Harga rubel turun ke 100 rubel per dolar sore ini, mencapai level psikologis penting ini untuk pertama kalinya sejak pertengahan Agustus.
Sore tadi, mata uang Rusia melemah ke 100,25 rubel per dolar, level terendah dalam tujuh minggu. Kini, nilai tukarnya kembali menguat ke 99,58 rubel per dolar.
Rubel juga menguat 0,6% terhadap euro dan stabil terhadap yuan. Satu euro kini bernilai 104,2 rubel. Satu yuan bernilai 13 rubel.
Terakhir kali rubel menembus angka 100, Bank Sentral Rusia terpaksa menaikkan suku bunga acuannya sebesar 350 basis poin (3,5%) menjadi 12%. Para pejabat juga membahas penerapan kembali kontrol modal untuk mendukung mata uang tersebut.
"Angka 100 bukanlah resistensi teknis. Ini adalah penghalang psikologis yang penting. Saat ini, semua prediksi menunjukkan rubel akan kehilangan nilainya," kata Alexei Antonov, analis di Alor Broker.
Nilai tukar rubel terus melemah terhadap dolar AS selama setahun terakhir. Grafik: Reuters
Rubel biasanya tertekan pada awal bulan, karena akhir bulan adalah saat eksportir menukar pendapatan mata uang asing menjadi mata uang lokal untuk membayar pajak.
"Kenaikan harga minyak dan suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan prospek rubel dalam jangka menengah," ujar analis di Promsvyazbank, yang memprediksi rubel akan terus menembus level 100 per dolar jika pihak berwenang tidak memperkenalkan langkah-langkah dukungan baru.
Bulan lalu, Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga acuannya menjadi 13%. Dengan tekanan inflasi yang masih tinggi, bank sentral kemungkinan akan memperketat kebijakan lebih lanjut pada pertemuan berikutnya pada 27 Oktober, menurut survei Reuters.
Nilai tukar rubel telah bergejolak sejak konflik Rusia-Ukraina meletus pada Februari 2022. Maret lalu, rubel mencapai rekor terendah 120 rubel terhadap dolar AS. Namun hanya beberapa bulan kemudian, nilai tukar rubel mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun terhadap ISD, berkat kontrol modal dan melonjaknya pendapatan ekspor Rusia.
Tahun ini, penurunan ekspor (sebagian akibat sanksi Barat dan reorientasi arus perdagangan global) dan lonjakan impor telah melemahkan rubel. Surplus neraca berjalan dalam delapan bulan pertama tahun ini juga turun 86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi $25,6 miliar.
Ha Thu (menurut Reuters)
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)