Dari misi bersejarah hingga penerbangan yang "tidak stabil"

Pesawat ruang angkasa CST-100 Starliner yang membawa astronaut Suni Williams dan Butch Wilmore meninggalkan Bumi menuju ISS (Foto: NASA).
Pada tanggal 5 Juni 2024, astronaut Sunita "Suni" Williams dan Barry "Butch" Wilmore meninggalkan Bumi dengan pesawat ruang angkasa CST-100 Starliner milik Boeing, menandai penerbangan berawak pertama maskapai Starliner ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Sebelumnya, hanya badan antariksa nasional seperti NASA (AS), Roscosmos (Rusia), ESA (Eropa), dan JAXA (Jepang) yang mampu mengirimkan astronaut ke ISS. Namun, sejak tahun 2020-an, perkembangan industri kedirgantaraan komersial telah membuka era baru ketika perusahaan swasta mulai melakukan penerbangan berawak, yang bertujuan untuk proyek penerbangan luar angkasa.
Boeing hanya membangun kesuksesan itu, mengulangi model yang berhasil diterapkan SpaceX, dan menulis sejarah.
Tepat pada saat memasuki kabin pesawat ruang angkasa, baik Williams maupun Wilmore menyadari bahwa mereka sedang berpartisipasi dalam misi bersejarah bagi Boeing khususnya, dan seluruh industri kedirgantaraan pada umumnya, tetapi mungkin tak seorang pun dari mereka dapat membayangkan skenario "gila" tersebut.
Penerbangan ke ISS berjalan lancar. Kedua astronaut mendarat di ISS di tengah sorak sorai dan sambutan dari rekan-rekan mereka. Di Bumi, Boeing merayakan kemenangan mereka seolah-olah mereka baru saja memenangkan Piala C1 yang bergengsi di bidang eksplorasi ruang angkasa.

Dua astronaut berhasil berlabuh dengan selamat di ISS, tetapi tidak dapat kembali sesuai jadwal (Foto: NASA).
Media saat itu menulis tentang Starliner sebagai langkah besar dalam memperluas kemampuan perjalanan ruang angkasa komersial Amerika, serta memperkuat posisi Boeing dalam industri kedirgantaraan.
Namun, hanya beberapa jam kemudian, kegembiraan itu padam setelah pesawat ruang angkasa Starliner mulai mengungkap serangkaian masalah teknis.
Butch Wilmore adalah orang pertama yang menyadari suara-suara aneh dari dalam Starliner, yang mendorong para ahli NASA untuk segera menghubungi Pengendali Misi. "Ada suara aneh yang berasal dari pesawat," kata Wilmore. "Saya tidak tahu suara apa itu."
Wilmore kemudian memasukkan alat perekam ke dalam pesawat ruang angkasa, yang memungkinkan Pengendali Misi memantau getaran yang terjadi. Sensor mendeteksi kebocoran helium, yang memengaruhi sistem propulsi. Selain itu, beberapa mesin bantu tidak beroperasi dengan baik, sehingga menimbulkan risiko besar saat kembali ke Bumi.
Secara total, tim NASA telah mengidentifikasi setidaknya tiga insiden serius yang terjadi pada wahana antariksa tersebut sejak peluncuran. Salah satu insiden telah dibahas sebelum penerbangan. Dua insiden lainnya terjadi setelah wahana antariksa memasuki orbit.
Upaya NASA yang gagal untuk memperbaikinya

Kesan pesawat ruang angkasa Starliner yang beroperasi di orbit Bumi (Foto: Boeing).
Awalnya, NASA dan Boeing berencana bekerja sama untuk menerapkan langkah-langkah perbaikan di ISS guna memastikan penerbangan pulang yang aman. Namun, seiring dilakukannya penilaian teknis, para ilmuwan menyadari bahwa kondisi Starliner ternyata lebih rumit dari yang diperkirakan, sehingga berpotensi membahayakan rencana kembalinya pesawat antariksa tersebut ke Bumi sesuai jadwal semula.
Seperti yang kita semua tahu, luar angkasa selalu menjadi lingkungan yang berbahaya, terutama ketika pesawat ruang angkasa mengalami malfungsi atau awaknya mengalami kecelakaan. Dari bahaya nyata yang tercatat dalam sejarah penerbangan luar angkasa hingga skenario fiksi dalam film fiksi ilmiah, semuanya menunjukkan kerasnya luar angkasa dan tantangan yang mungkin dihadapi para astronaut.
Hal ini menyebabkan salah satu keputusan bersejarah NASA, yaitu menunda perjalanan pulang dua astronaut, Suni Williams dan Butch Wilmore. Mereka terpaksa tinggal di ISS lebih lama dari yang diperkirakan, sementara NASA dan Boeing mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Banyak diskusi dan opsi diajukan. Para insinyur mengusulkan dua opsi, yaitu memperbaiki sistem mesin di orbit, atau mencoba perjalanan pulang dengan pesawat ruang angkasa lain. Namun, karena kompleksitas masalahnya, opsi pertama segera dibatalkan.
Saat itu, NASA segera mencari wahana antariksa lain untuk membawa kedua astronaut yang terdampar itu kembali ke Bumi dengan selamat, sebab waktu misi yang panjang di ISS juga menimbulkan banyak tantangan, terutama kondisi kehidupan, psikologi, dan kesehatan para astronaut.

