Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Terangi puisi tanah air

(GLO)- Di era yang dipenuhi hiruk pikuk perkotaan, di tengah hiruk pikuk kehidupan yang dapat dengan mudah mengikis akar jati diri, kumpulan puisi "Cồn Quê Xu" (Penerbit Asosiasi Penulis, 2025) baru saja dirilis untuk pembaca pada awal Juli 2025 bagai gema lembut dari tanah air, menenangkan kita...

Báo Gia LaiBáo Gia Lai14/09/2025

Kumpulan puisi ini menyatukan 8 penulis: Duyen An, Tuong Chi, Nhien Dang, Le Trong Nghia, Van Phi, Ho Minh Tam, My Tien, dan Nguyen Dang Thuy Trang. Setiap orang menyumbangkan 10 puisi dengan gaya puitisnya masing-masing, namun menyatu dalam melodi yang sama, penuh duka dan cinta tanah air.

naik-ke-bukit-que-xu.jpg

Kita dapat dengan mudah membaca ayat-ayat yang menyentuh, seperti perasaan seseorang yang pulang dari jauh, di mana selalu ada tangan terbuka yang menunggu: “Ayahku menyambutku dengan mobil bobrok mengikuti orang-orang pasar hari ini dan besok/ Ibu menyambutku dengan senyuman melewati banyak musim yang hilang/ Kenangan akan tanah airku mulai dari dapur/ Aroma terasi kepiting dan daun ubi jalar yang mengepul tercium/ Aroma pedesaan yang berkali-kali merayap ke dalam mimpi kemakmuran…” ( Homeland's Arms - Duyen An).

Atau di suatu tempat dalam keheningan itu adalah tanah air masa kecil yang dihabiskan dengan mengejar kunang-kunang dengan kaki telanjang, tanah air tempat tidur gantung bambu yang bergoyang mengikuti lagu pengantar tidur nenek, tanah air tungku kayu, sumur, atap jerami, dan mimpi-mimpi yatim piatu yang dibawa anak itu sepanjang hidupnya: "Di awal musim panas di rumah kami / Malam ini angin Selatan telah memasuki musim bertiup / menusukku dalam rasa sakit menjadi yatim piatu / pembakar dupa menyala diam-diam selama sisa hidupku / Aku berbaring tengkurap dan kembali / ke manisnya tanah airku" ( Di awal musim panas - Tuong Chi).

Di sisi lain, "kampung halaman" dalam kumpulan puisi ini bukan sekadar desa, ladang, atau rumah tua, melainkan tanah air batin, tanah air spiritual. Tanah air itu tak hanya hadir dalam bentang alam, melainkan tersembunyi dalam setiap lipatan ingatan, setiap baris puisi, setiap butir beras yang dicuci tergesa-gesa oleh seorang ibu miskin, atau bahkan tersembunyi dalam pecahan tembikar Go Sanh, membangkitkan budaya yang pernah tersohor: "Dari tanah/ pecahan tembikar/ bagaikan desahan asal/ sebelum angin abad ini" ( Potongan Tembikar dan Nafas Bumi - Le Trong Nghia).

Kumpulan puisi ini juga merupakan perjalanan kembali ke akar, ke atap tua, ke sungai, ke ladang, pasar desa, lonceng kuil, sinar matahari tengah hari, lagu nina bobo sang nenek, sosok ayah yang membungkuk di ladang, bayangan ibu yang pulang larut malam setelah seharian berbelanja... Semua gambaran yang penuh kasih ini muncul dengan sungguh-sungguh, dalam, menjadi sumber inspirasi, jiwa kumpulan puisi ini.

Dalam konteks puisi masa kini yang senantiasa mencari "kemungkinan baru" dan ekspresi yang riuh, kumpulan puisi ini seakan mengajak kita untuk memperlambat perenungan, merenungkan tanah air, bangsa, dan diri kita sendiri. Demikian pula anak-anak desa melestarikan diri di era yang penuh kehilangan dan perubahan...

Sumber: https://baogialai.com.vn/thap-len-loi-tho-que-xu-post566569.html


Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Keindahan Sa Pa yang memukau di musim 'berburu awan'
Setiap sungai - sebuah perjalanan
Kota Ho Chi Minh menarik investasi dari perusahaan FDI dalam peluang baru
Banjir bersejarah di Hoi An, terlihat dari pesawat militer Kementerian Pertahanan Nasional

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

Pagoda Satu Pilar Hoa Lu

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk