
Pagi-pagi sekali, ruang terapi fisik Departemen Rehabilitasi, Rumah Sakit 1A, dipenuhi pasien lanjut usia yang datang untuk berobat. Banyak dari mereka yang menderita stroke, kehilangan mobilitas, dan kini harus berjuang keras untuk belajar berjalan, berdiri, dan menggenggam benda di usia senja mereka.

Suatu pagi, seminggu sebelum dirawat di rumah sakit, Bapak Pham Trong Tan (58 tahun, Khanh Hoa ) tiba-tiba merasa pusing, mengalami hemiplegia, dan tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya begitu bangun. Di rumah sakit setempat, dokter menemukan adanya gumpalan darah di aorta serebral, mendiagnosisnya dengan stroke, dan segera membawanya ke Kota Ho Chi Minh untuk perawatan.
Setelah intervensi, Pak Tan sadar kembali, tetapi stroke membuatnya lumpuh. Di usianya yang hampir 60 tahun, ia mulai belajar memegang benda-benda terkecil lagi, perlahan-lahan mendapatkan kembali kehidupannya yang dulu.

Seorang pasien lanjut usia berjalan perlahan setelah terkena stroke di bawah bimbingan teknisi dan perawat.
Menurut Dr. Trinh Minh Tu, Wakil Kepala Departemen Rehabilitasi, pada lansia, gejala sisa motorik pasca-stroke dapat membuat banyak orang tidak dapat melakukan aktivitas dasar sendiri. Rehabilitasi dapat membantu pasien mencapai kemandirian maksimal, sehingga mengurangi beban perawatan keluarga mereka.

Setelah latihan sederhana, sesuai anjuran dokter, pasien perlu melatih kekuatan otot dengan peralatan pendukung. Berkat peralatan canggih, proses pemulihan pasien dapat lebih cepat, tetapi tekad yang kuat dan perhatian penuh dari keluarga merupakan kekuatan terbesar, yang membantu pasien mengatasi kesulitan untuk kembali menjalani kehidupan normal.

Di sudut ruangan, Bapak Andy Tran (60 tahun, warga negara Vietnam-Amerika) dan istrinya sedang menunggu giliran untuk menjalani terapi fisik. Sebulan yang lalu, beliau tiba-tiba mengalami stroke saat bekerja. Untungnya, beliau segera dilarikan ke unit gawat darurat dan mendapatkan penanganan yang tepat waktu, tetapi beliau hampir kehilangan kemampuan untuk bergerak dan berbicara.
15 hari setelah operasi, kondisi kesehatan suami saya dinyatakan stabil dan ia sudah bisa terbang. Saya langsung memutuskan untuk menitipkan kelima anak saya ke kerabat di AS untuk diurus, sementara saya dan suami terbang kembali ke Vietnam untuk rehabilitasi.
Setelah mencari di berbagai sumber, saya mengetahui bahwa layanan kesehatan Vietnam sangat dihargai dan biayanya jauh lebih rendah. Selain itu, saya juga akan mendapatkan dukungan dari keluarga untuk merawat suami saya, alih-alih sendirian di AS," ujar Ibu Tram (43 tahun) kepada Dan Tri tentang alasan pulang kampung untuk berobat.


Tiga kali seminggu, Bapak Andy secara rutin menjalani rehabilitasi dengan robot berjalan. Selain berlatih berjalan dengan robot, setiap hari, Bapak Andy juga menjalani akupunktur, akupresur, dan sengatan listrik sesuai anjuran dokter.
Awalnya, pria itu tidak bisa bergerak dan membutuhkan empat orang untuk membantunya duduk di kursi roda. Kini, setelah lima minggu, ia dapat berdiri dan mulai berjalan dengan bantuan mesin dan teknisi.

Pasien rehabilitasi stroke, terutama yang lanjut usia, sering kali harus berada di pusat kebugaran dalam waktu lama untuk mendapatkan kembali kemampuan berjalan normal.
Program rehabilitasi perlu disesuaikan secara individual berdasarkan tingkat keparahan cedera, usia, penyakit yang mendasari, dan komorbiditas. Seluruh tim dokter, teknisi, perawat, dan keluarga harus bekerja sama secara erat untuk membantu pasien beranjak dari kondisi terbaring di tempat tidur hingga dapat berdiri dan mencapai kemandirian maksimal.

Setelah terkena stroke di akhir tahun 2023, Bapak Phan Hai (53 tahun, Kota Ho Chi Minh) lumpuh di sisi kanan tubuhnya dan kehilangan kemampuan berbicara sepenuhnya, meskipun ia memahami semua yang dikomunikasikan orang-orang di sekitarnya. Sejak saat itu, ia hanya berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya melalui anggukan atau gumaman. Berbicara dan ekspresi dasar juga menjadi tantangan yang berat.

Setelah lebih dari setahun menjalani rehabilitasi motorik tahun pertama, Tn. Hai beralih ke rehabilitasi bahasa di Rumah Sakit 1A. Sambil menatap dirinya di cermin besar, pria berusia 50-an ini kesulitan membuka mulut dan mulai belajar mengucapkan kata-kata yang paling sederhana. Selama dua tahun terakhir, Tn. Hai telah menempuh perjalanan panjang dalam pemulihan pasca-stroke, dan perjalanan itu masih sangat panjang baginya untuk kembali ke kehidupan sebelumnya.

Setelah stroke, rehabilitasi sangat penting untuk mengurangi komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Rehabilitasi harus dimulai sesegera mungkin, setelah kondisi pasien stabil.


Rumah sakit ini tidak hanya menyediakan rehabilitasi pasca-stroke untuk pasien lanjut usia, tetapi juga menangani banyak kasus stroke pada usia yang sangat muda. Menurut Dr. Tu, jumlah pasien stroke muda memang tidak banyak, tetapi belakangan ini terus meningkat.

Setelah melewati batas antara hidup dan mati pasca-stroke, pasien menghadapi perjalanan yang menantang untuk kembali menjalani kehidupan normal. Tugas-tugas sederhana seperti berbicara, makan, berpakaian, atau berjalan menjadi hasrat yang membara.
Berkat kemauan mereka yang kuat, disertai perlengkapan modern dan teknik canggih, jalan mereka menuju pemulihan menjadi tidak terlalu sulit.
Sumber: https://dantri.com.vn/suc-khoe/tap-di-tap-noi-o-tuoi-xe-chieu-20250921235141494.htm






Komentar (0)