Duka wasit Tran Dinh Thinh
Pepatah "hidup demi profesi, mati demi profesi" memang benar adanya, terutama bagi wasit Tran Dinh Thinh, yang meninggal dunia saat dalam perjalanan menuju tes kesehatan dalam rangka program pembinaan pengawas dan wasit turnamen sepak bola profesional nasional musim 2025-2026.
Lintasan itulah tempat di mana aspirasi banyak wasit untuk menjadi wasit terwujud, dan sekarang menjadi babak akhir dari salah satu "raja baju hitam" paling bergengsi dan rajin di V-League.
Keluarga menanti kunjungan terakhir wasit Tran Dinh Thinh ke rumah
Berbeda dengan penampilannya yang tegas dan penuh tekad dengan tatapan mata yang "tajam bak pisau" setiap kali meniup peluit di lapangan, sosok wasit Tran Dinh Thinh masih terpatri dalam ingatan orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya, sebagai seorang pria Selatan yang tulus, jujur, humoris, dan lembut. Oleh karena itu, wafatnya wasit Tran Dinh Thinh menggemparkan dunia sepak bola.
Perpisahan dengan wasit Tran Dinh Thinh
FOTO: KHA HOA
Selain wasit dan pemain, ada pula orang-orang yang pernah menjadi murid Bapak Thinh (wasit Thinh juga berprofesi sebagai guru penjasorkes) yang tak kuasa menahan rasa sedih dan pilu ketika mengingat ceramah-ceramah tegas namun jitu dan penuh suka cita dari mantan "guru" penjasorkes tersebut.
Sepakbola Vietnam telah kehilangan seorang wasit yang baik, dan mungkin sekarang adalah saat yang tepat untuk menengok kembali profesi wasit, untuk mengevaluasi kembali tekanan tak terlihat yang selalu diletakkan di pundak mereka yang memegang timbangan keadilan, berjuang sepanjang hidup mereka untuk memastikan keseimbangan keadilan dalam sepak bola.
Tekanan pada bahu wasit
Dalam pengumuman perpisahan kepada wasit Tran Dinh Thinh, Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) menulis: "Mengenai tes kebugaran fisik wasit dalam program pelatihan, ini adalah tes wajib menurut peraturan FIFA untuk menilai kemampuan dalam menjalankan tugas di turnamen sepak bola profesional nasional.
Kejadian memilukan ini menjadi pengalaman bagi seluruh peserta turnamen, termasuk wasit, untuk selalu waspada dan menyadari bahwa dalam aktivitas fisik selalu terdapat faktor risiko potensial penyakit kardiovaskular, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda peringatan yang kita ketahui sebelumnya. Oleh karena itu, kita perlu selalu memperhatikan perubahan kesehatan sekecil apa pun untuk memastikan keselamatan selama latihan.
Agar memenuhi syarat untuk memimpin pertandingan di turnamen sepak bola profesional, wasit Vietnam harus lulus berbagai tes ketat. Tes tersebut meliputi lari 6 jarak pendek (40 m) dalam waktu yang ditentukan, dan lari 10 putaran lapangan dengan kecepatan tinggi (setara dengan 4.000 m, dengan lari 75 m dalam 15 detik dan jalan 25 m dalam 20 detik). Kekuatan fisik merupakan prioritas utama, karena seiring meningkatnya kecepatan pertandingan, wasit harus terus berlari untuk mengikuti perkembangan.
Wasit selalu berada di bawah tekanan besar.
FOTO: KHA HOA
Wasit tidak hanya harus berlari, tetapi mereka juga harus berlari dan mengamati setiap milimeter situasi tabrakan, mengevaluasi, menganalisis, dan membuat keputusan hanya dalam hitungan detik. Setiap keputusan membutuhkan ketelitian mutlak, karena satu peluit yang salah saja dapat memengaruhi hasil pertandingan.
Menengok Kembali Karier Wasit Tran Dinh Thinh: Standar FIFA yang Terkenal Ketat
Meskipun wasit hanya punya waktu kurang dari sedetik untuk berpikir dan meniup peluit (ingat, dalam konteks pertandingan yang terus berjalan), setiap keputusan "pria berbaju hitam" ini diawasi ketat oleh ribuan mata. Wasit harus menghadapi tekanan dari pemain, pelatih, bahkan penonton dan jejaring sosial. Tekanan ini sangat besar, yang mudah menyebabkan stres, ketegangan, dan kecemasan, bahkan bagi wasit papan atas yang telah memimpin ratusan pertandingan sepanjang karier mereka.
Mungkin, karena tekanan yang begitu besar dan "mencekik", kesehatan mental banyak wasit pun terpengaruh. Seorang wasit mengaku kepada Surat Kabar Thanh Nien bahwa seberat apa pun tekanan yang ia hadapi, ia tetap harus berusaha mengatasinya karena ia telah memilih profesi ini. "Kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin dan yakin pada keputusan kita, tetapi kita harus menerima tekanan atau kritik karena kita sudah terbiasa," ujar wasit ini.
Kata-kata terakhir wasit Tran Dinh Thinh sebelum pingsan adalah, "Biarkan saya menyelesaikan larinya". Ia masih ingin menyelesaikan lomba di saat-saat terakhirnya di dunia. Selamat jalan untuk salah satu wasit paling dihormati di sepak bola negara kita.
Source: https://thanhnien.vn/xot-thuong-trong-tai-tran-dinh-thinh-ngam-ve-ap-luc-cua-nhung-ong-vua-ao-den-185250804124222364.htm
Komentar (0)