Di tengah pegunungan Tan Son ( Phu Tho ), tempat gemericik sungai berpadu dengan gema gong, melodi nyanyian Vi dan Rang yang sederhana dari suku Muong telah bergema selama beberapa generasi. Melodi-melodi itu bukan hanya suara desa, tetapi juga jiwa budaya, "makanan rohani" yang dijiwai oleh kehidupan religius dan jiwa masyarakat di wilayah pegunungan.
Di komune Kiet Son, distrik Tan Son, ada seorang perempuan yang telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk melestarikan dan menyebarkan suara-suara tersebut - Ibu Ha Thi Tien, Ketua Klub Seni Rakyat Komune. Dengan cinta yang membara dan hasrat yang mendalam, ia telah menjadi "penjaga api" yang diam namun teguh bagi lagu-lagu rakyat Muong yang perlahan memudar seiring waktu.
Menurut Ibu Tien, suku Muong memiliki banyak melodi rakyat yang unik seperti nyanyian Vi, nyanyian Rang, dan nyanyian Lullaby... Di antara semuanya, Vi dan Rang adalah dua genre populer dengan nilai seni yang kaya, yang mencerminkan kehidupan sehari-hari, kepercayaan, dan perasaan orang Muong. Asal usul melodi Vi dan Rang ini berasal dari melodi kelahiran darat dan air orang Muong.
Ibu Ha Thi Tien dan Ibu Ha Thi Thuy membawakan lagu "Mengunjungi Kuil Hung" di Festival Kuil Hung 2025.
Dari melodi-melodi tradisional tersebut, Ibu Tien dengan tekun menggubah hampir 50 lagu Vi yang dimodifikasi, yang memuat konten tentang tanah air, negara, dan masyarakat Tan Son seperti: Que Huong Doi Moi, Ve Tham Den Hung, Buoc Tranh Que Minh... Salah satu karya khasnya adalah lagu Ve Tham Den Hung, yang ditulisnya dengan kata-kata sederhana namun dijiwai oleh rasa bangga dan terima kasih kepada leluhur.
Perjalanan melestarikan keindahan budaya tidaklah mudah. Karena lagu-lagu daerah Muong sebagian besar diwariskan secara lisan, tanpa catatan tertulis yang jelas, para seniman perlu memiliki daya ingat yang baik dan fleksibel dalam menggubah atau menyunting lagu agar sesuai dengan setiap siswa.
Menghadapi kenyataan bahwa kaum muda semakin kurang tertarik pada nilai-nilai tradisional akibat pengaruh jejaring sosial dan budaya modern, Ibu Tien selalu bertanya-tanya bagaimana cara melestarikan tarian dan lagu Vi dan Rang agar tidak punah. Dengan sepenuh hati dan tanggung jawab, beliau meneliti, mengumpulkan, menyusun syair-syair kuno, dan mengajarkannya kepada generasi muda serta masyarakat setempat.
Buah-buahan juga dibuat dengan tangan oleh Ibu Ha Thi Tien untuk disajikan pada pertunjukan seni.
Ibu Ha Thi Tien mengajarkan nyanyian Vi dan Rang kepada penduduk setempat.
Sebagai murid teladan seniman Ha Thi Tien, Ibu Ha Thi Thuy (kelurahan Kiet Son, kecamatan Tan Son) kini telah menjadi salah satu "penjaga api" seni menyanyi Vi dan menyanyi Rang dari suku Muong.
Ibu Ha Thi Thuy berkata: "Nyanyian Vi dan Rang dianggap sebagai makanan rohani sederhana bagi masyarakat etnis Muong, yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Saya diajari menyanyi Vi dan Rang oleh Ibu Tien 20 tahun yang lalu."
Ibu Thuy juga mengatakan bahwa untuk menyanyikan lagu Vi atau Rang dengan baik, penyanyi tidak hanya membutuhkan teknik, tetapi juga harus memiliki emosi dan memahami budaya Muong. Berbeda dengan lagu Rang, setiap kalimat dan kata terasa menyentuh dan penuh cinta. Lagu-lagu seperti itu tidak dapat dihafal, tetapi harus diserap dan dihayati.
Selama bertahun-tahun, Ibu Thuy dan Ibu Tien aktif mengajar kelas-kelas lagu daerah yang diselenggarakan oleh komune, dan secara rutin tampil di festival dan acara budaya di tingkat kabupaten dan provinsi. Tak hanya itu, Ibu Thuy juga mengumpulkan dan merekam lirik lagu-lagu kuno yang diwariskan oleh para tetua desa, memberikan kontribusi berharga bagi arsip cerita rakyat setempat.
“Saya berharap generasi muda masa kini akan mencintai dan bangga dengan nyanyian nasionalnya, seperti Ibu Tien dan saya yang dibesarkan dengan lagu-lagu Vi dan Rang di masa lalu,” ungkap Ibu Thuy dengan mata berbinar-binar keyakinan.
Dalam konteks saat ini, ketika banyak bentuk budaya tradisional terancam punah, upaya melestarikannya seperti yang dilakukan Ibu Ha Thi Tien dan Ibu Ha Thi Thuy menjadi semakin berharga. Dengan kecintaan mereka yang mendalam terhadap tanah air, dedikasi, dan tanggung jawab mereka, kedua perempuan ini tidak hanya melestarikan melodi tradisional tetapi juga menyebarkan kecintaan terhadap budaya Muong ke berbagai generasi.
Masyarakat Kiet Son masih memanggil Ibu Tien dan Ibu Thuy dengan panggilan sayang: "Penjaga jiwa Vi dan Rang di desa Muong". Orang-orang seperti Ibu Tien—dengan tenang namun gigih—lah yang telah menyalakan harapan bagi perjalanan melestarikan warisan budaya nasional, sehingga lagu-lagu Vi dan Rang dapat menembus setiap lereng gunung, menembus rumah-rumah panggung, menembus hati para pencinta budaya Muong, dan selamanya bergema di hutan Tan Son yang agung:
“Kampung halaman saya memiliki sembilan gunung dan sepuluh bukit
Budaya besar tempat lahirnya Viet Muong
Pergi jauh membuatku rindu kampung halaman
Ingat sungai kecil, jalan setapak pohon beringin
Mengingat sebuah puisi epik
Desa Muong membuka festival dengan suara gong
Suara padi yang ditumbuk pun bergema
Tarian baru Mo Muong dengan konser drum dan gong..."
Bao Nhu
[iklan_2]
Sumber: https://baophutho.vn/am-vang-ban-muong-231061.htm
Komentar (0)