Anak sekolah dasar itu dipaksa melakukan apa yang diminta ibunya, sebagai hukuman setelah ia berdiri di lantai yang tinggi dan melemparkan karton air dan susu ke arah teman-teman sekelasnya yang berjalan di halaman sekolah.
Anak laki-laki itu memprotes hukuman ibunya dan berulang kali berteriak agar ibunya tidak memercikkan air, tetapi ibunya menjawab: "Kenapa tidak? Bukankah Ibu bilang menyenangkan memercikkan air ke teman-temanmu?"

Anak sekolah dasar disiram air beberapa kali oleh ibunya sebagai hukuman (Foto: SCMP).
Di akun media sosialnya, sang ibu menjelaskan bahwa ia menghukum anaknya seperti itu karena sebelumnya wali kelas anak tersebut telah menelepon orang tua murid untuk mengabarkan bahwa anaknya kerap berdiri di lantai yang tinggi dan diam-diam melemparkan kardus berisi air dan susu ke arah teman-teman sekelasnya yang sedang berjalan di halaman sekolah.
Sang ibu membiarkan putranya mengalami menjadi korban untuk belajar. Ketika putranya mulai merasa kedinginan dan memintanya untuk berhenti menuangkan air, sang ibu berkata, "Sudahkah kamu memikirkan bagaimana perasaan anak-anak ketika kamu menuangkan air ke mereka?" Sang ibu berhenti menuangkan air ketika putranya mulai mengakui kesalahannya.
Beberapa penghuni apartemen merekam tindakan sang ibu. Rekaman tersebut tersebar di media sosial, memicu perdebatan tentang metode pengasuhan anak.
Banyak orang memuji sang ibu karena tidak terlalu marah, tetapi bertindak tenang dan memberi pelajaran kepada anaknya melalui pengalaman hidup nyata, dikombinasikan dengan dialog rasional antara ibu dan anak.
Namun, banyak orang juga percaya bahwa hukuman sang ibu terlalu keras untuk anak laki-laki tersebut, membuatnya "basah kuyup" dari ujung kepala hingga ujung kaki dan bahkan merasa kedinginan. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan anak laki-laki tersebut.
Selain itu, cara sang ibu melakukan hukuman di depan umum di hadapan banyak orang akan membuat sang anak takut sekaligus malu, dan dampak psikologisnya pun akan cukup berat.
Hukuman ini mungkin tidak memiliki dampak pendidikan yang nyata, tetapi juga meninggalkan bekas yang mendalam di benak anak laki-laki itu tentang perlakuan kasar dan tak kenal ampun dari ibunya saat ia melakukan kesalahan.
Menanggapi kritikan sejumlah netizen, sang ibu bertanya: "Kalau saya tidak mendidik anak saya dengan tegas, lalu suatu hari anak saya menganggap melempar batu itu menyenangkan, apa akibatnya?"
[iklan_2]
Sumber: https://dantri.com.vn/giao-duc/tranh-cai-cach-day-cua-nguoi-phu-nu-doi-nuoc-ao-ao-xuong-con-20240929100253014.htm






Komentar (0)