Masyarakat etnis Cham di komune Chau Phong (provinsi An Giang ) tinggal terkonsentrasi di 3 dusun Phum Soai, Chau Giang dan Hoa Long dengan lebih dari 5.000 orang, semuanya menganut Islam.
Tempat ini tidak hanya terkenal dengan Masjid Mubarak - peninggalan arsitektur dan seni nasional - tetapi juga karena profesi menenun brokat tradisional yang sudah berlangsung lama, yang memainkan peran penting dalam melestarikan keindahan budaya yang unik di daerah tersebut.
Keluarga Nyonya Saphia (47 tahun, tinggal di dusun Phum Soai) adalah keluarga biasa yang "menjaga api" profesi tradisional masyarakat Cham di An Giang.
Ibu Saphia memperkenalkan gaun pengantin Cham. Foto: Tran Tuyen
Lahir dan dibesarkan dalam keluarga dengan 6 saudara kandung, Saphia adalah satu-satunya anggota keluarga yang mengikuti jejak leluhurnya. Pada usia 7 tahun, Saphia kecil diajari oleh neneknya cara memintal benang, mewarnai kain, menenun pola, dan sebagainya.
"Untuk menghasilkan brokat yang indah, perlu melalui berbagai tahapan, seperti perendaman serat, pemutihan, pembuatan pola, pewarnaan, pembilasan kain, pengeringan, penyetrikaan, penenunan, dan penggulungan benang," ungkap Ibu Saphia.
Ciri khas teknik pewarnaan sutra Cham tradisional adalah warna-warna cerah yang diambil dari alam seperti: getah pohon (klek), kulit pohon (pahud), buah mac nua... Oleh karena itu, sutra tidak luntur meski dipakai dalam jangka waktu lama, malah semakin berkilau.
Ibu Saphia adalah generasi keempat yang melestarikan kerajinan tenun brokat Cham di Chau Phong. Foto: Tran Tuyen
Menurut Ibu Saphia, produk brokat masyarakat Cham di Chau Phong masih mempertahankan pola-pola tradisional khas seperti hammock, shuttlecock, bilah kipas, gigi gergaji, bunga dan daun... Pola-pola ini membawa makna tentang alam dan kehidupan sehari-hari.
Pola-pola rumit pada kain merupakan bukti kekayaan imajinasi dan keterampilan tangan perempuan Cham. Setiap helai brokat yang telah selesai merupakan kristalisasi kesabaran, ketekunan, dan kebanggaan terhadap identitas budaya nasional.
Xarong - pakaian yang sangat diperlukan untuk pria Cham. Foto: Tran Tuyen
Dua produk tradisional di sini adalah sarung dan selendang, dengan harga mulai dari 60.000 hingga 200.000 VND. Selain itu, fasilitasnya juga memproduksi tas tangan, ransel, topi, gaun pengantin, dan sebagainya. Barang-barang ini populer di kalangan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara, sebagai oleh-oleh setiap kali berkunjung ke desa kerajinan.
“Menenun brokat bukan hanya sebuah profesi, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat”, ungkap seorang perempuan Cham yang telah menekuni profesi ini selama hampir 40 tahun.
Tak berhenti melestarikan kerajinan ini, Ibu Saphia juga mewariskannya kepada generasi kelima, cucunya Shakina, sejak usia 12 tahun. Kini, di usia 17 tahun, dengan tangan terampilnya, gadis ini telah menciptakan banyak produk brokat indah untuk penggunaan sehari-hari.
Shakina melanjutkan profesi tradisional keluarganya. Foto: Tran Tuyen
Kerajinan tenun brokat masyarakat Cham di Kecamatan Chau Phong telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda nasional pada tahun 2023. Pengakuan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap nilai-nilai budaya tradisional masyarakat Cham.
Baru-baru ini, Desa Chau Phong Cham mendirikan koperasi pariwisata komunitas beranggotakan 12 orang. Koperasi ini bertugas menghubungkan rumah tangga untuk membangun dan mengembangkan produk pariwisata komunitas lokal, yang diharapkan dapat berkontribusi dalam melestarikan dan mempromosikan nilai-nilai budaya tradisional masyarakat Cham, sekaligus memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan.
Sumber: https://vietnamnet.vn/gia-dinh-nguoi-cham-5-the-he-giu-lua-nghe-truyen-thong-2437557.html
Komentar (0)