
Keputusan ini berlaku bagi instansi, organisasi, dan perseorangan yang melaksanakan pemanfaatan anggaran belanja negara, modal bantuan pembangunan resmi (ODA), dan pinjaman istimewa dari donor luar negeri untuk menyelenggarakan upacara peletakan batu pertama, upacara peresmian, dan upacara peresmian suatu karya.
Ketentuan Penyelenggaraan Upacara Peletakan Batu Pertama, Upacara Pembukaan dan Upacara Peresmian Proyek
Upacara peletakan batu pertama dilaksanakan apabila: Penanam modal atau instansi atau organisasi yang ditunjuk untuk menyiapkan proyek (selanjutnya disebut penanam modal) telah menerima serah terima lokasi proyek dari instansi yang berwenang atau serah terima lokasi secara bertahap dan proyek telah disetujui sesuai dengan kewenangan dan ketentuan perundang-undangan.
Upacara peletakan batu pertama dilaksanakan apabila telah terpenuhinya syarat-syarat peletakan batu pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 Undang-Undang tentang Bangunan Gedung sebagaimana telah diubah dan ditambah dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 2020 tentang Bangunan Gedung, Pasal 39.
Upacara peresmian dilaksanakan setelah proyek telah melalui pemeriksaan dan diterima oleh instansi negara yang berwenang serta memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundang-undangan.
Proyek tersebut menggelar upacara peletakan batu pertama atau groundbreaking ceremony dan upacara peresmian pembangunan.
Kewenangan untuk memutuskan penyelenggaraan upacara
Perdana Menteri memutuskan untuk menyelenggarakan upacara untuk pekerjaan nasional penting yang merupakan pekerjaan utama yang termasuk dalam proyek nasional penting menurut ketentuan Undang-Undang tentang Penanaman Modal Publik berdasarkan usulan lembaga negara atau investor yang berwenang.
Kepala Kementerian atau Lembaga Pusat memimpin dan berkoordinasi dengan Ketua DPRD Provinsi untuk memutuskan penyelenggaraan upacara bagi proyek yang akan diinvestasikannya, seperti proyek yang bernilai besar, penting secara ekonomi, politik , budaya, dan sosial bagi daerah, yang merupakan proyek kunci yang tergolong proyek Golongan A menurut ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal Publik dan penting secara ekonomi, politik, budaya, dan sosial bagi daerah.
Ketua Panitia Rakyat Daerah Tingkat I memutuskan untuk menyelenggarakan upacara bagi proyek-proyek yang akan diinvestasikannya, seperti proyek-proyek yang bernilai besar, yang mempunyai arti penting secara ekonomi , politik, budaya, dan sosial bagi daerah, yang merupakan proyek-proyek utama yang tergolong dalam proyek-proyek Golongan A sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal Umum dan mempunyai arti penting secara ekonomi, politik, budaya, dan sosial bagi daerah.
Penanam modal wajib menyusun rencana penyelenggaraan upacara dengan mencantumkan secara jelas: Isi, waktu, tempat, susunan, biaya, rencana pelaksanaan; menyampaikannya kepada instansi yang berwenang untuk diambil keputusan.
Investor tidak boleh meminta kontraktor untuk membayar penyelenggaraan upacara.
Keputusan tersebut menetapkan bahwa biaya penyelenggaraan upacara termasuk dalam total investasi proyek.
Berdasarkan izin penyelenggaraan upacara dari otoritas yang berwenang, investor wajib menyusun dan menyetujui perkiraan biaya untuk setiap upacara. Perkiraan biaya penyelenggaraan upacara akan disusun sesuai dengan isi dan skala proyek, sesuai dengan norma, standar, dan peraturan negara yang berlaku. Investor tidak diperkenankan meminta kontraktor untuk menanggung biaya penyelenggaraan upacara.
Sumber
Komentar (0)