AS melancarkan serangan udara untuk membela diri di Irak pada 30 Juli, kata para pejabat AS. Kepolisian dan sumber medis di Irak mengatakan serangan udara tersebut menargetkan sebuah pangkalan di selatan Baghdad milik Pasukan Mobilisasi Populer Irak (PMF), menewaskan empat anggota kelompok tersebut dan melukai empat lainnya.
Dalam pernyataan yang dirilis setelah serangan udara, PMF tidak menuduh pihak mana pun bertanggung jawab.
Beberapa pejabat AS mengatakan AS melancarkan serangan udara di Musayib, Provinsi Babil, tetapi tidak memberikan detail lebih lanjut mengenai lokasinya. Serangan udara tersebut menargetkan kelompok-kelompok milisi yang diyakini AS sedang merencanakan serangan pesawat tak berawak dan mengancam pasukan AS dan koalisi.
Para pejabat tidak mengomentari mengenai korban jiwa.
"Keputusan ini menggarisbawahi komitmen pemerintah AS terhadap keselamatan dan keamanan pasukan negara kita," kata seorang pejabat.
Beberapa rudal diluncurkan ke pangkalan udara Ain al-Asad di Irak, tempat pasukan pimpinan AS ditempatkan minggu lalu, menurut sumber-sumber Irak dan AS. Namun, tidak ada laporan kerusakan atau korban jiwa. Para pejabat AS mengatakan tidak ada rudal yang berhasil mengenai pangkalan udara tersebut.
Keputusan pada tanggal 30 Juli adalah serangan udara pertama yang dipimpin AS sejak Februari tahun ini, yang menargetkan 85 target yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Iran dan kelompok milisi yang didukung Iran.
Pasukan Mobilisasi Populer yang berkekuatan 150.000 orang merupakan koalisi organisasi paramiliter yang disetujui negara, sebagian besar terdiri dari kelompok bersenjata tangguh yang setia kepada Iran dan terkait erat dengan Garda Revolusi Iran.
Irak telah mengalami peningkatan serangan balasan yang terus-menerus sejak perang Israel-Hamas dimulai pada Oktober 2023. Sumber-sumber Irak mengatakan negara itu telah meminta pasukan dari koalisi pimpinan AS untuk mulai menarik diri dari negara itu pada bulan September dan mengakhiri operasinya di sana pada September 2025. Beberapa pasukan AS mungkin tetap berada di Irak dalam peran penasihat yang baru.
Namun, permintaan Irak ini bertentangan dengan tujuan kedua belah pihak. Mayoritas faksi di Irak yang berpihak pada Iran ingin memukul mundur pasukan militer AS yang pernah menduduki negara itu, sementara para pejabat AS sebaliknya, tidak ingin Iran dan sekutunya meraih kemenangan.
Nguyen Quang Minh (menurut Reuters)
[iklan_2]
Sumber: https://www.nguoiduatin.vn/my-khong-kich-du-doi-tai-iraq-giua-luc-cang-thang-khu-vuc-tang-cao-204240731094659578.htm
Komentar (0)