Musim dingin membuat orang tanpa sadar beralih ke sumber kehangatan. Cangkir es teh di trotoar perlahan tergantikan oleh cangkir teh panas. Kedai mi, kedai hot pot, dan kedai bubur ramai dengan orang dan kendaraan. Teriakan "Siapa yang mau nasi ketan, banh khuc..." juga menghangatkan jalanan yang berkabut. Tungku-tungku pedagang kaki lima di malam hari dihiasi bara api yang menyala, memancarkan aroma manis ubi jalar.
Musim dingin membuat kehidupan kota terasa lebih tenang dan damai. Angin dingin yang berhembus di seantero kota membuat semua orang tiba-tiba ingin bangun beberapa detik lebih lambat, berjalan beberapa menit lebih lambat, dan menawar sisa kehangatan. Jalanan pun terasa lebih lengang. Kesuraman cuaca membuat orang-orang punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang sebelumnya tak mereka perhatikan. Tiba-tiba, mereka ingin saling menghangatkan. Pelukan terasa lebih erat. Ucapan keprihatinan tak lagi ragu. Beberapa permintaan maaf dari kepala yang tak lagi panas setelah bertengkar pun tak sulit diucapkan. Rasanya dinginnya awal musim dingin membuat orang-orang lebih sabar satu sama lain.
Dulu, ibu dan nenek sering merajut wol dengan tangan. Saat saya berumur sepuluh tahun, ibu saya juga merajut wol untuk saya dan saudara perempuan saya. Ketika kakak perempuan tertua saya kuliah, ibu saya merasa kasihan pada putrinya yang baru pertama kali pergi jauh dari rumah. Ia pun begadang beberapa malam berturut-turut untuk merajut sweter merah muda, dan pagi harinya ia berlari ke halte bus untuk mengirimkannya kepada kakak perempuan saya. Teknik merajutnya sederhana, tidak rumit, dan tidak memiliki kombinasi warna yang rumit, tetapi saudara perempuan saya tetap menyimpannya dengan hati-hati dan memakainya hingga kini. Kami tidak menganggapnya ketinggalan zaman; justru, itu adalah bukti cinta yang telah dipupuk dari waktu ke waktu. Tak ada yang bisa kembali ke masa lalu, tetapi berkat masa lalu, kami tahu bagaimana menghargai masa kini.
Meski kita tahu kehidupan makin berkembang, barang-barang wol siap pakai dijual di mana-mana, tak sulit dibeli. Namun, ketika musim dingin tiba, saat mata kita masih jernih melalui kacamata baca, ibu masih merajut wol untuk kita dengan tangan seperti saat kita masih kanak-kanak. Setiap lilitan wol saling melilit, mempererat kehangatan yang langka di tengah cuaca kota di penghujung tahun. Dan seakan pula mendekatkan hati yang tak sengaja bersentuhan di jantung kota. Itulah jabat tangan erat beberapa pasangan muda seakan takut kehilangan satu sama lain. Itulah tepukan punggung berirama para lelaki dan perempuan tua saat berolahraga pagi. Itulah kepala-kepala yang bersandar berdekatan di papan catur para pensiunan. Atau seikat bunga krisan yang ditaruh berdekatan di punggung seorang pramuniaga dengan senyum berseri-seri.
Musim merajut tiba-tiba terasa begitu hangat di hari musim dingin yang dingin dan berangin.
Nguyen Van
Sumber: https://baodongnai.com.vn/dong-nai-cuoi-tuan/202511/mua-dan-len-68313ea/






Komentar (0)