Adopsi hewan mungkin memiliki manfaat evolusioner, tetapi mungkin juga disebabkan oleh faktor lain seperti empati atau kurangnya pengalaman.
Gorila gunung ( Gorilla beringei beringei ) hidup berkelompok dan mengadopsi anak-anak gorila yatim piatu. Foto: SIMON MAINA/AFP
Merawat bayi baru lahir yatim piatu yang tidak memiliki hubungan darah mungkin memiliki keuntungan evolusioner bagi orang tua asuh, menurut Michael Weiss, seorang ahli ekologi perilaku dan direktur penelitian di Pusat Penelitian Paus di negara bagian Washington. Misalnya, adopsi dapat memberikan pengalaman berharga bagi paus betina yang tidak memiliki orang tua, yang dapat meningkatkan peluang kelangsungan hidup keturunan di masa mendatang. Adopsi dapat terjadi dalam spesies yang sama atau antarspesies yang berbeda, meskipun yang terakhir sangat jarang.
Dalam sebuah studi tahun 2021 di jurnal eLife , tim ahli mengamati dampak kehilangan induk pada gorila gunung ( Gorilla beringei beringei ) dan menemukan bahwa anak yatim piatu yang berusia lebih dari 2 tahun membentuk ikatan erat dengan anggota kawanan lainnya, terutama dengan jantan yang dominan.
Gorila gunung hidup berkelompok, biasanya terdiri dari satu jantan dominan, beberapa betina, dan anak-anaknya. Terlepas dari apakah jantan dominan menjadi ayah bagi anak-anaknya, perannya adalah melindungi generasi berikutnya agar tidak dibunuh oleh jantan saingan.
"Pejantan yang pandai merawat anak-anaknya dan melakukannya di depan betina sangat dicari. Merawat anak yatim piatu dapat memberikan poin bagi pejantan dominan, meningkatkan peluangnya untuk kawin dan mewariskan gennya," jelas Robin Morrison, penulis utama studi yang dimuat di jurnal eLife dan ahli ekologi perilaku di Universitas Zurich.
Morrison mengatakan bahwa gorila gunung betina dalam satu kawanan tidak selalu mendapat manfaat dari membesarkan anak gorila yatim piatu, tetapi hal itu tidak membutuhkan banyak usaha karena anak gorila yang berusia di atas 2 tahun dapat makan sendiri. Selain itu, anak gorila lainnya akan memiliki teman bermain, yang merupakan hal baik karena membantu mereka meningkatkan keterampilan sosial.
Adopsi juga umum terjadi pada primata lain dan dapat membantu menjaga keutuhan kelompok. Dalam sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports , tim tersebut mendokumentasikan kasus pertama kera besar, khususnya bonobo betina ( Pan paniscus ), yang mengadopsi bayi dari kelompok lain. Mereka berpendapat bahwa perilaku ini dapat meningkatkan status sosial kera besar dewasa.
Kemungkinan lain adalah, seperti manusia, bonobo betina merasakan empati dan kasih sayang terhadap bayi mereka yang baru lahir. Namun, kasih sayang ini dapat menyebabkan penculikan dan kematian bayi jika mereka terjebak dalam kerumunan.
Primata juga dapat menunjukkan naluri mengasuh, sama seperti manusia ketika melihat bayi atau hewan kecil. Hal ini tidak hanya terjadi pada primata, menurut Weiss, yang menghabiskan sebagian besar waktunya mempelajari paus pembunuh ( Orcinus orca ) di perairan sekitar Pasifik Barat Laut dan Kanada bagian barat.
Seekor paus pilot muda berenang bersama paus pembunuh. Foto: Orca Islandia
Pada tahun 2021, para ilmuwan di Islandia pertama kali melihat paus pembunuh mengadopsi anak paus Globicephala (paus pilot). Pada Juni 2023, Proyek Paus Pembunuh Islandia juga dikejutkan oleh seekor paus betina lain yang menunjukkan perilaku serupa.
Kasus-kasus ini merupakan "misteri besar" karena para peneliti belum pernah melihat paus dewasa dari kedua spesies berkomunikasi satu sama lain, yang berarti paus pembunuh mungkin telah menculik anak paus pilot, kata Weiss.
Satu pertanyaan besar adalah bagaimana hal ini menguntungkan paus pembunuh. Produksi susu membutuhkan banyak energi, dan induk paus pembunuh menyusui anak-anaknya hingga tiga tahun. Dengan mengalihkan perhatian induk paus pembunuh dan menghabiskan sumber dayanya, anak-anak paus yang diadopsi juga dapat menimbulkan masalah bagi keturunannya sendiri.
Para peneliti berpendapat bahwa paus pembunuh betina mungkin merasa perlu merawat anak paus karena ia sendiri baru saja melahirkan. Banyak faktor lain yang mungkin memengaruhi adopsi, seperti rasa ingin tahu, tingkat sosialisasi yang tinggi, atau kurangnya pengalaman. Ketidakmampuan tersebut dapat menjelaskan ketertarikan paus pembunuh terhadap paus pilot. "Ini bisa jadi naluri keibuan yang salah tempat," kata Weiss.
Induk burung yang kurang pengalaman terkadang membuat kesalahan pada spesies non-mamalia. Burung kukuk ( Cuculus canorus ) adalah parasit induk, artinya betina bertelur di sarang spesies lain agar tidak perlu repot merawatnya. Dalam sebuah studi tahun 1992 yang dimuat dalam jurnal Behavioral Ecology , para penulis menemukan bahwa betina muda burung kicau buluh besar ( Acrocephalus arundinaceus ) lebih mungkin tertipu oleh telur kukuk dibandingkan betina yang lebih tua.
Thu Thao (Menurut Live Science )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)