Perjalanan sulit menuju Kejuaraan Renang Paralimpiade
Setiap atlet yang berpartisipasi dalam Kejuaraan Renang Para Nasional 2025 memiliki kisahnya masing-masing. Bagi atlet Tran Van Mom, hari-hari pertama di kolam renang merupakan serangkaian tantangan berat. "Kadang setelah latihan, saya sangat lelah sampai-sampai tidak bisa memegang semangkuk nasi," kenangnya.
Berkali-kali ia ingin menyerah, tetapi berkat dorongan pelatihnya, ia bertahan berenang selama lebih dari 10 tahun. Hidup memang tidak mudah ketika ia dan istrinya mencari nafkah dengan berjualan tiket lotre. Namun, dengan tekad dan cintanya kepada anak-anaknya, ia tetap berusaha menjadi penopang spiritual bagi keluarganya dan menjadi panutan bagi kedua anaknya yang masih kecil.

Atlet Tran Van Mom memulai
Banyak atlet lain juga mengalami nyeri otot, kram, atau cedera, tetapi tidak pernah menyerah. Nguyen Ngoc Thiet, salah satu wajah khas, menegaskan: "Begitu Anda memutuskan untuk berkompetisi, tidak ada konsep menyerah."
Ia mungkin berenang lebih lambat, tetapi ia "harus mencapai garis finis". Ia bukan hanya atlet berpengalaman, tetapi juga guru yang inspiratif bagi banyak generasi, termasuk anak-anak penyandang disabilitas. Dengan lebih dari 50 medali emas nasional dan banyak medali di ASEAN Para Games, ia adalah bukti kekuatan tekad dan semangat yang tak pernah pudar.
"Mata cerah" dari tekad para penyandang disabilitas
Di lintasan hijau, kisah Nguyen Thi Hao – seorang atlet tunanetra – menyentuh hati banyak orang. Ia telah membenturkan kepalanya ke dinding berkali-kali, kehilangan gigi depannya karena tidak dapat memperkirakan jarak. "Pertama kali saya masuk ke danau, saya takut karena yang saya lihat hanyalah air yang luas, tidak tahu harus ke mana," ujarnya. Selangkah demi selangkah, ia berlatih perlahan namun pasti, perlahan-lahan mengatasi rasa takutnya, dan menegaskan dirinya dengan ketekunan dan keberanian.

Atlet wanita penyandang disabilitas mendapat dukungan dari para relawan saat menyelesaikan kompetisi.
Bagi Pham Tuan Hung, pemuda yang kehilangan kedua kakinya, perjalanannya di dunia renang dimulai dengan perkenalan yang mengejutkan dari pembawa acara sebuah turnamen sepak bola. Hanya dalam 21 hari latihan, ia berhasil meraih medali perunggu nasional pertamanya. Baru-baru ini, ia kembali meraih medali perak di Kejuaraan Nasional 2025. Selain berlatih dengan tekun, ia juga menjalankan bisnis daring untuk membiayai hidupnya, sembari mengincar target besar di ASEAN Para Games ke-13.
Orang cacat mengatasi diri mereka sendiri
Sepanjang turnamen, gambaran para atlet yang terus-menerus mencapai garis finis – betapapun lambatnya, betapapun lelahnya – membuat penonton terharu dan bersorak. Bagi mereka, kemenangan bukan hanya tentang medali, tetapi juga tentang kepuasan karena telah melampaui diri mereka sendiri.

Kompetisi gaya punggung atlet disabilitas. Foto: NGOC TUAN
Turnamen ini juga menampilkan banyak atlet dari latar belakang kurang mampu, tetapi mereka semua memiliki semangat yang sama: disabilitas bukan berarti keterbatasan. Keberhasilan mereka tidak hanya mengharumkan nama olahraga Vietnam, tetapi juga mengirimkan pesan yang kuat kepada masyarakat: selama kita tidak menyerah, semua orang dapat menciptakan nilai bagi masyarakat.
Sumber: https://nld.com.vn/nguoi-khuet-tat-boi-qua-ngich-canh-thap-sang-niem-tin-196250914100821746.htm






Komentar (0)