Hamas mengumumkan pada tanggal 10 Februari bahwa mereka akan menunda rencana pembebasan sandera akhir pekan ini hingga pemberitahuan lebih lanjut karena pelanggaran perjanjian gencatan senjata oleh Israel.
Juru bicara Hudhaifa Kahlout dari sayap militer pasukan Hamas Brigade Al-Qassam mengumumkan pada 10 Februari bahwa pertukaran sandera dan tahanan yang dijadwalkan pada 15 Februari akan ditunda karena pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata, menurut The Times of Israel .
Warga Palestina berkumpul saat orang-orang bersenjata Hamas mengawal konvoi yang membawa tiga sandera Israel yang dibebaskan dalam pertukaran tahanan pada tanggal 8 Februari.
Tuan Kahlout, yang juga dikenal dengan nama samarannya Abu Obeida, menuduh Israel menunda kembalinya warga Palestina ke Gaza utara dan menembaki mereka, sekaligus menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Tindakan-tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang telah berlangsung selama 3 minggu terakhir. Hamas menuntut Israel memberikan kompensasi atas pelanggaran-pelanggaran tersebut, jika tidak, Hamas tidak akan membebaskan para sandera sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Tak lama kemudian, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan penundaan pembebasan sandera oleh Hamas merupakan pelanggaran nyata terhadap perjanjian tersebut. "Saya telah menginstruksikan militer untuk selalu waspada terhadap potensi perkembangan apa pun di Gaza dan melindungi masyarakat di perbatasan. Kami tidak akan kembali ke realitas 7 Oktober (2023)," ujar Katz, merujuk pada hari Hamas menyerang wilayah Israel.
Berdasarkan perjanjian fase 1, yang akan berlangsung selama 42 hari sejak 19 Januari, Hamas akan secara bertahap memulangkan 33 dari 96 sandera Israel yang ditahannya. AFP pada 9 Februari mengutip pernyataan Basem Naim, seorang pejabat Hamas, yang memperingatkan bahwa perjanjian gencatan senjata berada dalam "bahaya" dan bisa runtuh. Menurut The Times of Israel , 17 sandera Israel harus dibebaskan berdasarkan perjanjian gencatan senjata fase 1.
Terkait perjanjian gencatan senjata, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengatakan pada 10 Februari bahwa ia senang para sandera dikembalikan, tetapi tetap menentang kelanjutan fase kedua perjanjian gencatan senjata. Bapak Smotrich mewakili partai garis keras yang merupakan anggota koalisi berkuasa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Alih-alih melanjutkan kesepakatan, kata Smotrich, Israel seharusnya "membalas dendam" terhadap Hamas, memblokir semua bantuan kemanusiaan, dan menduduki Gaza secara permanen. Ia mendorong warga Palestina untuk beremigrasi dari Jalur Gaza berdasarkan rencana yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/thoa-thuan-ngung-ban-israel-hamas-do-vo-185250211001639732.htm
Komentar (0)