Transisi energi telah membuka pasar investasi yang sangat besar bagi perusahaan swasta. Hanya dalam satu dekade terakhir, Vietnam telah mencapai kemajuan yang mengesankan di bidang energi terbarukan, terutama tenaga surya dan angin.
Dari hampir tidak ada di peta energi bersih Di kawasan ini, Vietnam telah menjadi yang terdepan di Asia Tenggara dengan total kapasitas kumulatif tenaga surya sekitar 18,6 GW pada tahun 2023; total kapasitas tenaga angin dan surya telah melampaui 21 GW. Patut dicatat, sebagian besar proyek ini diinvestasikan dan dioperasikan oleh sektor swasta, yang menunjukkan semakin kuatnya kapasitas perusahaan-perusahaan Vietnam dalam mobilisasi modal, manajemen proyek, dan penerapan teknologi.
Menurut Bank Dunia, Vietnam perlu memobilisasi sekitar 135 miliar dolar AS untuk proses transisi energi pada periode 2021-2030, atau rata-rata 13,5 miliar dolar AS per tahun, dengan 75% di antaranya diharapkan berasal dari sektor swasta. Menurut para ahli, ini merupakan ruang bagi perusahaan swasta untuk berpartisipasi dalam berbagai tahapan: mulai dari pengembangan proyek, penyediaan peralatan, layanan teknis, hingga solusi manajemen energi cerdas. Lahirnya Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik Langsung (DPPA) juga menciptakan kondisi bagi perusahaan manufaktur untuk menandatangani kontrak jangka panjang dengan pengembang energi terbarukan, yang sekaligus menstabilkan biaya dan memastikan kepatuhan. Standar ESG (lingkungan-sosial-tata kelola).
Seiring dengan transisi energi, mekanisme penetapan harga karbon menjadi alat penting untuk mendorong pertumbuhan hijau. Vietnam telah meluncurkan peta jalan membangun pasar karbon di dalam negeri mulai tahun 2025, bergerak menuju operasi penuh pada tahun 2028-2029, dengan fokus pada industri emisi besar seperti listrik, baja, dan semen.
Menurut para ahli, pada tahap awal, sebagian besar kuota emisi akan dialokasikan secara gratis untuk mengurangi tekanan pada bisnis. Namun, mekanisme ini akan menciptakan kerangka hukum awal bagi bisnis untuk terbiasa menghitung biaya karbon dengan benar dan memadai, sehingga mendorong investasi dalam inovasi teknologi dan penerapan solusi produksi yang lebih bersih.
Pada tahap selanjutnya, cakupan industri akan diperluas, tingkat pengecualian akan menurun secara bertahap, mekanisme lelang dan perdagangan kredit karbon akan semakin populer, selaras dengan praktik internasional. Hal ini menjadi dasar bagi perusahaan Vietnam untuk mematuhi peraturan domestik dan menunjukkan daya saing mereka di pasar global.
Menilai pasar karbon, para ahli mengatakan bahwa, dari perspektif lain, pasar ini juga merupakan peluang bisnis baru. Perusahaan yang berinvestasi lebih awal dalam teknologi hemat energi, mendaur ulang produk sampingan, atau menanam hutan penyerap karbon dapat menciptakan kredit karbon berlebih untuk dijual kembali di pasar. Dengan dinamisme dan fleksibilitas, inilah keuntungan yang dapat dimanfaatkan pertama kali oleh sektor swasta. Jika Vietnam membangun sistem kredit karbon yang transparan dan memenuhi standar internasional, perusahaan domestik dapat berpartisipasi penuh di pasar regional dan global, sehingga menarik lebih banyak mata uang asing dan modal investasi hijau.
Tentu saja, transisi energi dan pasar karbon memiliki tantangan tersendiri. Teknologi bersih, peralatan hemat energi, atau proyek energi terbarukan semuanya membutuhkan modal investasi yang besar, sementara mayoritas perusahaan swasta di Vietnam berskala kecil dan menengah. Akses terhadap kredit hijau terbatas karena kurangnya agunan, yang tidak memenuhi kriteria perbankan. Lembaga keuangan domestik juga tidak memiliki mekanisme penilaian risiko lingkungan yang lengkap.
Selain itu, banyak bisnis kekurangan sumber daya manusia yang berpengetahuan tentang standar ESG (lingkungan-sosial-tata kelola), sistem MRV (pengukuran-pelaporan-validasi) atau sertifikat hijau internasional, yang menyebabkan kesulitan dalam mengakses pasar ekspor yang menerapkan standar ketat.
Kerangka hukum dan infrastruktur pendukungnya juga belum sinkron: pasar listrik yang kompetitif, mekanisme DPPA, perencanaan jaringan transmisi, dan sistem standar hijau terpadu masih dalam proses penyempurnaan. Di saat yang sama, kondisi dasar ekonomi sirkular seperti pemilahan sampah di sumber, logistik terbalik, sistem pemulihan-daur ulang, atau standar daur ulang terpadu masih kurang atau belum beroperasi secara efektif, sehingga menyulitkan bisnis untuk menerapkan model ini dalam skala besar.
Para ahli merekomendasikan bahwa agar sektor ekonomi swasta dapat benar-benar memaksimalkan potensinya dalam proses transformasi hijau, hambatan modal, teknologi, kelembagaan, dan infrastruktur perlu segera dihilangkan. Hal ini merupakan syarat fundamental untuk membantu bisnis meningkatkan daya saingnya, secara bertahap mengambil peran pionir dalam pertumbuhan hijau, dan sekaligus memberikan kontribusi praktis bagi implementasi komitmen Net Zero.
Sumber: https://baolangson.vn/viet-nam-da-co-buoc-tien-an-tuong-trong-linh-vuc-nang-luong-tai-tao-5059887.html
Komentar (0)