Stuttgart adalah tempat untuk menentukan Bola Emas

Dembele adalah kandidat peraih Ballon d'Or.

Stuttgart—tempat Spanyol dan Prancis bertemu di semifinal Nations League—bukan hanya tempat pertemuan untuk menentukan siapa yang akan tampil di final di München. Bagi Lamine Yamal dan Ousmane Dembele, Stuttgart juga menjadi panggung untuk duel potensial: perebutan penghargaan individu paling bergengsi di dunia sepak bola—Ballon d'Or.

Perlombaan ini tidak kenal ampun

Tepat setahun yang lalu, Luis de la Fuente memimpin "La Roja" mengalahkan tim Prancis di semifinal Euro 2024 – sebuah tonggak sejarah yang menandai kembalinya Spanyol yang tangguh di pentas sepak bola Eropa. Pada dini hari tanggal 6 Juni, mereka bertemu lagi, dan selain trofi Nations League, kedua tim memiliki tujuan tersembunyi lainnya: memperkuat profil bintang-bintang mereka dalam perebutan Bola Emas.

Dembele—dengan musim yang sukses bersama PSG dan menjuarai Liga Champions—dianggap sebagai salah satu kandidat teratas untuk penghargaan individu tahun ini. Ia telah membuktikan diri sebagai faktor penting dalam skuad "Les Bleus", dengan kecepatan, teknik, dan pengaruh yang nyata dalam pertandingan-pertandingan besar.

Di sisi lain, Yamal—bintang muda Barcelona dan tim nasional Spanyol—menjalani musim yang eksplosif. Meskipun gagal menjuarai Liga Champions bersama klubnya, "keajaiban" sepak bola berusia 17 tahun ini tetap meninggalkan kesan mendalam ketika ia meraih treble (La Liga, Piala Raja, Piala Super Spanyol) dan menjadi pilar penting dalam perjalanan tim nasional Spanyol hingga semifinal Nations League.

Dembele mengalami tahun yang sangat sukses.

Dembele telah memainkan 49 pertandingan, mencetak 33 gol, dan memberikan 15 assist—angka yang impresif. Sementara itu, Yamal telah memainkan 55 pertandingan, menyumbang 18 gol dan 25 assist—sebuah performa yang impresif untuk pemain yang baru berusia 17 tahun. Namun, sepak bola bukan hanya tentang statistik. Gol-gol penentu, momen-momen eksplosif dalam pertandingan besar—itulah yang membantu seorang pemain mengumpulkan poin dengan suara Ballon d'Or.

Jadi Stuttgart bisa jadi merupakan tempat di mana keseimbangan condong ke satu arah.

Sepakbola adalah permainan kolektif, tetapi Bola Emas adalah perlombaan individu.

Ballon d'Or selalu menjadi paradoks sepak bola. Dalam olahraga tim, penghargaan individu telah menjadi tujuan utama yang dicita-citakan setiap pemain. Penghargaan ini membawa prestise, pengakuan global, dan segudang keuntungan finansial – mulai dari kontrak hingga citra komersial.

Oleh karena itu, meskipun tidak seorang pun mengakuinya secara terbuka, setiap pertandingan di akhir musim - terutama di turnamen internasional - adalah kesempatan bagi para bintang untuk membuktikan diri di hadapan suara anonim dari para jurnalis, pelatih, dan kapten tim nasional.

Mbappe, peraih Sepatu Emas, belum sepenuhnya pulih. Jika ia tampil gemilang di Piala Dunia Antarklub mendatang bersama Real Madrid, ia berpeluang besar masuk dalam persaingan, yang saat ini tampaknya condong ke dua nama yang disebutkan di atas.

Jangan lupakan kemunculan talenta muda Desire Doue, yang dianggap sebagai masa depan timnas Prancis. Namun saat ini, pertarungan sesungguhnya adalah antara Yamal dan Dembele - pemain Barcelona yang lama dan baru.

Yamal pernah dengan rendah hati berbagi dalam sebuah wawancara dengan radio COPE : "Saya tidak memikirkan Ballon d'Or. Saya hanya ingin bermain sepak bola dengan gembira. Jika itu terjadi, bagus, jika tidak, tidak apa-apa. Jika saya harus memilih pemain terbaik tahun ini? Saya akan memilih diri saya sendiri." Pernyataan yang setengah bercanda, setengah serius - tetapi mengandung kepercayaan diri yang mengagumkan dari seorang pemain yang tumbuh pesat di tengah badai media dan ekspektasi.

Namun, Lamine Yamal juga bermain sangat baik.

Dembele, setelah bertahun-tahun cedera dan dikritik, sedang menjalani musim terbaik dalam kariernya. Kebangkitannya membuktikan bahwa kelas berbicara sendiri di saat yang tepat. Mengalahkan Yamal hari ini – jika dibarengi dengan penampilan yang kuat – bisa menjadi titik balik yang mengukuhkan posisinya dalam pemungutan suara Ballon d'Or.

Luis de la Fuente dan Didier Deschamps juga kembali bertemu setelah setahun. Jika Spanyol di bawah De la Fuente adalah tim yang menguasai bola, menekan dengan fleksibel, dan bermain kohesif, Prancis tetaplah tim yang penuh dengan individu-individu luar biasa, yang tahu bagaimana menentukan nasib pertandingan hanya dengan secercah kecemerlangan.

Spanyol sedang bangkit dengan generasi baru, dan Yamal adalah pemimpinnya. Prancis masih mempertahankan kekuatan aslinya, tetapi tidak dapat menyembunyikan ketergantungannya pada Mbappe atau Dembele di pertandingan-pertandingan penting. Tim mana yang lolos ke final München juga bisa menjadi faktor penentu dalam perebutan Ballon d'Or, karena prestasi kolektif selalu menjadi "fondasi" untuk menghormati individu.

Stuttgart bukan hanya tempat untuk menentukan tim yang mencapai final Nations League, tetapi juga tempat untuk membentuk situasi persaingan Ballon d'Or 2025. Yamal dan Dembele—dua generasi, dua kepribadian, dua aliran sepak bola—akan saling berhadapan.

Tidak seorang pun berani mengatakan dengan pasti siapa yang akan menang, tetapi yang jelas, siapa pun yang memenangkan pertandingan ini akan memiliki "suara kepercayaan" yang penting dalam perjalanan untuk menyentuh kejayaan individu terbesar dalam sepak bola.

Sumber: https://znews.vn/stuttgart-la-noi-dinh-doat-qua-bong-vang-post1558446.html