Suni Williams dan Butch Wilmore beradaptasi dengan kehidupan di luar angkasa dalam misi yang tak terduga (Foto: NASA).
Awalnya, mereka mempertimbangkan untuk menggunakan pesawat ruang angkasa Soyuz milik Roscosmos, tetapi opsi ini menghadapi banyak kendala, termasuk perbedaan desain dan prosedur keselamatan yang ketat. Pilihan lain, yang diusulkan oleh NASA dan SpaceX, adalah menggunakan pesawat ruang angkasa Crew Dragon sebagai kendaraan penyelamat.
Namun, ini berarti kedua astronaut tersebut harus memperpanjang masa tinggal mereka setidaknya hingga delapan bulan. Sebelumnya, misi mereka diperkirakan hanya berlangsung selama delapan hari.
Pada bulan September 2024, lebih dari tiga bulan setelah terdampar di ISS, kedua astronaut tersebut dengan sedih menyaksikan pesawat ruang angkasa CST-100 Starliner milik Boeing, pesawat yang sama yang membawa mereka ke ISS, resmi meninggalkan stasiun. Dalam perjalanan pulang ini, pesawat tersebut tidak membawa satu pun astronaut dan mendarat dengan selamat di White Sands Spaceport di New Mexico, AS.
Ketegangan meningkat ketika media internasional menyoroti penampilan para astronaut, terutama Suni Williams, dalam sebuah wawancara jarak jauh. Banyak yang berspekulasi bahwa Suni Williams mungkin mengalami masalah psikologis atau kesehatan akibat bekerja terlalu lama di lingkungan tanpa gravitasi. Foto-foto menunjukkan ia tampak lelah dan lebih keriput.
Namun, Butch Wilmore menepis klaim tersebut, menegaskan bahwa mereka tidak pernah merasa "terjebak", "terjebak", atau "ditinggalkan". "Kami siap tinggal lama, meskipun rencana awalnya hanya sebentar," ujar Butch Wilmore kepada seorang reporter.
Pendaratan yang aman

Pesawat ruang angkasa Crew Dragon "Freedom" mendarat dengan selamat, mengakhiri perjalanan luar biasa dua astronaut yang terdampar (Foto: NASA).
Akhirnya, pada dini hari tanggal 19 Maret (waktu Hanoi ), NASA dan SpaceX berhasil membawa Williams dan Wilmore kembali ke Bumi dengan selamat di pesawat Crew Dragon "Freedom", mengakhiri perjalanan 9 bulan, 14 hari (287 hari) di luar angkasa.
Wahana antariksa Freedom berlabuh di ISS akhir pekan lalu, membawa para astronaut Crew-10. Williams dan Wilmore adalah yang paling bahagia, karena merekalah yang akan menggunakan wahana antariksa itu untuk terbang kembali ke Bumi.
Peristiwa ini menandai penerbangan luar angkasa ketiga bagi Suni Williams dan Butch Wilmore, sehingga total hari Williams menghabiskan waktu di luar Bumi menjadi 608 hari, kedua di dunia, hanya di belakang pemegang rekor Peggy Whitson (675 hari). Wilmore juga mencatatkan 464 hari aktivitas luar angkasa.
Dengan Crew-9, SpaceX terus menegaskan peran pentingnya dalam membawa astronaut ke ISS dan mendaratkan mereka dengan selamat di Bumi. Ini adalah misi operasional ke-9 dan ke-10 kalinya SpaceX melakukan penerbangan berawak ke stasiun luar angkasa sejak 2020. Crew Dragon "Freedom" juga telah melakukan total 4 misi, termasuk Crew-9 (2025), Crew-4 (2022), dan 2 penerbangan komersial Axiom Space (2023 dan 2024).

Perjalanan berat Suni Williams dan Butch Wilmore akhirnya berakhir dengan selamat. (Foto: Getty).
Setelah mendarat, staf medis segera datang untuk memeriksa kesehatan mereka. Meskipun menghabiskan lebih dari 9 bulan di orbit, kedua astronaut tampak dalam kondisi kesehatan yang stabil. Mereka dibawa ke pusat pelatihan NASA untuk pemantauan dan pemulihan lebih lanjut sebelum kembali ke kehidupan normal.
Perjalanan sulit Suni Williams dan Butch Wilmore merupakan bukti tantangan yang masih dihadapi perjalanan ruang angkasa modern, dan juga menyoroti pentingnya kerja sama antara badan antariksa seperti NASA, SpaceX, Boeing, dan Roscosmos untuk memastikan keselamatan para astronaut.
Keputusan NASA untuk mempertahankan dua astronaut di ISS selama sembilan bulan tentu akan kontroversial. Di sisi lain, tidak ada yang bisa memprediksi nasib Suni Williams dan Butch Wilmore jika mereka tetap berada di pesawat antariksa CST-100 Starliner dalam penerbangan pulang.
Misi sebelumnya, seperti insiden Apollo 13 pada tahun 1970, juga menemui kendala tak terduga, sehingga mengharuskan astronaut dan kru darat menunjukkan kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas.
Komentar (0)