Lahir dan besar di tepi Sungai Duong, "ladang tebu hijau dan tepian murbei/ jagung hijau dan ubi jalar" ("Di seberang Sungai Duong", Hoang Cam), sejak kecil, Nguyen Duc Ha sering "membenamkan wajahnya di sungai kampung halamannya" bersama teman-temannya dari komune Dai Dong (Bac Ninh). Karena memiliki minat yang besar terhadap sastra dan kata-kata sejak kecil dan setelah 6 tahun "berlatih" dengan tekun di salah satu pusat pelatihan sastra terkemuka di negeri ini, Duc Ha meraih gelar sarjana sastra berkualitas tinggi dan gelar magister teori sastra dari Universitas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Nasional Vietnam, Hanoi. Berawal dari kenangan masa kecil yang indah di tepi sungai kampung halamannya, dari kunjungan lapangan yang menarik ke pedesaan, dari perjalanan membawa para penulis penghuni kamp kreasi sastra untuk merasakan realita dari Selatan ke Utara, dari luapan emosi yang meluap dari lubuk hatinya, Mayor Nguyen Duc Ha (nama pena Nguyen Duc) telah mengumpulkan, menyimpan, dan menuangkan esai, catatan, serta memoar ke dalam sebuah buku berjudul "Sungai Berkisah" (People's Army Publishing House, 2025).

Sampul buku "The River Tells Stories".

Buku ini merupakan hasil jerih payah seorang editor muda sekaligus "buah manis" setelah bertahun-tahun mengamati, merenungkan, dan menyaring secara diam-diam dari kunjungan lapangan ke berbagai daerah di seluruh negeri. Setiap karya merupakan irisan yang halus, perspektif yang segar, perasaan baru tentang situs-situs budaya, terutama sungai-sungai yang telah melekat dan dilalui oleh penulis. Sesuai dengan judulnya "Sungai Berkisah", penulis menulis tentang sungai dengan nada yang lembut, santai, dan tenang, layaknya sungai yang tahu bagaimana cara mencurahkan isi hati, berbisik, dan mencurahkan isi hati.

Membuka buku itu, tidak sulit untuk menemukan halaman seperti itu.

Kisah ini berlanjut di tengah langit musim gugur yang memabukkan, bagaikan mimpi yang kaya akan alunan musik puitis di tengah negeri Kinh Bac. Sungai mengalir perlahan sejenak, bagai cangkir giok yang dijatuhkan peri cantik di tengah hamparan ladang murbei dan tebu yang luas. (Sungai Duong, selalu dipenuhi nostalgia).

Sungai Cau mengalir dengan tenang, mengalirkan iramanya yang individual dan kolektif. Berdiri di tengah sungai yang tenang itu, aku bertanya-tanya berapa banyak rahasia yang disembunyikan ombak-ombak besar itu dari hiruk pikuk perjalanan dagang ibu kota Utara. (Mengikuti sungai yang megah dan puitis).

Perahu membelah air, meninggalkan jejak-jejak panjang beriak seperti sisik ikan yang berkilauan di bawah sinar matahari sore. Dalam keheningan pegunungan berbatu, rerumputan, dan pepohonan, warna hijau jernih Sungai Nho Que semakin melukiskan luas dan damainya daratan dan langit Ha Giang . (Magnificent, huge Nho Que).

Perahu kembali ketika matahari terbenam mulai menutupi langit. Ikan-ikan di sungai berenang tanpa lelah, berlawanan arah dengan gerakan kami. Kepiting-kepiting itu melayang-layang di dekat pohon kelapa, dan setiap kali perahu lewat, mereka turun dan menghilang. Suasana sungai menjadi sunyi, meninggalkan kenangan yang membekas di hutan kelapa Cam Thanh (Kembali ke hutan kelapa Bay Mau).

Berdiri di tepi sungai, saya mendengar deburan lembut pantai, kicauan burung di pucuk-pucuk pohon, semuanya menyatu dalam melodi panjang hutan yang agung. Ayun bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga jiwa negeri ini dan masyarakatnya. (Keranjang yang Ditenun di Tepi Sungai Ayun).

Dengan memadukan deskripsi, narasi, dan komentar, tulisan-tulisan pengarang tentang sungai tidak saja membuka ruang baru bagi para pembaca untuk menyelami, merenungkan, dan menghayati keindahan sungai yang beraneka ragam, tetapi juga nada, teknik, dan kata-kata yang dijiwai cerita rakyat (budaya rakyat) yang telah diungkapkan dengan susah payah oleh pengarang telah turut menyampaikan pesan cinta tanah air dengan cara yang santun dan halus.

PHUC NOI

    Sumber: https://www.qdnd.vn/van-hoa/sach/thu-thi-nhu-dong-song-ke-chuyen-847419