menaikkan suku bunga dengan tujuan untuk menekan inflasi, tetapi lembaga tersebut belum melihat krisis signifikan yang diakibatkan oleh kebijakan kenaikan suku bunga ini.
William English, mantan ekonom Fed dan profesor di Sekolah Manajemen Universitas Yale, mengatakan: "Ini akan menjadi keputusan yang sulit karena Fed menghadapi banyak pendapat yang berbeda."
Beberapa pejabat bank sentral berpendapat bahwa pemberian pinjaman dan kondisi keuangan lainnya menimbulkan risiko yang lebih besar daripada pengetatan kebijakan moneter karena guncangan besar di industri perbankan. Yang lain percaya bahwa dampak peristiwa tersebut tidak terlalu signifikan dan masih mendukung The Fed untuk menaikkan suku bunga lagi guna mendinginkan perekonomian.
Para ekonom Goldman Sachs memperkirakan bahwa pengetatan standar pemberian pinjaman akan setara dengan kenaikan suku bunga oleh The Fed sekitar 0,25% hingga 0,5%.
Terdapat perbedaan pendapat di dalam Federal Reserve sendiri.
Bahkan di dalam Federal Reserve sendiri, terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah akan terus menaikkan suku bunga acuan dan berapa banyak basis poin yang akan dinaikkan.
Pada November lalu, Presiden Federal Reserve New York, John Williams, menyatakan: "Menggunakan kebijakan moneter untuk mengurangi kerentanan akan merugikan perekonomian; kebijakan moneter seharusnya digunakan untuk mengendalikan aktivitas ekonomi."
Salah satu poin penting adalah statistik terbaru menunjukkan bahwa kenaikan upah dan harga tetap menjadi kekhawatiran di AS. Tren penurunan inflasi yang terlihat pada Januari dan Februari juga telah berakhir. Oleh karena itu, beberapa mantan pejabat Federal Reserve AS masih percaya bahwa lembaga tersebut akan menaikkan suku bunga sekitar 25 basis poin jika krisis kredit di sektor perbankan tidak terlalu parah.
Sementara itu, beberapa mantan pembuat kebijakan berpendapat ada alasan kuat bagi The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga. Eric Rosengren, mantan presiden Boston Fed, menyatakan: "Saya tidak akan memperparah keadaan dengan menaikkan suku bunga saat terjadi guncangan. Kenaikan 0,25% akan berdampak kecil pada inflasi tetapi berdampak signifikan pada kondisi keuangan."
Demikian pula, Presiden Federal Reserve Dallas, Lorie Logan, juga secara halus mengisyaratkan hal ini : "Saat berjalan dan menghadapi cuaca buruk atau jalan yang berbahaya, Anda harus memperlambat langkah."
Sumber






Komentar (0)